BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia.

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang digunakan tidak memberikan dampak negatif. Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. maka penelitian yang berjudul Peranan Kegiatan Morning Spiritual Gathering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berakhlak mulia dan mampu menempatkan dirinya dalam situasi apapun. Karakter

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

PENANAMAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA PADA PELAKSANAAN ULANGAN HARIAN DALAM MATA PELAJARAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter sangat penting dalam membangun sebuah peradaban bangsa yang kuat dan berahlak mulia. Tanpa karakter sebuah bangsa yang dibangun atas seseorang dengan mudah melakukan sesuatu apapun yang dapat menyakiti atau menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah karakter untuk mengelola dari hal-hal negatif. Karakter yang terbangun dan dapat dikembangkan diharapkan mampu mendorong setiap manusia dalam suatu bangsa untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan hati nurani dan peraturan yang ada. Pengembangan karakter pada dimensi individual suatu bangsa berkaitan erat dengan kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang pada tataran kebiasaan menanamkan nilai-nilai dan moral. Selanjutnya pada dimensi sosial-struktural lebih pelaksanaan pada menciptakan sebuah sistem yang kondusif secara menyeluruh bagi pertumbuhan individu dalam suatu bangsa untuk mencapai tujuan bangsa secara nasional. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, betujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Melihat dari undang-undang Sisdiknas yang dipaparkan di atas, perlu difahami bahwa harus ada kekuatan sinergis dari berbagai pihak untuk 1

2 mewujudkan fungsi tersebut. Pengembangan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan tanpa terkecuali fungsi pendidikan nasional. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dengan barbagai pihak, baik keluarga, masyarakat, pemerintah, maupun sekolah. Karakter akan berkembang jika semua pihak memiliki kemauan bersama untuk melakukan dan melaksanakan proses pendidikan karakter. Pendidkan karakter sudah dan harus menjadi perhatian pokok dari seluruh lapisan masyarakat, baik lingkungan pemerintahan maupun lingkungan sekolah. Dengan demikian, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk dalam lembaga pendidikan. Secara ideal pengembangan karakter memang harus diintegrasikan ke seluruh aspek kehidupan, termasuk kehidupan sekolah. Sekolah dipandang sebagai tempat yang strategis untuk membentuk dan mengembangkan karakter. Hal ini dimaksudkan agar warga sekolah dalam segala ucapan, sikap, dan tindakan dapat mencerminkan karakter yang baik dan kuat. Penanaman dan pengembangan karakter di sekolah diarahkan pada terciptanya suasana yang kondusif agar memungkinkan semua unsur di sekolah dapat secara langsung maupun tidak langsung berpartisipasi secara aktif sesuai dengan peran dan fungsinya. Peran yang paling urgen atau paling penting di lingkungan sekolah adalah peran yang dimiliki guru. Menurut Hidayatullah (2010:21) menyebutkan bahwa: Guru yang sering memiliki makna digugu dan ditiru (dipercaya dan dicontoh) secara tidak langsung juga memberikan pendidikan karakter kepada peserta didikanya. Oleh karenanya, profil guru harus memiliki sifatsifat yang dapat membawa peserta didiknya kearah pembentukan karakter yang kuat. Dalam hal ini guru berperan sebagai teladan peserta didiknya.

3 Guru sebagai contoh juga merupakan teladan bagi para peserta didiknya. Keteladanan adalah salah satu faktor penting seorang guru sebagai pendidik. Keteladanan dalam berbagai aspek bersifat multidimensi dalam setiap lini kehidupan. Keteladanan bukan hanya memberikan perintah untuk mengikuti aturan yang ada, juga bukan sekedar memberikan contoh dalam melakukan sesuatu, tetapi memberikan bukti kebiasaan yang baik agar dapat menjadi teladan sebagai fungsi guru karakter. Guru berkarakter, bukan hanya mampu mengajar tetapi juga mampu mendidik. Bukan hanya mampu mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi ia juga mampu menanamkan atau mengembangkan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengarungi hidupnya. Bukan hanya memiliki kemampuan secara emosi dan spiritual sehingga guru mampu hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat (Hidayatullah,2010:27). Atas dasar tersebut, karakter memiliki posisi yang sangat penting bagi seorang guru, terutama karakter disiplin dan tanggung jawab. Karakter disipilin dan tanggung jawab harus dikembangkan bagi guru, agar dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya yang masih pada tataran proses pendidikan penanaman karakter serta dapat digunakan untuk mengarungi hidup di masa depan. Dewasa ini masalah-masalah yang masih menggerogoti dunia pendididkan salah satunya adalah masalah karakter atau sering disebut dangan moral yang pada hakikatnya sangat penting bagi kehidupan tidak terkecuali guru. Dilihat dari kenyataan yang ada di lapangan, tidak dipungkiri bahwa terkadang ada sebagian guru yang masih mengalami kesulitan dalam menerapkan strategi keteladanan, karena guru belum dapat diteladani. Misalnya, seorang guru meminta peserta

4 didik untuk tidak terlambat datang ke sekolah, tetapi guru sendiri selalu terlambat datang ke sekolah, bahkan terlambat datang saat mengajar. Guru meminta siswa bertanggung jawab untuk selalu mengikuti atau tidak membolos dalam proses pembelajaran, tetapi guru sendiri tidak menjalankan tugasnya dengan baik dengan membiarkan jam pelajaranya kosong dengan alasan yang tidak dapat dirasional oleh muridnya. Inilah masalah besar yang dialami guru dalam menerapkan strategi keteladanan, karena modal utama bagi siswa untuk meneladani adalah guru harus melakukanyanya terlebih dahulu. Terkait dengan guru yang harus memberikan teladan kepada siswa terutama pada sisi teladan karakter disiplin dan tanggung jawab, di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo telah mengembangkan suatu kegiatan yang berguna untuk mengembangkan karakter disiplin dan tanggung jawab bagi guru. Kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) adalah adalah kegiatan pagi bersama yang dilaksanakan di sekolah sebagai wadah guru dalam mengembangkan kedisiplinan dan menyalurkan potensi pemahaman keagamaan atau keislaman dengan metode ceramah di ruang terbuka. Kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dipandang memiliki peranan penting bagi guru dapat mengembangkan karakter disiplin dan tanggung jawab. Jika dihubungkan fokus peneliti dalam mengadakan kajian tentang pengembangan karakter disiplin dan tanggung jawab pada guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dengan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dalam penerapan aplikasi di lapangan harus membentuk perilaku karakter yang mencerminkan kepribadian (karakter) bangsa

5 yang diantaranya adalah karakter disiplin dan tanggung jawab. PPKn memegang peranan penting dalam membentuk karakter baik secara keseluruhan sebagai warga negara maupun secara khusus sebagai warga sekolah. PPKn diharapkan dapat membentuk karakter seseorang, hal ini dipertegas dalam visi, misi, dan tujuan sebagai mana dismpaikan oleh Darmadi (2013), bahwa: Visi: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadianya menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Misi: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan membantu mahasiswa memantapkan kepribadianya sebagai warga Negara Indonesia yang baik dan bertanggung jawab, tahu akan hak dan kewajibanya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan tanggung jawab dan bermoral. Berdasarkan pemaparan visi di atas, dapat dilihat bahwa tujuan dari PPKn adalah memantapkan kepribadian (karakter) menjadi manuasia Indonesia seutuhnya. Berdasarkan misi yang tertera di atas juga dapat dilihat bahwa secara garis besar penjelasan memiliki tujuan untuk memantapkan kepribadian (karakter) sebagai warga Indonesia yang baik dan bertanggung jawab, tahu akan hak dan kewajiban (disiplin) agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan tanggung jawab dan bermoral. Artinya segala kegiatan yang dihasilakan dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan fokus utamanya adalah pembentukan karakter dan secara lebih lanjut adalah pengembangan karakter.

6 Sejalan dengan latar belakang yang telah dipaparkan maka penulis tertarik mengadakan penelitian sebagai upaya untuk mengetahui lebih lanjut tentang kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dalam fokusan pengembangan karakter disiplin dan tanggung jawab. Adapun judul dalam penelitian ini adalah Peranan Kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dalam Mengembangkan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab pada Guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo (Studi Kasus di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2014/2015) B. Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan bagian pokok yang harus ada dalam penulisan karya ilmiah, dengan adanya perumusan masalah diharapkan proses pemecahan permasalahan dapat terinci secara jelas, lebih terfokus, dan terarah. Peneliti sebelum melakukan penelitian harus mengetahui terlebih dahulu pokok permasalahan yang ada. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana peranan kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dalam mengembangkan karakter disiplin pada guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015? 2. Bagaimana peranan kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dalam mengembangkan karakter tanggung jawab pada guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015?

7 3. Bagaimana kendala kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dalam mengembangkan karakter disiplin pada guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015? 4. Bagaimana solusi terhadap kendala kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dalam mengembangkan karakter disiplin pada guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015? 5. Bagaimana kendala kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dalam mengembangkan karakter tanggung jawab pada guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015? 6. Bagaimana solusi terhadap kendala kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dalam mengembangkan karakter tanggung jawab pada guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan titik pijak dalam merealisasikan aktivitas yang akan dilaksanakan, sehingga harus dirumuskan secara jelas. Tujuan penelitian ber-fungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan diteliti. Dengan adanya tujuan penelitian, maka suatu masalah yang diteliti dapat dirumuskan secara jelas dan terarah serta akan mempermudah dalam mencari data sampai pada langkah pemecahan permasalahannya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

8 1. Untuk mendeskripsikan peranan kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dalam mengembangkan karakter disiplin pada guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015. 2. Untuk mendeskripsikan peranan kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dalam mengembangkan karakter tanggung jawab pada guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015. 3. Untuk mendeskripsikan kendala kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dalam mengembangkan karakter disiplin pada guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015. 4. Untuk mendeskripsikan solusi terhadap kendala kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dalam mengembangkan karakter disiplin pada guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015. 5. Untuk mendeskripsikan kendala kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dalam mengembangkan karakter tanggung jawab pada guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015. 6. Untuk mendeskripsikan solusi terhadap kendala kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dalam mengembangkan karakter tanggung jawab pada guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015. D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian Suatu penelitian dilakukan sudah pasti diharapkan mempunyai manfaat yang dapat dikembangkan, begirtu juga dengan penelitian ini, diharapkan juga

9 mampu memberikan manfaat terutama pada segi teoritis maupun praktisnya. Manfaat tersebut secara terperinci adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Mendapat teori baru sehingga memberi peranan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya dan perkembangan masayarakat pada umumnya tentang peranan kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG). b. Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya tentang karakter disiplin dan tanggung jawab di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2014/2015. c. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai reverensi dan acuan dasar untuk kegiatan selanjutnya yang sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan informasi yang berguna tentang peranan kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dalam mengembangkan karakter disiplin dan tanggung jawab pada guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015. b. Memberi sumbangan dan masukan kepada pemerintah dalam rangka mengembangkan karakter disiplin dan tanggung jawab pada guru di sekolah dengan menggunakan kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG). E. Daftar Istilah Daftar istilah merupakan penjelasan judul, yang diambil dari kata-kata kunci dalam judul penelitian. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dalam

10 hal ini adalah Peranan Kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG) dalam Mengembangkan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab pada Guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo (Studi Kasus di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2014/2015). Oleh karena itu peneliti perlu mengetahui defenisi istilah Peranan, Kegiatan, Morning Spiritual Gathering (MSG), Pengembangan, Karakter, Disiplin, Tanggung Jawab, Guru. 1. Peranan. Menurut Ahmadi (2007:106), peranan adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya. 2. Kegiatan Morning Spiritual Gathering (MSG). Morning Spiritual Gathering (MSG) adalah kegiatan pagi bersama yang dilaksanakan di sekolah sebagai wadah guru dalam mengembangkan kedisiplinan dan menyalurkan potensi pemahaman keagamaan atau keislaman dengan metode ceramah di ruang terbuka. 3. Pengembangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagaimana disusun oleh Suharso, dkk. (2011:234), berkembang atau pengembangan diartikan jadi bertambah sempurna pikiran dan pengetahuan, membiah jadi banyak, merata, meluas dan sebagainya. 4. Karakter. Menurut Hidayatullah (2010:16), karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, ahlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain.

11 5. Disiplin. Menurut Rohinah (2012:102), disiplin adalah teguh dalam memegang aturan, misalnya disiplin di dalam pekerjaan yang dilihat dari masuk dan keluar tepat waktu, senantiasa mengikuti norma dan peraturan yang berlaku. 6. Tanggung Jawab. Menurut Kemendinas (2010) sebagaimana dikutip oleh Wibowo (2012:43), tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. 7. Guru. Menurut Jumali, dkk (2008:41), guru atau pendidik dalam arti sederhana adalah semua orang yang dapat membantu perkembangan kepribadian seseorang dan mengarahkanya pada tujuan pendidikan.