BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semenjak terjadinya revolusi industri di Inggris pada akhir abad ke -

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang. membawa dampak terhadap keadaan sosial masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif bagi perkembangan dunia industri di Indonesia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan (Sastrohadiwiryo, 2003,hal.17). Menurut Sumakmur (1996,hal.23), disisi lain kegiatan industri dalam

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis di era globalisasi saat ini, menuntut perusahaan berlomba-lomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran danpertimbangan dalam undang-undang no. 1

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

PENDAHULUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Kuliah K3L KE 10

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dikendalikan. Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESELAMATAN, KEAMANAN, & KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara kompetitif. Dari segi dunia

BAB I PEDAHULUAN. memerlukan perlindungan tubuh atau memberikan training sebelumnya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

PROSEDUR PENAGIHAN REKENING LISTRIK DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR CABANG JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan. Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Karyawan merupakan aset terpenting bagi organisasi, terlebih saat ini setiap organisasi mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi dan globalisasi harus didukung dengan peralatan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan keselamatan kerja mulai menjadi perhatian di negara-negara

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 437 K/30/MEM/2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

PELAKSANAAN K3 dan K2 DI PT PLN (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pekerjaan konstruksi merupakan suatu proses yang besar, yang melibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketatnya persaingan antar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kini

Menerapkan Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

I. PENDAHULUAN. Di era otonomi daerah Indonesia saat ini, telah ditekankan pemberian kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : TEKNIK DAN PROSES KESELAMATAN KERJA KODE / SKS : AK / 2

KESELAMATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. sumber daya dan dana yang ada. Faktor manusia atau tenaga kerja sebagai penggerak utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor penting adalah sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja juga tinggi (Ramli, 2013). terjadi kecelakaan kasus kecelakaan kerja, 9 pekerja meninggal

BAB I PENDAHULUAN. seseorang yaitu kecerdasan, stabilitas emosional, motivasi kerja, situasi

Key word : Application, Safety Protection, Factorr, workers.

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor yang terpenting pula. (Kusumadiantho, dalam Jurnal Universitas Pelita Harapan Volume i dan ii, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan dengan baik, sehingga organisasi dapat mencapai tujuannya secara

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia industri berkembang dengan pesat yang di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kejuruan sebagai salah satu bagian dari sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semenjak terjadinya revolusi industri di Inggris pada akhir abad ke - 18 dan awal abad ke-19, industri mulai berkembang ke seluruh Eropa Barat dan Amerika Utara kemudian keseluruh dunia. Dampak dari revolusi industri adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang sebelumnya para pekerja lebih banyak bekerja di sektor nonindustri. Peningkatan jumlah tenaga kerja dalam sektor industri tentu saja membawa dampak terhadap keadaan sosial masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari adanya perkembangan industri berupa dampak positif dan dampak negatif. Salah satu contoh dampak negatif yang ditimbulkan adalah penurunan kondisi kesehatan dan keselamatan para pekerja dikarenakan keadaan pekerja dilapangan atau di dunia industri belum dilindungi sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya dunia industri terhadap keselamatan jiwa baik secara langsung maupun dalam jangka waktu yang lama. Faktor sumber daya manusia merupakan aset utama yang menentukan keberhasilan suatu perusahaan, sehingga perlu diberikan perlindungan kerja yang sebaik-baiknya agar dapat menunjukan penampilan kerja yang baik yang akan tercermin dalam tingkat kegiatan kerja yang tinggi. (Suma mur, 1995). 1

Perlindungan tenaga kerja diatur dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja: bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktifitas nasional. Menghadapi tuntunan perlindungan terhadap tenaga kerja perlu kiranya pelaksanaan dan pengawasan K3 dari pihak manajemen perusahaan ditempat kerja guna meningkatkan produktifitas perusahaan, sehubungan dengan itu perlu adanya budaya K3 ditempat kerja. Penerapan budaya K3 harus dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan K3 yang melibatkan seluruh aktifitas perusahaan melalui jalur pendidikan dan pelatihan K3 untuk meningkatkan pengaruh dan pemahaman K3 dari semua aktifitas perusahaan, serta melaksanakan sosialisasi pada semua tenaga kerja agar dapat meningkatkan produktifitas perusahaan serta memperkecil angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sampai zero accident. (Undang-undang No. 01 1970 tentang keselamatan kerja) Kecelakaan kerja (Occupational accident) dan penyakit akibat kerja (Occupational diseases) dan / atau penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Work related disease) tidak saja menelan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan serta masyarakat luas. Menurut data PT. Jamsostek menyatakan angka kecelakaan kerja enam tahun terakhir cenderung naik. Pada tahun 2012 sebanyak 1.119 kasus. Pada 2011 terdapat 99.491 kasus 2

atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari, sedangkan tahun sebelumnya hanya 98.711 kasus kecelakaan kerja, 2009 terdapat 96.314 kasus, 2008 terdapat 94.736 kasus, dan 2007 terdapat 83.714 kasus. Direktur Pelayanan PT Jamsostek Djoko Sungkono mengungkapkan hal ini berdasarkan meningkatnya jumlah klaim kecelakaan kerja yakni Rp504 miliar pada 2011, dari Rp401,2 miliar pada tahun 2010. Sementara pada 2009 sebesar Rp328,5 miliar, 2008 sebesar Rp297,9 miliar, dan 2007 hanya Rp219,7 miliar. Oleh karena itu di setiap tempat kerja harus dilaksanakan program keselamatan dan Kesehatan Kerja. Ada berbagai cara dalam mengurangi kemungkinan kecelakaan kerja, salahsatunya dapat dilakukan dengan meningkatkan frekuensi penggunaan APD pada level produksi. Tingkat penggunaan alat pelindung diri (APD) sangat berpengaruh pada tingkat keselamatan kerja, dimana semakin rendah frekuensi penggunaan alat pelindung diri, semakin besar kesempatan terjadinya kecelakaan kerja. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 8/MEN/VII/2010 pasal 1 (1) yang berbunyi Alat Pelindung Diri di definisikan sebagai alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Maka diwajibkan oleh setiap pengusaha agar menyediakan APD bagi pekerja di tempat kerja. Pengusaha wajib memberikan APD secara Cuma Cuma kepada karyawan, begitu juga karyawan wajib menggunakan APD sesuai jenis pekerjaan. Penggunaan APD merupakan suatu keharusan bagi tenaga kerja yang bekerja 3

ditempat kerja sesuai prosedur tata cara penggunaan APD yang benar menurut fungsi dan jenis pekerjaan masing masing. PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Muara Karang menjadi pilihan penulis dalam proses magang untuk melihat gambaran penerapan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). PT. PJB adalah anak perusahaan PT. PLN (Persero), didirikan tanggal 3 oktober 1995, dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan pelayanan, serta mampu berkembang secara mandiri berdasarkan prinsip industri dan niaga yang sehat. PT. PJB melaksanakan kegiatan usaha antara lain; sebagai penyediaan tenaga listrik yang ekonomis, bermutu tinggi dan andal, melaksanakan pembangunan dan pemasangan pembangkit, serta pemeliharaan dan pengoperasian pembangkit. Pada saat ini PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB) yang bergerak dalam bidang usaha pembangkitan ketenagalistrikan yang dalam kerjanya tidak lepas dari potensi bahaya yang dapat merugikan. Kerugian tersebut dapat merupakan kerugian materil maupun kerugian korban jiwa. Dalam hal ini PT. PJB untuk mengantisipasi kerugian kerugian yang mungkin terjadi maka PT. PJB mempunyai organisasi atau unit khusus dalam mengangani masalah K3. Bentuk unit yang menangani K3 yaitu K3L dimana tugas dari K3L adalah bertanggung jawab dalam memonitor serta menangani lingkungan kerja sesuai dengan persyaratan pelanggan serta undang-undang dan peraturan pemerintah yang berlaku terhadap keselamatan kerja. Berdasarkan informasi yang didapat bahwa masih banyak masalah masalah K3 yang terjadi khusunya dalam penerapan penggunaan APD 4

seperti tidak adanya kebijakan khusus mengenai K3 dimana kebijakan sebagai arahan dan prinsip dasar dalam segala aktivitas termasuk penerpapan penggunaan APD. Adapun masalah masalah lainnya seperti masih banyak karyawan maupun mitra kerja tidak memakai APD pada saat bekerja, kurangnya pengawasan dan tidak diberlakukannya sanksi kepada karyawan maupun mitra kerja yang tidak menuggunakan APD. Masalah terakhir yaitu tidak dilakukannya evaluasi dan review tentang penggunaan APD oleh unit K3 PT. PJB. Adapun latar belakang tersebut maka penulis ingin melihat dan mengetahui secara langsung dan mendapatkan pengalaman melalui kegiatan magang dengan mengambil judul tentang Gambaran Penerapan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Muara Karang Tahun 2013. B. TUJUAN MAGANG 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran penerapan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Muara Karang 2013. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kebijakan penggunaan APD b. Mengetahui uraian prosedur APD 5

c. Mengetahui jenis dan jumlah APD yang digunakan sesuai ragam kerja d. Mengetahui Standar APD yang digunakan e. Mengetahui pengawasan penggunaan APD f. Mengetahui kepatuhan tenaga kerja terhadap penggunaan APD C. MANFAAT MAGANG 1. Bagi Institusi a. Sebagai salah satu sarana memberi informasi tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya mengenai Alat Pelindung Diri dan dapat dijadikan masukan bagi manajemen perusahaan dan para pekerja guna menciptakan lingkungan tanpa kecelakaan kerja serta meningkatkan produktivitas kerja. b. Menciptakan kerjasama yang bermanfaat antara institusi tempat magang dengan kebutuhan di unit kerjanya. 2. Bagi Mahasiswa a. Merupakan sarana untuk meningkatkan, memperluas dan mengaplikasikan teori yang telah diterima dibangku kuliah khususnya mengenai Alat Pelindung Diri. b. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang K3 khususnya mengenai Alat Pelindung Diri. c. Mendapatkan gambaran yang nyata dari berbagai permasalahan yang ada di lapangan. 6

3. Bagi Fakultas a. Sarana untuk membina kerjasama dengan institusi magang di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. b. Sebagai bahan referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi program S-1 khususnya peminatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). 7