BAB I PENDAHULUAN. Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

pernah dialami oleh sesepuh dalam kelompok kejawen dilakukan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. luas dan sekaligus merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia.

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

MOTIVASI MELAKUKAN RITUAL ADAT SEBARAN APEM KEONG MAS DI PENGGING, BANYUDONO, BOYOLALI

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, namun agama tetap menjadi sebuah nilai yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun

Nilai-nilai Ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan YME sebagai Rujukan Pembentukan Karakter Bangsa MAJELIS LUHUR

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB IV ANALISIS DATA. dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 115

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. agama Islam dan Kristen. Ciri khas utama dari kejawen ini merupakan adanya

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Berdyaev dan Macquarrie (dalam Peterson & Seligman, 2004)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspek-aspek laku..., Lulus Listuhayu, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB IV NILAI-NILAI SPIRITUALITAS AJARAN KEROHANIAN SAPTA DARMA DI DUKUH SEPAT KELURAHAN LIDAH KULON

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR

BAB IV TANTANGAN DAN RESPON UMAT ISLAM TERHADAP ALIRAN KEROKHANIAN SAPTA DARMA DI DESA BALONGDOWO

BAB I PENDAHULUAN. macam suku, ras, agama, dan budaya. Keberagaman tersebut tersebar hampir

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS. Malang Press, 2008, hlm Ahmad Khalili, M.Fiil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, UIN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN DEFINISI AGAMA DEFINISI AGAMA. Manusia dan Agama (IDA 102) 1/10/2013. Maruwiah Ahmat 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. prasejarah. Pada zaman yunani kuno misalnya, sudah mulai mempertanyakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan masyarakat. Sastrawan memiliki peranan didalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

TUGAS 3. Wawasan Budaya Nusantara. (memberi contoh pada kepercayaan-kepercayaan) Dosen pembimbing : Ranang A.S., S.Pd., M.Sn

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS KEISLAMAN DENGAN SIKAP TERHADAP RITUAL PENGRAWIT PADA MAHASISWA ISI SURAKARTA

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 1. Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu. berbilang tidak bergantung pada siapa-siapa melainkan ciptaan-nyalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan sesuai dengan dinamika peradaban yang terjadi. Misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian

REVOLUSI MENTAL PERSPEKTIF KEPERCAYAAN THDP TUHAN YME

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat Indonesia telah bertuhan dan menjunjung tinggi prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa. Prof. Dr. Purbatjaraka mencatat bahwa jauh sebelum kedatangan Hindu/Buddha masyarakat Indonesia sudah mempunyai keyakinan mengenai Tuhan Yang Maha Esa, dan menyembah-nya menurut tata caranya sendiri. Salah satu sebutan untuk Tuhan dari era pra-hindu dapat dilacak dari penggunaan bahasa-bahasa Nusantara asli, sebelum dipengaruhi bahasa Sanskerta, Arab atau bahasa-bahasa Barat. Salah satu sebutan untuk Sang Pencipta adalah Hyang (Tuhan, yang diagungkan), Sang Hyang Tunggal (Tuhan Yang Maha Esa), dan Sang Hyang Taya (Sang Maha Tiada). Maksudnya tiada kasat mata namun ada, kata Jawa kuno ini masih terpelihara dalam bahasa Sunda Teu Aya (tidak ada). Hal tersebut merepresentasikan bagaimana masyarakat Indonesia telah memiliki konsep tentang Tuhannya sendiri sebelum tercampur dengan agama-agama besar dunia. Walaupun konsep tersebut dalam tataran yang paling kuno sekalipun. Di Jawa sendiri, sebelum kedatangan agama-agama besar. Masyarakatnya dikenal sebagai masyarakat yang religius. Hal tersebut tercermin dalam kehidupan kesehariannya yang memiliki relasi istimewa dengan alam. Tri Widodo, Agama Asli Indonesia dan Perkembangannya dari Masa ke Masa, dalam http://triwidodo.wordpress.com, diunduh pada 2 Januari 206, pukul 20.00 WIB.

2 Alam sangat mempengaruhi pola fikir masyarakat, bahkan dalam mata pencaharian mereka. Sebagai contoh yang sangat sederhana, musim sangat berpengaruh pada mata pencaharian bercocok tanam. Mungkin karena kedekatan masyarakat Jawa, yang kemudian melahirkan beberapa tradisi atau ritual yang berkaitan dengan penghormatan terhadap alam tempat hidup mereka. Salah satu ciri lain masyarakat Jawa ialah bahwa mereka percaya terhadap suatu kekuatan di luar alam yang mengatasi mereka. Mereka percaya pada suatu hal dibalik penampakan fisik yang mereka lihat. Itulah sebabnya mengapa masyarakat Jawa percaya adanya roh, dan hal-hal spiritual lainnya. Mereka kagum terhadap kejadian-kejadian disekitar mereka, terhadap fenomenafenomena alam sehari-hari yang kadang sulit difahami dengan rasional. Rasa kagum inilah yang melahirkan bermacam-macam ritual tradisi sebagai bentuk penghormatan terhadap alam. Ritual-ritual yang ada dalam kebudayaan Jawa tersebut merupakan ritual yang menyangkut life cycle, yaitu ritual yang berhubungan dengan perjalanan hidup manusia, atau yang selalu menyertai kehidupan manusia. Kehidupan yang selalu diiringi dengan ucapan atau ritual tersebut merupakan wujud dari kehati-hatian manusia Jawa dalam mewujudkan keharmonisan hubungan manusia dengan alam nyata, yaitu dunia ini, serta keharmonisan dengan alam mistik atau yang berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Esa. 2 2 Bendung Layungkuning, Sangkan Paraning Dumadi. (Yogjakarta: NARASI, 203), h. 7.

3 Menurut Darwami, system berfikir Jawa sangat suka dengan mitos. Segala perilaku orang Jawa sering kali sulit terlepas dari kepercayaan pada hal-hal tertentu. Itulah sebabnya system berfikir mistis akan selalu mendominasi perilaku hidup orang Jawa. Mereka lebih percaya dengan dongeng-dongeng sakral. Sistem berfikir semacam ini telah turun temurun sampai menjadi folklore Jawa. Sistem berfikir mistis sering mempengaruhi pola-pola hidup yang bersandar pada nasib. Nasib ini dalam istilah Jawa dinamakan kabejan (keberuntungan) yang telah disertai usaha. Karena usaha dan nasib juga sering menyatu padu, maka orang jawa justru sampai pada pemikiran homologi antropokosmik. Maksudnya, dalam langkah kehidupannya disesuaikan dengan tatanan manusia dan dunia sekalilingnya. 3 Sejak zaman prasejarah masyarakat Jawa telah memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme ialah suatu kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuhan-tumbuhan, hewan, dan juga pada manusia sendiri. 4 Hal tersebut dapat dilihat, bagaimana masyarakat Jawa melakukan kegiatan upacara dan sesajen dengan maksud, agar keluarga dan orang-orang terdekatnya tidak diganggu oleh roh jahat. Sedangkan dinamisme ialah kepercayaan yang meyakini bahwa semua benda-benda yang ada di dunia ini 6. 3 Suwardi Endaswara, Mistik Kejawen. (Yogjakarta, NARASI, 2006), h. 8. 4 Abdul Jamil, dkk., Islam dan Kebudayaan Jawa. (Yogyakarta: GAMA MERDIA, 2000), h.

4 mempunyai daya dan kekuatan ghaib. 5 Hingga sekarang warisan ini masih kental dalam kehidupan masyarakat Jawa, seperti menambah kekuatan batin dengan menggunakan benda-benda yang dianggap bertuah atau memiliki kekuatan. Seperti berupa keris, tombak, batu akik, akar bahar dan kuku macan. 6 Bahkan kepercayaan-kepercayaan tersebut dalam perkembangannya bercampur dengan agama-agama besar yang masuk di Indonesia seperti Hindu, Budha, Islam dan Kristen. Kepercayaan Jawa hingga sekarang masih dijaga dan dilestarikan oleh para penghayat atau aliran kepercayaan. Di mana mereka bisa dikatakan orangorang yang berjasa karena masih memegang teguh ajaran leluhur. Jika kita berbicara tentang aliran kepercayaan tentu tidak terlepas dengan konsep-konsep Ketuhanan, penciptaan alam, dan manusia. Seperti halnya aliran kepercayaan, agama-agama besar juga memiliki konsep yang sama. Tetapi yang membedakan keduanya ialah, sumber pengetahuan dari agama besar berupa wahyu-wahyu atau kitab-kitab suci, sedangkan sumber pengetahuan aliran kepercayaan berupa buku kitab yang ditulis oleh para sesepuh dan laku spritual. Di sini peneliti akan mengkaji salah satu topik atau konsep yang sangat menarik yaitu konsep tentang perbuatan manusia, di mana peneliti meyakini bahwa pada setiap agama atau kepercayaan di dunia pasti memiliki konsep tentang takdir walaupun dengan 5 Pengertian Animisme dan Dinamisme, dalam www.kopi-ireng.com, diunduh pada 2 Januari 206, pukul 20.00 WIB. 6 Abdul Jamil, dkk., Islam dan Kebudayaan Jawa, (Jogyakarta: GAMA MERDIA, 2000), h. 9-0.

5 sumber dan menggambaran yang berbeda. Penelitian ini berfokus pada ajaran aliran kepercayaan Kapribaden. Berbicara tentang konsep perbuatan manusia tentu akan bersinggungan dengan konsep kehendak mutlak Tuhan dan kehendak bebas manusia atau free will. Dimana konsep ini menjadi perbincangan di serius di Timur dan Barat. Di Timur sendiri diwakili oleh Islam dengan kalamnya dan Barat yang diwakili oleh para filosof. Dalam pandangan Islam dengan kalamnya konsep perbuatan manusia disandarkan pada Al-Quran dan Hadis. Dimana para ahli kalam memiliki dalilnya sendiri yang tertulis dalam Al-Quran dan Hadis untuk memperkuat argumennya. Berbeda dengan Islam, sedangkan Barat yang diwakili oleh para filosof menyandarkan argumennya tentang free wiil atau perbuatan manusia pada akal. Di Indonesia sendiri aliran kepercayaan sangat banyak dan tersebar di daerah-daerah. Tetapi pada kenyataannya aliran-aliran kepercayaan ini tidak memiliki eksistensi di masyarakat. Jika berbicara tentang eksistensi tentu banyak faktor yang membuat hal tersebut terjadi. Di sini faktor yang sangat krusial, mengapa hal tersebut bisa terjadi ialah bagaimana masih banyak sekali masyarakat yang beranggapan bahwa aliran kebatinan menyesatkan dan menyelewengkan agama. Hal ini terjadi karena kurangnya wawasan sehingga mengakibatkan kurangnya toleransi di masyarakat. Oleh karena itu peneliti tergerak untuk meneliti konsep perbuatan manusia dalam pandangan aliran

6 kebatinan Kapribaden. Agar masyarakat sedikitnya mengetahui dan memahami sehingga memupuk rasa toleransi antar umat, terutama pada aliran kepercayaan Kapribaden. B. Rumusan Penelitian. Bagaimana sejarah kelahiran aliran kepercayaan Kapribaden? 2. Bagaimana ajaran aliran kepercayaan Kapribaden? 3. Bagaimana konsep perbuatan manusia dalam aliran kepercayaan Kapribaden? C. Tujuan Penelitian. Mengetahui sejarah kelahiran aliran kepercayaan Kapribaden. 2. Mengetahui ajaran aliran kepercayaan Kapribaden. 3. Mengetahui konsep perbuatan manusia dalam aliran kepercayaan Kapribaden. D. Penegasan Istilah Disini akan dijelaskan istilah-istilah yang ada dalam pembahasan dalam penelitian ini.. Istilah Kapribaden disini berbeda dengan istilah umum kepribadian dalam psikologi diartikan personality, kapribaden merupakan sebuah laku spiritual menuju kesempurnaan dengan mengikuti lakunya hidup yang juga diikuti oleh raganya, menuju Gusti Ingkang Moho Suci atau Tuhan Yang Maha Esa. Dengan cara melakukan Mijil agar mengapat petunjuk dan tuntunan dari hidupnya.

7 2. Istilah ROMO dan Romo, Romo disini merupakan panggilan dari almarhum Bapak Semono Sastrohadijojo dengan sebutan Romo Semono. Romo merupakan sebuah istilah pengganti Bapak dalam bahasa Jawa. Sedangkan ROMO (ditulis dengan huruf besar) ialah Tuhan Yang Maha Esa atau Gusti Ingkang Moho Suci. 3. Herucokro yang dalam kalangan penghayat Kapribaden, dapat diartikan her berarti air, banyu, suci, roh suci, dan cokro artinya hanyokro manggilingan. Jadi Herucokro dapat diartikan the cycle of life atau the cycle of the soul. 4. Mijil artinya menyatu. Yang dalam hal dapat diartikan menyatunya Raga dengan Hidup yang ada dalam dirinya. 5. Manunggal ialah menyatunya manusia dengan Gusti Ingkang Moho Suci. 7 E. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis Hasil dari pembahasan penulis ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan baru mengenai pekercayaan serta kearifan lokal yaitu kepercayaan kejawen. Selain itu juga sebagai khasanah keilmuan baru yang selama ini jarang dikuak dan dipelajari. b. Secara Praktis Hasil penelitian ini sedikitnya akan memberikan pemahaman dalam kaitannya dengan ajaran aliran kepercayaan. Dimana dimasyarakat aliran 7 Tim Penyusun Buku, Sarasehan Agung IV Paguyupan Penghayat Kapribaden, (Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 988), h. 2-3.

8 kepercayaan dianggap sebagai aliran sesat dan menyelewengkan agama. Sehingga tidak sedikit dari penghayat yang mendapat diskriminasi dari masyarakat. Oleh sebab itu, dengan penelitian ini diharapkan setelah lebih mengerti dan memahami bagaimana ajaran dalam salah satu aliran kepercayaan akan menambah dan mempererat toleransi antar umat. F. Sistematika Pembahasan Ada beberapa bab yang disinggung terkait judul yang disusun. Masingmasing bab mendeskripsikan tema spesifiknya masing-masing. Lebih jelasnya peneliti susun sebagai berikut: Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini memapaparkan latar belakang, rumusan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, penelitian terdahulu, dan sitematika pembahasan. Bab II Kajian Pustaka. Dalam bab ini memapaparkan dikripsi teori, penelitian terdahulu, dan paradigma penelitian. Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini memaparkan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiaran peneliti, sumber data, teknik penugumpulan data analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahap-tahan penelitian. Bab IV Hasil Penelitian Dan Paparan. Dalam bab ini memaparkan temuan dan deskripsi. Bab V Penutup. Bab ini memuat Kesimpulan kemudian dilengkapi dengan saran-saran.