BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN POLI PENYAKIT DALAM RSD Dr.

Definisi Diabetes Melitus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang telah menjadi masalah global dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Diabetes Mellitus

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG DIABETES MELLITUS ( DM ) YAYASAN PENDIDIKAN SETIH SETIO AKADEMI KEPERAWATAN SETIH SETIO MUARA BUNGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA 1, HbA 2, HbF( fetus)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang khas dengan gejala-gejala kadar gula darah tinggi, glukosuria dan setelah

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB II LANDASAN TEORI. dalam aktivitas yang biasa dilakukan (Davison et al., 2007). Depresi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Maramis (2005) memasukkan depresi sebagai gangguan afek dan emosi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes Mellitus Type II

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tanya-Jawab seputar. Diabetes

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Tempat/Tanggal Lahir : Medan/17 April 1992

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rendahnya statistik data penduduk, yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi,

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan hiperglikemia akibat adanya gangguan sekresi insulin, kerja insulin,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEPRESI. Oleh : dr. Moetrarsi, SKF, DTM&H, SpKJ

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DIABETES MELITUS. Bila nialai hasil pemeriksaan laboratorium lebih tinggi dari angka normal,maka ia dapat dinyatakan menderita DM.

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN.

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DIABETES MELITUS GESTASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Lhoksukon dan rumah pasien rawat jalan Puskesmas Lhoksukon.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

mengalami obesitas atau kegemukan akibat gaya hidup yang dijalani (Marilyn Johnson, 1998) Berdasarkan data yang dilaporkan oleh WHO, Indonesia

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Depresi 2.1.1. Pengertian Depresi adalah gangguan mental umum yang menyajikan dengan mood depresi, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, tidur terganggu atau nafsu makan, energi rendah, dan hilang konsentrasi. Masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan besar dalam kemampuan individu untuk mengurus tanggung jawab sehari-harinya (WHO, 2011). Episode depresi biasanya berlangsung selama 6 hingga 9 bulan, tetapi pada 15-20% penderita bisa berlangsung selama 2 tahun atau lebih. 2.1.2. Penyebab Depresi Dasar penyebab depresi yang pasti tidak diketahui, banyak usaha untuk mengetahui penyebab dari gangguan ini. Menurut Kaplan, faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab depresi dapat dibagi atas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial. Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Sadock & Sadock, 2010). a. Faktor Biologi Faktor neurotransmiter: Dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Norepinefrin hubungan yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar antara turunnya regulasi reseptor B-adrenergik dan respon antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran sistem noradrenergik dalam depresi. Bukti-bukti lainnya yang juga melibatkan presinaptik reseptor adrenergik dalam depresi, sejak reseptor reseptor tersebut diaktifkan mengakibatkan penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan. Presipnatik reseptor adrenergik juga berlokasi di neuron serotonergik dan mengatur jumlah serotonin yang dilepaskan. Dopamin juga sering berhubungan dengan patofisiologi depresi. Faktor neurokimia lainnya seperti gamma

aminobutyric acid (GABA) dan neuroaktif peptida (vasopressin dan opiate endogen) telah dilibatkan dalam patofisiologi gangguan mood (Rush et al., 1998). b. Faktor Genetik Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat pada anak, pada anak kembar monozigot adalah 50%, sedangkan dizigot 10-25% (Sadock & Sadock, 2010). Menurut penelitian Hickie et al., menunjukkan penderita late onset depresi terjadi karena mutasi pada gene methylene tetrahydrofolate reductase yang merupakan kofaktor yang terpenting dalam biosintesis monoamin. Mutasi ini tidak bisa diketemukan pada penderita early onset depresi (Hickie et al, 2001). c. Faktor Psikososial Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan dimana suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului episode gangguan mood. Suatu teori menjelaskan bahwa stres yang menyertai episode pertama akan menyebabkan perubahan fungsional neurotransmiter dan sistem pemberi tanda intra neuronal yang akhirnya perubahan tersebut menyebabkan seseorang mempunyai resiko yang tinggi untuk menderita gangguan mood selanjutnya (Sadock & Sadock, 2010). Faktor kepribadian premorbid menunjukkan tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang dengan ciri kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun tipe kepribadian seperti dependen, obsesi kompulsif, histironik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya (Sadock & Sadock, 2010). Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud (1917) menyatakan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan pasien depresi diarahkan kepada diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap objek yang hilang (Sadock & Sadock, 2010). Menurut penelitian Bibring mengatakan depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien

depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya, akan mengakibatkan mereka putus asa (Tasman, 2008). Faktor ketidakberdayaan yang dipelajari dimana ditunjukkan dalam hewan percobaan, dimana binatang secara berulang-ulang dihadapkan dengan kejutan listrik yang tidak dapat dihindarinya, binatang tersebut akhirnya menyerah dan tidak mencoba sama sekali untuk menghindari kejutan selanjutnya. Mereka belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada penderita depresi, dapat menemukan hal yang sama dari keadaan ketidak berdayaan tersebut (Sadock & Sadock, 2010). Pada teori kognitif, Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada depresi. Dia mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad kognitif, yaitu pandangan negatif terhadap masa depan, pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga, dan pandangan negatif terhadap pengalaman hidup (Sadock & Sadock, 2010). 2.1.3. Gambaran Klinis Pada penderita depresi dapat ditemukan berapa tanda dan gejala umum menurut Diagnostic Manual Statistic IV (DSM-IV): (American Psychiatric Association, 2000) a) Perubahan fisik Penurunan nafsu makan Gangguan tidur Kelelahan atau kurang energi Agitasi Nyeri, sakit kepala, otot kram dan nyeri tanpa penyebab fisik b) Perubahan Pikiran Merasa bingung, lambat berpikir Sulit membuat keputusan Kurang percaya diri Merasa bersalah dan tidak mau dikritik Adanya pikiran untuk membunuh diri

c) Perubahan Perasaan Penurunan ketertarikan dengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami istri. Merasa sedih Sering menangis tanpa alasan yang jelas. Irritabilitas, mudah marah dan terkadang agresif. d) Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari Menjauhkan diri dari lingkungan sosial Penurunan aktivitas fisik dan latihan. Menunda pekerjaan rumah. 2.2. Diabetes Mellitus 2.2.1. Pengertian Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang muncul apabila pankreas tidak memproduksi insulin yang mencukupi atau apabila badan tidak bisa menggunakan insulin yang diproduksikan. Insulin adalah hormon yang meregulasi kadar gula darah. Hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah adalah efek yang sering pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dan akhirnya menyebabkan kerusakan yang kronis pada sistem tubuh badan terutama pada syaraf dan pembuluh darah (Humes, 2000). 2.2.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus Klasifikasi diabetes mellitus menurut American Diabetes Association (ADA, 2004) adalah: a. Diabetes Mellitus tipe 1 ( Insulin Dependent Diabetes Mellitus atau IDDM) Bentuk diabetes, yang hanya menyumbang 5-10% dari mereka dengan diabetes, yang sebelumnya dicakup oleh istilah diabetes tergantung insulin, diabetes tipe I, atau diabetes anak-anak onset, hasil dari kehancuran autoimun seluler-dimediasi dari β- sel-sel pankreas. Penanda dari kehancuran kekebalan sel-sel β termasuk autoantibodi pulau, autoantibodi terhadap insulin, autoantibodi untuk dekarboksilase asam glutamat (GAD), dan autoantibodi untuk tirosin fosfatase IA-2 dan IA-2β. Satu dan biasanya lebih dari autoantibodi hadir dalam 85-90% dari individu ketika

hiperglikemia puasa pada awalnya terdeteksi. Juga, penyakit ini memiliki asosiasi yang kuat HLA, dengan linkage ke gen DQA dan DQB, dan ini dipengaruhi oleh gen DRB. HLA-DR/DQ alel ini dapat berupa predisposisi atau protektif (Ghosh, 2008). b. Diabetes Mellitus tipe 2 ( Non Insulin Independent Diabetes Mellitus atau NIDDM) Bentuk diabetes, yang menyumbang 90-95% dari mereka dengan diabetes, sebelumnya disebut sebagai diabetes non-insulin-dependent, diabetes tipe II atau diabetes onset dewasa, meliputi individu-individu yang memiliki resistensi insulin dan biasanya memiliki relatif (bukan mutlak).setidaknya kekurangan insulin pada awalnya, dan sering sepanjang masa hidupnya, orang-orang ini tidak memerlukan pengobatan insulin untuk bertahan hidup (Ghosh, 2008). c. Diabetes Mellitus Gestasional Diabetes mellitus gestasional didefinisikan sebagai tingkat intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan. Definisi berlaku terlepas dari apakah insulin atau modifikasi diet hanya. Diabetes mellitus gestasional mempersulit 4% dari seluruh kehamilan di Amerika Serikat, mengakibatkan 135.000 kasus per tahun. Prevalensi mungkin berkisar dari 1 sampai 14% dari kehamilan, tergantung pada populasi yang diteliti. Diabetes mellitus gestasional merupakan hampir 90% dari seluruh kehamilan rumit oleh diabetes. Penurunan toleransi glukosa terjadi secara normal selama kehamilan, khususnya di trimester ketiga (Ghosh, 2008). d. Jenis lainnya yang spesifik. Kelainan spesifik yang menyebabkan diabetes mellitus yaitu defek genetik pada fungsi sel beta akibat mutasi, defek genetik pada fungsi insulin, penyakit pada eksokrin pankreas, endokrinopati, obat atau kimia diabetes induksi, infeksi dan sindrom genetik yang terkait dengan diabetes mellitus (sindroma Down, sindroma Klinefelter, sindrom Wolfram s, sindrom Turner) (Harrison, 2005).

2.2.3. Etiologi Diabetes Mellitus Etiologi diabetes mellitus menurut American Diabetes Association, 2004 (Kumar, 2005) a. Faktor lingkungan ( obat, virus, kimia) b. Faktor genetik ( keturunan) c. Faktor pencetus: kelebihan makan dan obesitas. 2.2.4. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus: Dalam diabetes mellitus tipe 1, gejala-gejala yang dapat dijumpai yaitu sekresi urin yang berlebihan (poliuria), sering merasa haus (polidipsia), berat badan yang menurun, masalah penglihatan dan kelelahan. Gejala ini mungkin timbul secara tiba-tiba. Gejalagejala ini kurang ditandai dalam diabetes tipe 2 cuma dijumpai berat badan bertambah dan inaktivitas fisikal. Dalam bentuk ini, itu juga bisa terjadi bahwa tidak ada gejala awal penyakit muncul dan hanya didiagnosis beberapa tahun setelah onset, ketika komplikasi sudah ada (Kumar and Clark, 2005). 2.2.5. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus a. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu b. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa c. Tes toleransi glukosa 2.2.6. Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus Menurut WHO kriteria diagnostik untuk diabetes mellitus, pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan di dapatkan : a. Glukosa plasma sewaktu > 200mg/dl (11,1 mmol/l) b. Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/l) c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah menkomsumsi 75 gr karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp) > 200mg/dl) ( Kumar and Clark, 2005)

Selain permasalahan psikologis di atas DM juga dapat menimbulkan beberapa dampak bagi penderitanya yaitu: a. Dampak ekonomi Pengendalian Diabetes Mellitus tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan kompleks serta membutuhkan biaya yang besar sehingga berdampak pada masalah ekonomi negara. Dampak ekonomi jelas terlihat akibat biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan (Groot, 2010). b. Dampak fisik Pada penderita diabetes mellitus yang lanjut akan menimbulkan berbagai dampak secara fisik yaitu adanya komplikasi, misalnya kelemahan fisik, berat badan rendah, kesemutan, rasa gatal, mata kabur, stroke dan gangren. Hal tersebut dapat menimbulkan perubahan dan penampilan fisik penderita. c. Dampak sosial Penderita diabetes mellitus yang tidak dapat menerima keadaan sakitnya akan mempunyai pandangan yang negatif misalnya pasien yang merasa putus asa, tidak berguna dapat menyebabkan pasien merasa depresi. Hal tersebut dapat menyebabkan interaksi sosial dan hubungan interpersonal terganggu (Price&Wilson, 2005). 2.4 Kuesioner Kesehatan Pasien 9 (Patient Health Questionnaire-9) Pengukuran tingkat depresi menggunakan Patient Health Questionnaire (PHQ-9). PHQ-9 telah dilakukan penelitian validasi oleh Kroenke K, dan Spitzer RL. PHQ-9 adalah skala depresi sembilan item. PHQ-9 adalah alat yang ampuh untuk membantu dalam mendiagnosis depresi serta menyeleksi dan pemantauan pengobatan (Kroenke and Spitzer, 2001). Ada dua komponen dari PHQ-9 yaitu menilai gejala dan gangguan fungsional untuk membuat depresi tentatif diagnosis dan mendapatkan skor keparahan untuk membantu memilih dan memantau pengobatan. PHQ-9 didasarkan langsung pada kriteria diagnostik gangguan depresi dalam Diagnostic dan Statistic Manual Fourth Edition (DSM-IV) (Kroenke and Spitzer, 2001).

Kuesioner ini telah di bentuk untuk menaksir mood pasien di atas 2 minggu yang lalu. Pertanyaan yang ditanya adalah: Selama 2 minggu terakhir, seberapa sering anda terganggu oleh masalah-masalah berikut? (Kroenke and Spitzer, 2001) a. Kurang tertarik atau bergairah dalam melakukan apapun. b. Merasa murung, muram, atau putus asa. c. Sulit tidur atau mudah terbangun, atau terlalu banyak tidur. d. Merasa lelah atau kurang bertenaga. e. Kurang nafsu makan atau terlalu banyak makan. f. Kurang percaya diri- atau merasa bahwa anda adalah orang yang gagal atau telah mengecewakan diri sendiri atau keluarga. g. Sulit berkonsentrasi pada sesuatu, misalnya membaca koran atau menonton televisi. h. Bergerak atau berbicara sangat lambat sehingga orang lain memperhatikannya. Atau sebaliknya-merasa resah atau gelisah sehingga anda lebih sering bergerak dari biasanya. i. Merasa lebih baik mati atau ingin melukai diri sendiri dengan cara apapun. Penilaian yang dibuat untuk jawaban yaitu: Tidak sama sekali = nilai 0 Beberapa hari=nilai 1 Lebih dari separuh waktu yang dimaksud= nilai 2 Hampir setiap hari= nilai 3 SKOR INTEPRETASI 0-4 Depresi minimal 5-9 Depresi ringan 10-14 Depresi sedang 15-20 Depresi sedang berat 20-27 Depresi berat Table 2.2. Interpretasi derajat depresi menurut PHQ 9 (Dikutip dari Kroenke and Spitzer, 2001)