PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XII MAN 3 JEMBER BERDASARKAN PERKEMBANGAN USIA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA POKOK BAHASAN PELUANG

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 12 JEMBER DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SPACE AND SHAPE

Eko Wahyu Andrechiana Supriyadi 1, Suharto 2, Hobri 3

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 JEMBER DALAM MENYELESAIKAN SOAL ARITMETIKA SOSIAL

PENALARAN MATEMATIS DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA PADA SISWA USIA 15 TAHUN DI SMA NEGERI 1 JEMBER

Pengaruh Hasil Belajar Matematika Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Jember

Doni Dwi Palupi 1, Titik Sugiarti 2, Dian kurniati 3

Keywords : The Level of Student's Performance, Critical Thinking, and Performance Task

Mustafa Ramadhan 1, Sunardi 2, Dian Kurniati 3

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X-IPA 3 MAN 2 JEMBER BERDASARKAN GENDER

IDENTIFIKASI BERPIKIR KRITIS DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA SUB POKOK BAHASAN ARITMETIKA SOSIAL BERBASIS LINGKUNGAN SISWA KELAS VII

Priyo Dwi Hendra Laksana 1, Toto Bara Setiawan 2, Susi Setiawani 3

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN KUADRAT PADA PEMBELAJARANMODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA GAYA BELAJAR VISUAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

IDENTIFIKASI KESALAHAN SISWA BERKECERDASAN VISUAL SPASIAL DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BANGUN RUANG SISI DATAR

PROSES BERPIKIR REFLEKTIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA AVRIABEL.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

Agni Danaryanti dan Adelina Tri Lestari

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPOSITORY BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMPN 21 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015

ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KINESTETIK DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN TAHAPAN WALLAS

Kiky Floresta et al., Pelevelan Adversity Quotient (AQ) Siswa...

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu: 2001). Menurut Sagala

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH TERBUKA BERBASIS POLYA SUB POKOK BAHASAN TABUNG KELAS IX SMP NEGERI 7 JEMBER

Pendahuluan. Oktorica Cindra Suryanti et al., Identifikasi Berpikir Kritis Siswa dalam

Lina Nofianti H.U. et al., Kecerdasan Visual-Spasial dan Logika Matematika dalam...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN PAKET SOAL MODEL PISA KONTEN CHANGE AND RELATIONSHIP UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH I PATUK PADA POKOK BAHASAN PELUANG JURNAL SKRIPSI

Agung Wijaya Arifandi et al., Analisis Struktur Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal...

Bella Agustin Hariyanto Bambang Soerjono. Program Sarjana, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Kemiri Sidoarjo. Abstak

DESKRIPSI PENGUASAAN KONSEP VEKTOR DAN JENIS KESALAHANNYA DITINJAU DARI TINGKAT PENCAPAIAN KOGNITIF PADA MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Yaitu sumber daya yang dapat bersaing dan. menetapkan keputusan dengan daya nalar yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

BAB II KAJIAN TEORITIK

ANALISIS KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 11 JEMBER DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL POKOK BAHASAN LINGKARAN

Pendahuluan. Sekar Tyas Asih et al., Analisis Kesalahan Siswa Dalam Memecahkan...

KARAKTERISTIK ANTISIPASI ANALITIK SISWA SMA DALAM MEMECAHKAN SOAL INTEGRAL

Linda K. et al., Identifikasi Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah...

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA TERHADAP KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA DI SD

Error Analysis Based On Categories Of Error According To Watson In Solving Fractional Multiplication And Division Students Grade V SDN Tegal Gede 01

BAB I PENDAHULUAN. matematis sehingga dapat dimengerti secara pasti oleh manusia untuk

Economic Education Analysis Journal

I. PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Oleh karena itu, dalam Permendiknas tahun

Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, salah satu tujuan dari pendidikan agama Islam yaitu untuk menanamkan

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN DAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DENGAN WAWANCARA KLINIS PADA PEMECAHAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL KELAS VIII SMP

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Prodi MATEMATIKA OLEH :

Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Berpikir Kritis. Oleh: Hj. Ade Rohayati

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa di Madrasah Tsanawiyah Kota Tangerang Selatan

I. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan

SKRIPSI OLEH: ROFININGRUM FATIMAH NPM:

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Antisipasi Ide Kreatif Mahasiswa Level Rigor dalam Menentukan Algoritma Benda Ruang Menggunakan Maple

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh ERVIN HIDAYAT

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

Karina Siti Putrianingsih et al., Analisis Keterampilan Metakognisi Siswa... Karina Siti Putrianingsih, Hobri, Toto' Bara Setiawan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN LEMBAR KERJA SISWA MODEL PEMBELAJARAN CORE DENGAN TEKNIK MIND MAPPING

I. PENDAHULUAN. tujuan pembelajaran adaptif ini bertujuan menyiapkan tamatan untuk menjadi

KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL URAIAN TERSTRUKTUR POKOK BAHASAN TEORI KINETIK GAS

STUDI KASUS: KARAKTERISTIK ANTISIPASI EKSPLORATIF

PROFIL BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNCP YANG BERKEMAMPUAN LOGIKA TINGGI DALAM PEMECAHAN MASALAH OPEN ENDED

Kesalahan Siswa Tipe Kepribadian Thinking dan Feeling dalam Menyelesaikan Masalah Program Linear

PROFIL SISWA MEMAHAMI KONSEP BARISAN DAN DERET BERDASARKAN TAHAP BELAJAR DIENES DI KELAS IX-C SMP NURIS JEMBER

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI KALOR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA

KECERDASAN VISUAL-SPASIALeL DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 JEMBER DITINJAU DARI GENDER

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang merupakan pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan interaksi sosial yang telah melembaga sejak sejarah

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BIOLOGI PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN UNTUK SMA. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

KESIAPAN SISWA TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 2 PAYAKUMBUH SEBELUM PRAKTEK KERJA INDUSTRI ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KESALAHAN SISWA BERDASARKAN KATEGORI KESALAHAN WATSON DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL HIMPUNAN DI KELAS VII D SMP NEGERI 11 JEMBER

Transkripsi:

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XII MAN 3 JEMBER BERDASARKAN PERKEMBANGAN USIA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA POKOK BAHASAN PELUANG Suharto 1, Hendra Sapta 2, Dian Kurniati 3 E-mail: suharto.hartos@yahoo.com Abstract. The research is descriptive research qualitative described profile aims to think critically graders xi man 3 jember in resolving math problem with difference in age students different.the subject is done with the snowball throwing up to a whole considered saturated data.from the data analysis, obtained the conclusion that students xii-ipa 1 man 3 jember from 18 years in resolving about opportunities, able to reach all indicators used the focus, reason, inference, situation, clarity and overview.at the age of this students had more polapola off other students, students at age it also more detail in working on a about. A student xii-ipa 1 man 3 jember from 17 years in resolving about opportunities, able to reach 5 an indicator of 6 the indicators used the reason, inference, situation, clarity and overview. Students at age it not thorough in doing this is that there is a subject not capable of wrote indicators the focus. A student xii-ipa 1 man 3 jember from 16 years in finish about opportunities, able to reach 5 an indicator of 6 the indicators used the focus, reason, situation, clarity and overview.same as well as earlier age, students is also not thorough to work thus unable to write indicator to three categories inference. Keywords: Profile think Critically, Solve Math Problem PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu diantara sekian banyak pilar kesuksesan sebuah Negara dalam upaya meningkatkan taraf hidup rakyatnya. Melalui pendidikan, seseorang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan lebih terarah. Hal ini disebabkan karena dalam dunia pendidikan terdapat dua peran penting, yakni guru sebagai pendidik dan siswa sebagai objek pendidik. Pendidikan dapat dilaksanakan dengan dua cara, yakni non formal dan formal. Pendidikan non formal ditempuh dengan kursus, diklat, workshop, dan sebagainya. Sedangkan pendidikan formal ditempuh dengan sekolah, berbagai disiplin ilmu dikembangkan. Dalam dunia pendidikan, pemilihan pendekatan dan model pembelajaran yang tepat adalah suatu hal yang harus diperhatikan. Pemilihan pendekatan yang tepat akan memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran [1]. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di Sekolah. Dalam standar kompetensi Matematika menurut permendiknas nomor 22 tahun 2006, 1 Mahasiswa S-1 Progran Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 2 Dosen Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember

Suharto, dkk : Proses berpikir kritis siswa 53 mata pelajaran Matematika diberikan kepada semua peserta didik dengan tujuan untuk membekali kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, kemampuan bekerja sama, dan mengembangkan kemampuan menggunakan matematika untuk memecahkan masalah. Berdasarkan kurikulum 2013, Standar Kompetensi Lulusan siswa SMP pada domain pengetahuan adalah memiliki (melalui mengetahui, memahami, menerapkan, menganalsis, mengevaluasi) pengetahuan factual, konseptual, dan procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata. Sedangkan Standar Kompetensi Lulusan siswa SMP pada domain keterampilan adalah memiliki (melalui mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain sejenis [2]. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu bagian penting dalam segala aspek kehidupan seseorang. Berpikir kritis digunakan dalam berbagai situasi dan kesempatan dalam upaya memecahkan persoalan kehidupan. Oleh karena itu menjadi penting pula seseorang untuk belajar tentang bagaimana berpikir kritis, karena seseorang tidak serta merta mampu berpikir kritis tanpa melalui proses belajar. Berpikir kritis adalah sebuah keterampilan yang didapatkan melalui proses, bukan merupakan sifat yang diwariskan orang tua kepada anaknya [3]. Menurut Krulik dan Rudnick berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir tingkat tinggi, sementara itu Ennis juga mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir logis dan masuk akal yang difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa yang dipercaya dan dilakukan. Dengan demikian berpikir kritis dapat membantu seseorang dalam pengambilan keputusan tentang apa yang dipercaya atau yang akan dilakukan secara logis berdasarkan fakta-fakta yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Hal ini juga dikuatkan oleh pendapat dari Lambertus yang mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap orang, dapat diukur, dan dikembangkan [4]. Dengan melatih berpikir kritis secara terus menerus pada siswa salah satunya melalui pembelajaran matematika, maka berpikir kritis dapat menjadi suatu kebiasaan

54 Kadikma, Vol. 8, No.1, hal. 52-61, April 2017 yang dilakukan siswa dalam kehidupannya. Untuk menilai berpikir kritis seseorang Ennis memberikan kriteria berpikir kritis yang disingkat dengan nama FRISCO. Ketentuan FRISCO adalah : 1) focus, 2) reason, 3) inference, 4)situation, 5) clarity, dan 6) overview. Selanjutnya kriteria tersebut menurut Costa diadaptasi dan dikembangkan terangkum dalam 5 kelompok keterampilan berpikir, yaitu memberikan : penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), strategi dan taktik (strategy and tactics) [5]. Pada pembelajaran matematika, kemampuan berpikir kritis dapat dilihat ketika siswa memecahkan permasalahan. Ketika siswa melakukan pemecahan masalah, maka siswa tersebut telah melakukan aktivitas mental, misalnya berupaya memahami masalah yang sedang dihadapi, memikirkan rencana penyelesaian, dan menerapkannya untuk menemukan solusi. Pada matematika, masalah merupakan suatu situasi unik dimana seseorang menghadapi penghalang untuk mendapatkan solusi. Hudojo berpendapat bahwa suatu pertanyaan merupakan suatu masalah hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu untuk digunakan dalam usaha menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Hal ini berarti suatu pertanyaan merupakan masalah bagi seorang siswa, tetapi belum tentu menjadi masalah bagi siswa yang lain. Menurut Lesh mengatakan pemecahan masalah merupakan cara berpikir, menganalisis dan menalar dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang terkait dengan masalah tersebut [6]. Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangannya sesuai dengan usianya [7]. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada diluar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu : Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun), Tahap preoperasional (usia 2-7/8 tahun), Tahap operasional konkret (usia 7/8-12 tahun), Tahap operasional formal (usia 12-18 tahun). Pada penelitian ini yang digunakan tahap operasional formal yaitu pada usia 16, 17 dan 18 karena pada usia tersebut siswa sudah mampu untuk berfikir kritis. Astuti mengungkapkan bahwa usia sangat mempengaruhi kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologis seseorang. Semakin tua

Suharto, dkk : Proses berpikir kritis siswa 55 usia seseorang, maka kadar hormonal dalam tubuh turut berkurang, sehingga mengakibatkan penurunan pengeruhnya terhadap kondisi emosi. Namun, tidak menutup kemungkinan jika seseorang yang sudah tua kondisi emosionalnya cenderung meledakledak. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kelainan dalam tubuhnya maupun kelainan secara fisik. Kelainan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor makanan yang merangsang terbentuknya kadar hormonal, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa semakin bertambahnya usia seseorang, maka semakin berkembang juga kemampuan berpikir kritis seseorang. Namun muncul suatu permasalahan di lapangan, bahwa tidak semua orang yang telah berada pada tahapan operasional formal justru memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih rendah dari orang yang berada pada tahap operasi konkret atau tingkatan yang lebih rendah. Hal ini dikarenakan kurangnya antisipasi dari orang tersebut dalam menyelesaikan suatu masalah. Antisipasi merupakan bagian penting dalam kegiatan mental memahami dan berpikir [8][9]. Karena dengan mengantisipasi, seseorang akan mampu memprediksi atau menduga apa yang akan dilakukannya [10][11] Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian terhadap profil siswa dalam memecahkan masalah matematika pokok bahasan peluang ditinjau dari perkembangan usia. Salah satu materi yang dianggap layak diberikan permasalahan adalah peluang. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang berjudul Profil Berpikir Kritis Siswa Kelas XI MAN 3 JEMBER Berdasarkan Perkembangan Usia dalam Menyelesaikan Soal Matematika pokok bahasan peluang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada [12]. Penelitian ini akan menganalisis dan memaparkan profil berpikir kritis siswa berdasarkan perkembangan usia dalam meyelesaikan soal matematika pokok bahasan peluang. Daerah penelitian adalah di MAN 3 Jember. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI-IPA 1 MAN 3 Jember. Pemilihan subjek untuk wawancara dilakukan secara acak dengan menggunakan metode Snowball throwing pada kelas tersebut setelah mengerjakan tes kemampuan berpikir kritis pokok bahasan peluang dan dilakukan secara terus-menerus hingga data yang diinginkan peneliti terpenuhi atau data sudah jenuh [13].

56 Kadikma, Vol. 8, No.1, hal. 52-61, April 2017 Tahap pendahuluan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan analisis pendahuluan dan menyusun rancangan penelitian. Tahap selanjutnya adalah pembuatan instrumen, intrumen yang digunakan antara lain instrumen tes, dan pedoman wawancara. Instrumen tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa. Sebelum instrumen tersebut digunakan dilakukan validasi terlebih dahulu oleh 2 validator dosen matematika FKIP Universitas Jember. Setelah hasil validasi dianalisis dan dikatakan valid barulah instrumen tersebut bisa diujicobakan dan dapat memulai pengumpulan data. Selanjutnya apabila keseluruhan data telah terkumpul dilakukan penganalisisan, guna menarik kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah. HASIL PENELITIAN Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes kemampuan berpikir kritis pada kelas penelitian. Data usia berdasarkan tahun lahir dari setiap subjek penelitian dapat dilihat dari Tabel 1 berikut. Tabel 1. Usia subjek No Kode Siswa Tahun Usia 1 S01 1998 18 2 S02 1998 18 3 S03 1999 17 4 S04 1999 17 5 S05 2000 16 6 S06 2000 16 Setelah dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh, maka untuk mendeskripsikan profil kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal peluang berdasarkan usia adalah dengan cara menarik kecenderungan dari jawaban siswa untuk setiap nomor soal tes yang diberikan. Penarikan deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa didasarkan dari hasil tes dan wawancara pada masing-masing siswa untuk setiap soal yang diberikan kemudian ditarik kesimpulan secara umum. Pengkategorian kemampuan berpikir kritis matematika dilakukan dengan menganalisis nilai hasil test dengan menggunakan usia siswa yang berbeda. Dari hasil tes tersebut, diperoleh sebanyak 6 siswa. kemudian dari 6 siswa diwawancarai untuk mengkonfirmasi jawaban siswa pada tes tersebut.. Pengambilan subjek wawancara tidak dibatasi hingga terlihat profil berpikir kritis siswa berdasarkan perbedaan usia. Namun pada penelitian ini telah terlihat profil berpikir

Suharto, dkk : Proses berpikir kritis siswa 57 kritis siswa ketika diambil 2 siswa dari masing-masing usia. Pengambilan siswa pertama dengan usia 16, sudah terlihat berpikir kritisnyanya. Untuk mengkroscek kembali, maka diambil siswa kedua dengan usia yang sama. Pada siswa yang tahun lahirnya 2000 pada indikator pertama siswa telah mampu memahami dan menuliskan semua informasi dalam soal berupa apa saja yang diketahui, dan ditanyakan selain itu siswa juga mampu memfokuskan pertanyaan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dan mempertimbangkannya, hal ini dapat dilihat dari lembar jawaban siswa dan transkip wawancara pada subjek S05 dan S06. Selanjutnya, pada indikator kedua siswa yang tahun lahirnya 2000 juga mampu mencari cara atau pola untuk menyelesaikan masalah dengan memberikan alasan berdasarkan fakta atau bukti yang relevan dari setiap langkah dan siswa yang tahun lahir 2000 juga mampu mengerjakan soal sesuai dengan pola yang telah direncanakan dengan menggungkapkan alasan yang jelas. Hal tersebut dapat dilihat dalam lembar jawab siswa dan transkip wawancara subjek S05 dan S06, Pada indikator ketiga siswa yang lahir tahun 2000 mampu membuat kesimpulan dari alasan yang telak dikemukakan dan mapu memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud dalam kesimpulan. Hal tersebut dapat dilihat dari lembar jawab siswa dan transkip wawancara subjek S05 dan S06. Kemudian mengambil subjek yang kedua yaitu siswa yang lahir tahun 1999 pada indikator pertama siswa telah mampu memahami dan menuliskan semua informasi dalam soal berupa apa saja yang diketahui, dan ditanyakan selain itu siswa juga mampu memfokuskan pertanyaan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dan mempertimbangkannya, hal ini dapat dilihat dari lembar jawaban siswa dan transkip wawancara pada subjek S04, namun berbeda dengan subjek S03 pada soal nomer 2 subjek S03 tidak menuliskan apa yang diketahui namun ketika wawancara subjek S03 menyebutkan apa yang diketahui. Selanjutnya, pada indikator kedua siswa yang lahir tahun 1999 mampu mencari cara atau pola untuk menyelesaikan masalah dengan memberikan alasan berdasarkan fakta atau bukti yang relevan dari setiap langkah dan juga mampu mengerjakan soal sesuai dengan pola yang telah direncanakan dengan menggungkapkan alasan yang jelas. Hal tersebut dapat dilihat dalam lembar jawab siswa dan transkip wawancara subjek S03 dan S04,

58 Kadikma, Vol. 8, No.1, hal. 52-61, April 2017 Pada indikator ketiga siswa yang lahir tahun 1999 mampu membuat kesimpulan dari alasan yang telak dikemukakan dan mampu memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud dalam kesimpulan. Hal tersebut dapat dilihat dari lembar jawab siswa dan transkip wawancara subjek S03 dan S04. Kemudian mengambil subjek yang kedua yaitu siswa yang lahir tahun 1998. Pada indikator pertama siswa telah mampu memahami dan menuliskan semua informasi dalam soal berupa apa saja yang diketahui, dan ditanyakan selain itu siswa juga mampu memfokuskan pertanyaan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dan mempertimbangkannya, hal ini dapat dilihat dari lembar jawaban siswa dan transkip wawancara pada subjek S01 dan S02 Selanjutnya, pada indikator kedua siswa yang lahir tahun 1998 mampu mencari cara atau pola untuk menyelesaikan masalah dengan memberikan alasan berdasarkan fakta atau bukti yang relevan dari setiap langkah dan juga mampu mengerjakan soal sesuai dengan pola yang telah direncanakan dengan menggungkapkan alasan yang jelas. Hal tersebut dapat dilihat dalam lembar jawab siswa dan transkip wawancara subjek S01 dan S02, Pada indikator ketiga siswa yang lahir tahun 1998 mampu membuat kesimpulan dari alasan yang telak dikemukakan dan mapu memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksut dalam kesimpulan. Hal tersebut dapat dilihat dari lembar jawab siswa dan transkip wawancara subjek S01, namun berbeda dengan subjek S02 pada lembar jawaban subjek S02 tidak menuliskan kesimpulan pada soal nomer 3. Soal tes berpikir kritis terdiri dari 4 soal. Masing-masing soal dapat mengukur ketiga indikator berpikir kritis yaitu Fokus, Reason dan Inference. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa siswa yang lahir tahun 2000 mampu menyelesaikan soal dengan baik, lancar menuangkan gagasannya, mampu memberikan jawaban atau penyelesaian yang berbeda dan unik yang jarang diberikan kebanyakan orang, mampu mengembangkan gagasannya yang melibatkan pengetahuan atau konsep matematika yang jarang terpikirkan oleh siswa pada tingkat sebayanya, memahami konsep matematika, serta dapat menuliskan penyelesaian soal secara sistematis. Namun siswa hanya dapat menyelesaikan soal dengan satu cara. Sehingga dalam hal ini siswa yang lahir tahun 2000 mampu mencapai 3 indikator kreativitas yakni Fokus, Reason dan Inference.

Suharto, dkk : Proses berpikir kritis siswa 59 Siswa yang lahir tahun 1999 mempunyai karakteristik mampu menyelesaikan soal dengan baik, lancar menuangkan gagasannya, mampu menuliskan langkah penyelesaian secara rinci dan sistematis, namun kurang dalam menuliskan apa yang diketahui dalam soal, tidak mampu mengembangkan gagasannya yang melibatkan pengetahuan atau konsep matematika yang jarang terpikirkan oleh siswa pada tingkat sebayanya. Selain itu siswa yang lahir tahun 1999 mampu menuliskan dua cara penyelesaian terutama pada subjek S04 pada soal nomer 4. Sehingga dalam hal ini siswa yang lahir tahun 1999, hanya mampu mencapai indikator Reason dan Inference. Siswa yang lahir tahun 1998 mempunyai karakteristik mampu menyelesaikan soal dengan baik, hanya mampu menuliskan satu cara penyelesaian dalam hal memenuhi syarat yang diberikan dalam soal dan rumus yang digunakan untuk menyelesaikan soal. Siswa juga terkadang salah dalam operasi hitung dan menuliskan rumus yang digunakan. Selain itu, siswa juga tidak bisa memberikan jawaban atau penyelesaian yang berbeda dan juga tidak bisa menuliskan langkah penyelesaian soal dengan rinci dan sistematis. Dalam hal ini siswa yang lahir tahun 1998, mampu mencapai dua indikator kreativitas yakni Fokus dan Reason. Demikian penelitian ini tentu masih memiliki kekurangan. Soal tes dalam penelitian ini hanya terbatas pada materi peluang. begitu pula dengan pedoman wawancara yang mungkin masih kurang spesifik. Peneliti lain dapat mengembangkan instrumen untuk lebih mengetahui berpikir kritis siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan berkaitan dengan berfikir kritis siswa siswa, dapat diambil beberapa kesimpulan siswa kelas XII-IPA 1 MAN 3 Jember yang berumur 18 tahun dalam menyelesaikan soal peluang, mampu mencapai semua indikator yang digunakan yaitu focus, reason, inference, situation, clarity dan overview. Pada usia ini siswa lebih memiliki pola-pola yang diluar siswa lainnya, siswa pada usia ini juga lebih terperinci dalam mengerjakan suatu soal. Siswa kelas XII-IPA 1 MAN 3 Jember yang berumur 17 tahun dalam menyelesaikan soal peluang, mampu mencapai 5 indikator dari 6 indikator yang digunakan yaitu reason, inference, situation, clarity dan overview. Siswa pada usia ini kurang teliti dalam mengerjakan hal tersebut bahwa ada subjek yang tidak mampu menuliskan indikator yang pertama yaitu focus. Siswa kelas XII-IPA 1

60 Kadikma, Vol. 8, No.1, hal. 52-61, April 2017 MAN 3 Jember yang berumur 16 tahun dalam menyelesaikan soal peluang, mampu mencapai 5 indikator dari 6 indikator yang digunakan yaitu focus, reason, situation, clarity dan overview. Sama seperti halnya usia sebelumnya, siswa ini juga kurang teliti dalam mengerjakan sehingga tidak mampu menuliskan indikator yang ke tiga yaitu inference. Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, adapun beberapa saran yang bisa diberikan yakni bagi sekolah, hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu pertimbangan untuk mengetahui berpikir kritis siswa dan meningkatkan berpikir kritis siswa siswanya. Bagi guru, seharusnya guru lebih sering memberikan soal kepada siswa berupa soal berpikir kritis yang mencakup ketiga indikator berpikir kritis yakni focus, reason dan inference agar siswa lebih terlatih dalam menyelesaikan soal matematika. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan rujukan dalam melakukan penelitian yang sejenis baik dalam pengembangan instrumen maupun peningkatan berpikir kritis siswa. DAFTAR PUSTAKA [1] Suharto. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Pada Model Core (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) Dengan Pendekatan Kontekstual Pokok Bahasan Peluang Untuk Siswa Sma Kelas XI. Jember : Universitas Jember. 2013. [2] Kurniati, Dian. Keterampilan Siswa Kelas 7 Melalui Pengembangan Math Exemplars Berorientasi Kurikulum 2013. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. 2015. [3] Gede W.E, Desak. Profil Berfikir Kritis Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Berdasarkan Perkembangan Usia. Surabaya : Universitas Surabaya. 2015. [4] Lambertus. Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Matematika di SD.Artikel jurnal Forum Kependidikan, Volume 28, Nomor 2. 2009. [5] Sarwi,dkk. Penerapan Strategi Kooperatif Dan Pemecahan Masalah Pada Konsep Gelombang Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): 90-95. Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Semarang, Indonesia. 2009. [6] Tarhadi,dkk. Perbandingan Kemampuan Penyelesaian Masalah Matematika Mahasiswa pendidikan Jarak Jauh Dengan Mahasiswa Pendidikan Tatap Muka. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 7, Nomor 2, September 2006, 121-133. 2006.

Suharto, dkk : Proses berpikir kritis siswa 61 [7] Budiningsih, Asri,C. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta. 2005. [8] E. Yudianto, Suwarsono, and D. Juniati, The anticipation: How to solve problem in integral?, in Journal of Physics: Conference Series, 2017, p. 12055. [9] E. Yudianto, Profil antisipasi siswa SMA dalam memecahkan masalah integral, Kreano, vol. 6, no. 1, pp. 21 25, 2015. [10] E. Yudianto, Karakteristik antisipasi analitik siswa sma dalam memecahkan soal integral, Saintifika, vol. 17, no. 2, pp. 34 39, 2015. [11] E. Yudianto, Profil Antisipasi Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Integral Berdasarkan Interpretasi, Prediksi dan Ramalan, in Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY, 2016, pp. 327 334. [12] Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. [13] Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya Bandung. 2009.