BAB I PENDAHULUAN. kunci pembentuk sumber daya yang berkualitas. 1 Menurut Buchori dalam. berkembang sesuai dengan potensinya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sehingga untuk mengantisipasi kelemahan pembelajaran konvensional, maka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya. pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk menciptakan manusia yang cerdas, trampil

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mengajar mempunyai. sebagai wadah untuk menciptakan kehidupan manusia yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Yogyakarta: Kepel Press, 2013), hlm Haryono, Pembelajaran IPA Yang Menarik dan Mengasyikkan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, dan memberikan fasilitas belajar yang optimal. Namun demikian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aktif, kreatif, dan menyenangkan dengan menerapkan model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I (Pendahuluan) ini akan d ipaparkan mengenai 6 (enam)

BAB I PENDAHULUAN. Misalnya perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, pembaharuan kurikulum,

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan nantinya dapat menjadi salah satu jembatan yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. (pendidik), kurikulum (materi pelajaran), sarana (peralatan dan dana) serta murid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pendidikan nasional mempunyai tuntutan yang mendasar

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran materi IPA, seorang guru dan seorang siswa. diharapkan menyenangi materi ini, karena menyenangi mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia. Salah satu cara yang digunakan dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Slameto (2010:74) bahwa efektifitas dipengaruhi 2 (dua) faktor,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

ARTIKEL SKRIPSI OLEH: NUR AZIZAH SAFITRI NPM:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang dibutuhkan dan melatih peserta didik dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. setiap sekolahan adalah hasil belajar siswa. Berhasil atau tidaknya suatu. siswa bosan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI DENGAN TEKNIK KONTES PADA SISWA KELAS V MIN MALANG I

BAB I PENDAHULUAN. Nuryani Y Rustama, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (tt.p: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam situasi masyarakat pada yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kunci pembentuk sumber daya yang berkualitas. 1 Menurut Buchori dalam Khabibah, pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. 2 Sehingga, dalam aktivitas pendidikan haruslah aktivitas yang berkualitas. Aktivitas pendidikan yakni kegiatan pembelajaran harus memberikan ruang untuk siswa agar dapat berkembang sesuai dengan potensinya. Kegiatan pembelajaran yang berkualitas menuntut terpenuhinya seluruh standar pelajaran, yang antara lain adala standar persiapan, proses dan hasil. Dalam fase persiapan, dibutuhkan adanya perangkat pembelajaran yang memadai, seperti adanya guru yang profesional, media 1 Ichsan Sholihudin, Hypnosis for Student (Bandung: DAR! Mizan, 2015), 130 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), 1 1

2 dan alat pembelajaran yang memadai, kelas yang kondusif, dan sebagainya. Dalam proses belajar mengajar, guru harus merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. 3 Guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, kondusif dan komunikatif. Serta program yang digunakan haruslah berpusat pada anak yakni dengan menitikberatkan pada kegiatan siswa, bukan pada mata pelajaran. 4 Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan komunikatif, dibutuhkan interaksi yang baik antara guru dengan siswa. Disamping guru harus terampil untuk memancing pengetahuan siswa, guru juga harus mampu memancing siswa untuk membuat atau mengajukan pertanyaan. Jika hal tersebut terlaksana dengan baik, maka akan dapat tercipta komunikasi dua arah yang baik antara guru dengan siswa. Selain itu, dengan adanya siswa yang terampil bertanya dapat menumbuhkan pemikiran kritis siswa. Dengan seringnya siswa mengajukan pertanyaan, maka akan semakin banyak pengetahuan yang akan diperoleh siswa. Hal ini sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, terutama pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). 3 Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), 1 4 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 23

3 Pada pelajaran IPA memerlukan daya nalar dan daya berpikir kritis siswa. Sehingga menuntut siswa dapat terampil bertanya agar siswa mampu memperoleh banyak pengetahuan dan sumber informasi tentang alam secara kritis. Serta menuntut siswa berpikir kritis terhadap gejalagejala alam yang ada di sekitar mereka. Selain itu, pelajaran IPA juga menuntut siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Namun, saat ini pembelajaran yang dilakukan di kelas cenderung sistemnya masih teacher centered atau berpusat pada guru, sehingga siswa kurang berpengaruh dalam pembelajaran atau dapat dikatakan pasif dalam pembelajaran dan mengakibatkan kepercayaan diri siswa kurang, sehingga siswa malu dalam bertanya. Padahal, harusnya siswa memproduksi pengetahuan sendiri secara lebih luas, lebih dalam dan lebih maju dengan memodifikasi pemahaman terhadap konsep awal pengetahuan (prior knowledge). 5 Dalam pembelajaran, rasa percaya diri seorang siswa sangat berpengaruh terhadap kemauan, kemampuan dan keterampilan bertanya siswa. Pembelajaran yang dilakukan di kelas masih kurang variatif dan masih berpusat pada guru, membuat siswa kurang aktif dalam mengutarakan pendapat, bertanya maupun tampil di depan kelas. Sehingga kesempatan untuk melatih kepercayaan diri serta mengembangkan keterampilan bertanya siswapun kurang. Dengan pembelajaran yang variatif dan aktif untuk siswa, akan membuat siswa terampil dan terlatih 5 Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran Aktif (Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia, 2013), 28

4 dalam bertanya ketika didalam kelas khususnya pada saat mata pelajaran IPA berlangsung. Pada kenyataannya, tidak semua yang diharapkan dalam proses pembelajaran dapat terwujud. Permasalahan yang terjadi di lapangan, guru masih tidak dapat menciptakan suasana belajar yang aktif. Realitanya, guru hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan didalam kelas, khususnya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Proses pembelajaran masih searah, dimana guru yang lebih mendominasi sementara siswa hanya duduk dan mendengarkan ceramah. Proses pembelajaran seperti ini akan membuat siswa pasif, sehingga siswa tidak bisa mengembangkan potensi dan kreatifitasnya. Pada akhhirnya tidak membentuk karakter siswa yang cakap, kreatif, terampil dan mandiri seperti yang diharapkan. Terlebih dalam mengembangkan keterampilan bertanya siswa. Hal ini terjadi dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV di MI Baitussalam Betiring. MI Baitussalam Betiring adalah salah satu lembaga pendidikan tingkat dasar yang masih menggunakan metode ceramah, menyalin dan penugasan. Oleh karena itu, siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Hanya beberapa saja yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa yang kurang aktif bertanya akan berdampak pada keterampilan siswa dalam bertanya ketika proses belajar mengajar. Selain itu, lingkungan yang identik menggunakan bahasa Jawa

5 seringkali mempengruhi siswa yang memakai bahasa campuran Indonesia- Jawa dalam mengutarakan pertanyaannya. 6 Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yang telah dilakukan bahwa dari jumlah keseluruhan 20 siswa pada kelas IV MI Baitussalam Betiring, hanya dijumpai 3 siswa yang mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan pun masih dalam tingkatan low order thinking skill dan dengan bahasa yang campur aduk antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Sedangkan siswa yang lain bersifat pasif dan hanya mengikuti arahan guru. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi siswa terutama lingkungan sosial dan budaya yang dapat berwujud bahasa. 7 Selain itu, strategi serta metode yang digunakan oleh guru masih kurang variatif dan masih kurang efisien dalam mengembangkan keterampilan bertanya siswa. Dengan bervariasinya strategi yang digunakan oleh guru maka dapat mencapai dan meningkatkan tujuan yang diharapkan, dalam hal ini adalah meningkatnya keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dari penjabaran permasalahan tersebut, dapat dipahami bahwa terjadi ketidakseimbangan proses belajar mengajar, dan salah satu faktornya adalah adalah kurang variatifnya strategi yang digunakan oleh 6 Umi Khofsah, Guru IPA Kelas IV MI Baitussalam, Wawancara Pribadi, Gresik, 16 November 2016 7 Abu Rahmadi, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 218-219

6 guru agar dapat membiasakan siswa untuk bertanya serta mengembangkan keterampilan bertanya siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Salah satu strategi yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa adalah dengan menggunakan strategi mesin penanya. Dengan strategi ini, siswa akan dituntut untuk memiliki banyak pertanyaan yang harus diungkapkan selama pembelajaran. Sehingga dapat melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan bertanya pada diri mereka. Pemilihan strategi ini didasarkan pada berbagai pertimbangan, antara lain : 1) Lebih mudah diterapkan untuk memperoleh partisipasi aktif siswa, 2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk tampil berani di depan kelas, 3) Meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk tampil di depan umum ataupun untuk bertanya, 4) Membiasakan siswa untuk berani dan terampil bertanya, 5) Melatih siswa untuk aktif berbicara di depan umum. Dengan digunakannya strategi ini, diharapkan dapat merubah sikap dan partisipasi siswa dari pasif menjadi aktif, kreatif dan menyenangkan, serta meningkatkan keterampilan bertanya siswa sehingga dapat memenuhi fungsi pendidikan dan dapat tercapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Selain itu, juga dapat meningkatkan mutu siswa dan juga mutu pendidikan. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian

7 ini antara lain penelitian yang dilakukan oleh Utiarsih 8, Meiria Sylvi Astuti 9 dan Hermi 10. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada subjek, materi, fokus penelitian serta metode yang digunakan. Oleh karena itu, penulis ingin mengangkat topik Peningkatan Keterampilan Bertanya pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Strategi Mesin Penanya Siswa Kelas IV MI Baitussalam Cerme Gresik Tahun Pelajaran 2016/2017. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka yang menjadi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan strategi mesin penanya dalam meningkatkan keterampilan bertanya siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV MI Baitussalam Cerme Gresik? 2. Bagaimana peningkatan keterampilan bertanya siswa setelah menggunakan strategi mesin penanya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV MI Baitussalam Cerme Gresik? 8 Utiarsih, Upaya Meningkatkan Keterampilan Bertanya Siswa dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Menggunakan Metode Tanya Jawab, Skripsi (Bandung: Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, 2013), 63 9 Meiria Sylvi Astuti, Peningkatan Keterampilan Bertanya dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Slungkep 03 Menggunakan Model Discovery Learning, Jurnal Ilmiah (Pati: Scholaria, 2015), 10 10 Hermi, Peningkatan Kemampuan Bertanya Siswa pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode CTL di Kelas IV SDN Sambergede 01 Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar, Skripsi (Malang: Perpustakaan Universitas Negeri Malang, 2012), 60

8 C. Tindakan yang Dipilih Tindakan yang dipilih adalah menggunakan strategi mesin penanya. Peneliti memilih strategi ini atas beberapa pertimbangan, yakni : 1. Strategi mesin penanya ini dipilih dengan alasan sesuai dengan karakteristik siswa, letak kesesuaiannya adalah pada aspek keberanian siswa. Selain untuk melatih keterampilan bertanya siswa, strategi ini juga dapat membuat siswa berani tampil di depan kelas serta berani mengajukan pertanyaan sesuai dengan norma atau kaidah bertanya. 2. Strategi ini dipilih dengan alasan sesuai dengan materi yang diajarkan, letak kesesuaiannya adalah pada materi tersebut sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga memudahan siswa untuk merumuskan atau mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan konteks materi. D. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui penerapan strategi mesin penanya dalam meningkatkan keterampilan bertanya siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV MI Baitussalam Cerme Gresik.

9 2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan bertanya siswa kelas IV MI Baitussalam Cerme Gresik setelah diterapkan strategi mesin penanya. E. Ruang Lingkup Pembahasan Pembahasan dalam penelitian ini, memiliki beberapa ruang lingkup pembahasan. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada kesimpangsiuran yang dapat menyebabkan keluarnya pembahasan dari koridor permasalahan, sehingga pembahasan dalam penelitian ini dapat mengarah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Adapun ruang lingkup pembahasan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya membahas tentang penggunaan strategi mesin penanya pada siswa kelas IV MI Baitussalam Cerme Gresik. 2. Penelitian ini hanya untuk mengukur keterampilan bertanya siswa kelas IV MI Baitussalam Cerme Gresik. 3. Penelitian ini hanya membahas tentang peningkatan keterampilan bertanya siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV MI Baitussalam Cerme Gresik.

10 F. Signifikansi Penelitian Dalam penelitian ini akan dipaparkan bagaimana pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV MI Baitussalam sebelum diadakan penelitian, bagaimana aktifitas siswa dan seberapa besar tingakat keberhasilannya, sehingga diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi semua pihak yang kompeten dalam bidang pendidikan. Adapun manfaat tersebut antara lain : 1. Manfaat Teoritik a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumbangan bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi guru di MI Baitussalam. b. Bagi peneliti (penulis) diharapkan bisa memperkaya pengalaman dalam hal penerapa strategi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keberhasilan pembentukan karakter siswa khususnya dalam aspek keterampilan bertanya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Dengan penerapan strategi mesin penanya diharapkan memberikan manfaat bagi siswa, antara lain : 1) Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran

11 2) Menumbuhkan sikap percaya diri dan tanggung jawab 3) Mengembangkan sikap berani, terampil berbicara dan bertanya sesuai dengan pemahamannya 4) Mengembangkan keterampilan bertanya siswa b. Bagi Guru Strategi mesin penanya diharapkan memberikan manfaat bagi guru, antara lain : 1) Dapat menambah wawasan keeterampilan dalam memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat kepada siswa 2) Menambah variasi dalam mengjar 3) Meningkatkan keberhasilan dalam mengajar c. Bagi Madrasah dengan penerapan strategi mesin penanya maka diharapkan dapat meningkatkan mutu madrasah.