BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Landasan kebijakan program pangan dan gizi dalam jangka panjang di tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. Pembangunan jangka panjang dijalankan secara bertahap dalam kurun waktu lima tahunan, dirumuskan dalam dokumen Rencana Pembangunan jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden (Perpres). RPJMN tahap ke 2 periode tahun 2010-2014, juga telah memberikan landasan yang kuat untuk melaksanakan program pangan dan perbaikan gizi. Dalam RPJMN tahap ke-2 terdapat dua indikator outcome yang berkaitan dengan gizi yaitu prevalensi kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) sebesar <15% dan prevalensi stunting ( pendek) sebesar 32% pada akhir 2014. Sasaran program gizi juga telah dirumuskan dengan jelas yaitu lebih fokus terhadap ibu hamil sampai anak usia 2 tahun (Kerangka Kebijakan 1000 Hari Pertama Kehidupan, 2012). Status gizi ibu hamil umumnya ditentukan jauh sebelum ibu itu hamil, yaitu selama masa kanak-kanak hingga dewasa. Gizi selama kehamilan sangat penting namun banyaknya tambahan kebutuhan nutrien dapat terpenuhi apabila ibu mempunyai cadangan nutrien yang cukup sebelum hamil. Kebutuhan energi dan nutrien selama kehamilan lebih tinggi daripada orang dewasa. Gizi ibu hamil mempengaruhi pertumbuhan janin di dalam kandungan. Perubahan fisiologis pada ibu mempunyai dampak besar terhadap diet ibu dan kebutuhan
nutrien, karena selama kehamilan ibu harus memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin yang sangat pesat agar keluaran hasil kehamilannya berhasil baik dan sempurna (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007). Menurut laporan World Health Organization (WHO) perdarahan menempati posisi tertinggi penyebab kematian ibu (28%), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara didunia paling sedikit seperempat dar seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10% sampai hampir 60%. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami perdarahan pasca persalinan, namun ia akan mendertita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan (WHO, 2007). Di Indonesia pada tahun 2010 prevalensi BBLR sebesar 8,8%. Besar kemungkinan kejadian BBLR diawali berasal dari ibu yang hamil dengan kondisi kurang energi kronis (KEK), dan resikonya lebih tinggi pada ibu hamil usia 15-49 tahun. Dimana proporsi ibu hamil KEK menunjukkan bahwa rata-rata kecukupan konsumsi energi perempuan umur 15-49 tahun (usia reproduksi) berkisar antara 78,7%-92,2% dan sebanyak 40,7% perempuan umur 15-49 tahun mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal. Presentase perempuan umur 15-49 tahun yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal terendah di Provinsi Sumatera Barat (29,7%) dan tertinggi di provinsi Sulawesi barat (47,6%). Di indonesia, rata-rata kecukupan konsumsi protein perempuan umur 15-49 tahun berkisar antara 88,0%-127,8%. Persentase perempuan umur 15-49 tahun yang mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan
minimal adalah 37,4%. Persentase perempuan umur 15-49 tahun yang mengkonsumsi protein dibawah kebutuhan minimal terendah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (18,1%) dan tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (56,7%) (Riskesdas, 2010). Berdasarkan hasil laporan di Provinsi Aceh tahun 2010 persentase perempuan umur 15 49 tahun yang mengkonsumsi energi adalah 38,0% dan Persentase perempuan umur 15 49 tahun yang mengkonsumsi protein adalah 28,1%. Sedangkan rata-rata kecukupan konsumsi energi pada perempuan umur 15 49 tahun (usia reproduksi) berkisar antara 78,7% 92,2% dan rata-rata kecukupan konsumsi protein perempuan umur 15 49 tahun berkisar antara 88,0%-127,8%. Hasil menunjukkan bahwa masih banyak perempuan yang mengkonsumsi energi dan protein dibawah kebutuhan minimal (Riskesdas, 2010). Berdasarkan hasil laporan pemerintah kota Langsa ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK) sebanyak 47% (Dinkes Kota Langsa, 2013). Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi ibu hamil, diantaranya adalah kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, status ekonomi, pengetahuan, status kesehatan, aktifitas, suhu lingkungan, berat badan dan umur (Ellya, 2010). Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang ibu akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan juga berpengaruh pada prilakunya. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik kemungkinan akan memberikan gizi yang cukup bagi bayinya. Hal ini terlebih lagi kalau seorang ibu tersebut memasuki masa ngidam, dimana perut rasanya tidak mau diisi, mual dan rasa yang tidak
karuan. Walaupun dalam kondisi yang demikian jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka ia akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan juga bayinya (Kristiyanasari, 2010). Berdasarkan hasil penelitian Anastasia (2013) menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan Baik (67,5) dan sebagian besar ibu hamil memiliki status gizi baik yaitu (62,5%). Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan status gizi (p=0,000 <0,05). Hasil penelitian Retnaningsih (2010) menunjukkan bahwa responden mempunyai pengetahuan baik sebanyak 34 orang (61,8%), sebagian besar responden mempunyai status gizi dalam kelompok tidak KEK yaitu ukuran lila lebih 23,5 cm sebanyak 29 orang (52,7%). Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang gizi dengan status gizi ibu hamil (p=0,003< 0,05). Hasil penelitian Asriah (2006) menunjukkan bahwa dari 20 orang ibu hamil yang berstatus gizi kurang paling banyak terdapat pada ibu yang berpengetahuan rendah (63,2%) sehingga dapat dilihat presentase ibu dengan gizi kurang paling sedikit pada ibu yang berpengetahuan tinggi (32%). Terdapat hubungan pengetahuan dengan status gizi ibu hamil (p=0,04<0,05). Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 24 s/d 27 Desember 2013 di Poli Kebidanan RSUD Kota Langsa diperoleh jumlah kunjungan ibu hamil 10 orang dan ditemukan ibu hamil dengan status gizi kategori Kurus (IMT<18,5) sebanyak 3 orang (30%), kategori Normal (IMT 18,5-22,9) sebanyak 5 (40%) orang dan Kategori Overweight (IMT 23-29,9) 2 orang (30%). Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Gizi
dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester III di Poli Kebidanan RSUD kota Langsa Tahun 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimanakah Hubungan Pengetahuan Ibu hamil Tentang Gizi dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester III di Poli Kebidanan RSUD kota Langsa Tahun 2014?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu hamil Tentang gizi dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester III di Poli Kebidanan RSUD Kota Langsa Tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang gizi dengan status gizi ibu hamil trimester III di Poli Kebidanan RSUD Kota Langsa Tahun 2014 b. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil trimester III di Poli Kebidanan RSUD Kota Langsa Tahun 2014 c. Untuk menguji hubungan pengetahuan ibu hamil tentang gizi dengan status gizi ibu hamil trimester III di Poli Kebidanan RSUD Kota Langsa Tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Sebagai bahan kajian ilmiah untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang pengetahuan gizi dan status gizi yang baik bagi ibu hamil. 2. Bagi Praktek kebidanan Sebagai bahan masukan yang di berikan petugas kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan memberikan informasi dan konseling tentang perkembangan ilmu kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada ibu hamil mengenai pengetahuan gizi dan bagaimana mencapai status gizi yang baik dan kesehatan optimal. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Sebagai bahan pedoman bagi peneliti lain yang mungkin berminat melakukan dan mengembangkan penelitian ini agar dapar dijadikan perbandingan dalam pembahasan materi, metode dan desain penelitian.