PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

dokumen-dokumen yang mirip
PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SMP NEGERI 3 MENGGALA

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG


KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 165 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Undang Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang : Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PLASMA NUTFAH. OLEH SUHARDI, S.Pt.,MP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 RTRW KABUPATEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Penjelasan Umum, Manfaat dan Fungsi Hutan. kesinambungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya (Pamulardi,1994).

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang-

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.1

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

4.Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999)

Transkripsi:

xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami konservasi SDA hayati dan ekosistem. 2. Memahami usaha melindungi kekayaan alam. 3. Pengawetan Keanekaragaman Jenis Hewan dan Tumbuhan Beserta Ekosistemnya Hal ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut. Pengawetan keanekaragaman hewan dan tumbuhan beserta ekosistem. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan menjaga keaslian kondisi dan suaka alam. Pengawetan jenis hewan dan tumbuhan. Kegiatan ini dilakukan di dalam dan di luar kawasan suaka alam. Di dalam suaka alam dilakukan dengan membiarkan populasi hewan dan tumbuhan tetap di habitatnya. Di luar suaka alam dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkan jenis hewan dan tumbuhan untuk menghindari kepunahan. Kawasan suaka alam terdiri atas cagar alam dan suaka margasatwa. Cagar alam berfungsi sebagai lokasi pelestarian keanekaragaman tumbuhan yang khas atau unik beserta ekosistemnya. Selain itu, juga sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan. Suaka margasatwa berfungsi sebagai lokasi pelestarian keanekaragaman satwa liar yang khas atau unik beserta habitatnya. Di dalam kawasan suaka alam dapat dilakukan kegiatan

penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kegiatan yang menunjang budi daya. Kawasan suaka alam dan kawasan lainnya (taman nasional) ditetapkan sebagai cagar biosfer dengan ketetapan sebagai berikut. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan kerusakan atau perubahan kawasan suaka alam. Perubahan kawasan suaka alam dan meliputi pengurangan, penghilangan fungsi dan luas kawasan, serta penambahan jenis tumbuhan dan satwa asing. Kegiatan pembinaan habitat dilakukan untuk kepentingan satwa di dalam suaka margasatwa. 4. Pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem Secara Lestari Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut. 1.) Pemanfaatan lingkungan kawasan pelestarian alam. Dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan. 2.) Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar. Dilakukan dengan cara memerhatikan kelangsungan potensi, daya dukung, dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar. Kawasan pelestarian alam berfungsi sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfataan sumber daya alam hayati dan ekosistem secara lestari. Di dalam kawasan pelestarian alam dapat dilakukan kegiatan penelitian, pendidikan, pembudidayaan, dan wisata alam tanpa mengurangi fungsi pokok masing-masing kawasan dengan ketetapan sebagai berikut. Dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengubah zona inti taman nasional. Mengubah meliputi pengurangan, penghilangan fungsi dan luasan serta penambahan jenis tumbuhan dan satwa asing. Dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona penyangga dan zona pemanfaatan kawasan pelestarian alam. Untuk kegiatan pariwisata dan rekreasi, pemerintah dapat memberikan hak usaha atas zona pemanfaatan kawasan pelestarian alam kepada masyarakat. Pembangunan sarana pariwisata dilakukan berdasarkan rencana pengolahan terpadu. 2

Untuk mempertahankan kelestarian sumber daya alam hayati beserta ekosistem, pemerintah dapat menghentikan kegiatan pemanfaatan dan menutup kawasan pelestarian alam sebagian atau seluruhnya dalam kurun waktu tertentu. 5. Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar Hal ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan berikut. 1.) Penelitian. 2.) Penangkaran dan pengembangan. 3.) Perburuan secara teratur. 4.) Perdagangan. 5.) Pameran. 6.) Pertukaran. 7.) Pembudidayaan tanaman obat-obatan. 8.) Pemeliharaan untuk kesenangan (hobi). b. Usaha Melindungi Kekayaan Alam Usaha pemerintah dalam melindungi kekayaan alam dari kerusakan lingkungan antara lain sebagai berikut. 1. Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan Kritis Kegiatan ini dapat dilakukan melalui hal berikut. 1.) Penghijauan dan reboisasi. Penghijauan tanah dan reboisasi hutan dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan, perkebunan, peternakan, dan transmigrasi. 2.) Pengendalian peladang berpindah dan pemukiman kembali. Pengendalian peladang berpindah melalui pendekatan fisik dan sosial. Setelah berhasil baru dilakukan pemukiman kembali. 3.) Reklamasi lahan bekas pertambangan. Reklamasi lahan kritis bekas tambang dilakukan dengan usaha revegetasi dan pemanfataan dalam bentuk lain, misalnya lahan bekas galian dijadikan usaha perikanan atau tempat penampungan air. 2. Program Kali Bersih (Prokasih) Tujuan prokasih adalah sebagai berikut. 1.) Mencegah penurunan kualitas sumber daya air. 2.) Melaksanakan peraturan pemerintah tentang pengendalian pencemaran air. 3.) Mengelola lingkungan hidup. 3

3. Pengelolaan Pantai dan Lautan Pengelolaan ini dilakukan dengan ketetapan sebagai berikut. 1.) Pemanfataan sumber daya di wilayah pantai dan lautan dilakukan secara regenerasi, sedangkan pemanfataan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui dilakukan scara rasional. 2.) Pemanfaatan wilayah pantai harus terbagi atas kawasan lindung, kawasan penyangga, dan kawasan budi daya. 3.) Pengelolaan wilayah pantai dan lautan terbagi atas wilayah kepulauan, wilayah laut, dan wilayah zona ekonomi eksklusif (ZEE). 4. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1.) Menetapkan kawasan konservasi berupa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. 2.) Penyelamatan tumbuhan langka dengan pembudidayaan dan pelarangan jual beli. 3.) Pengembangan tumbuhan langka di kebun-kebun hortikultura. 4.) Pengembangbiakan hewan langka di kebun binatang atau tempat penangkaran. 5. Pengendalian Intrusi Air Laut 1.) Mengendalikan konsumsi air tanah. 2.) Menambah masukan air tanah dengan menambah taman, jalur hijau, danau, dan sumur resapan. 3.) Melindungi daerah resapan air dan daerah tangkapan hujan. 4.) Mengendalikan perluasan permukiman di perkotaan. 5.) Memberi prioritas layanan perusahaan air minum pada daerah yang mengalami defisit air bersih. 6. Pelestarian dan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Alam 1.) Pembatasan pengambilan sumber daya hutan. 2.) Penelitian terhadap konsumsi hasil hutan. 3.) Pelestarian dan penggunaan sumber energi secara efisien. 4

4.) Peningkatan produktivitas lahan dengan mengatur penggunaan pupuk organik, pestisida, dan tata air. 5.) Pengkajian ilmiah terhadap erosi tanah. 6.) Pencegahan dan pengurangan pencemaran udara, tanah, dan air. 7.) Pengembangan teknologi dengan memerhatikan kelestarian lingkungan. 8.) Perlindungan terhadap pendapatan petani, nelayan, dan pengumpul hasil hutan. 9.) Perluasan lapangan kerja. 7. Pengelolaan Risiko dan Reorientasi Teknologi 1.) Penciptaan inovasi teknologi, seperti sumber energi alternatif dan bioteknologi. 2.) Perubahan orientasi pengembangan teknologi dengan memerhatikan kelestarian lingkungan. 3.) Pengembangan teknologi yang menghasilkan barang-barang ramah lingkungan. 4.) Pengambangan informasi untuk menciptakan teknologi alternatif, pengembangan teknologi tradisional, dan adaptasi teknologi dari negara lain. 5.) Analisis terhadap kegagalan perancangan teknologi dan proses produksi untuk mencegah dampak negatif dan kegagalan produksi. 5