BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan dimunculkannya sistem perbankan syari ah pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta: Ekonomi, 2005, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari ah, Cet. III, 2 Ibid. h. 96.

BAB IV ANALISA KEPERCAYAAN NASABAH TERHADAP SIRELA (SIMPANAN SUKARELA) PADA BMT HARAPAN UMAT PATI

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan jasa keuangan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan. Perusahaan yang berada dalam lingkungan bisnis tertentu harus

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan pesat. Bahkan keberadaan bank syari ah saat ini menjadi salah

BAB III METODE PENELITIAN. atau angket serta dari data yang dimiliki oleh pihak perusahaan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU nomor 25 tahun 1992, koperasi adalah suatu bentuk. badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yakni pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syari ah mapun lembaga keuangan syari ah pada akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. dengan koperasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Baitul mal wa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Bank pembiayaan rakyat syari ah atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. meski sampai saat ini juga kondisi ekonomi dan politik masih dipengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan berbagai cara dalam menarik nasabah. Setelah terjadi kegagalan

BAB I PENDAHULUAN. instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Perbankan di Indonesia yang diatur dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

BAB I PENDAHULUAN. dengan pimpinan puncak suatu organisasi. Masing masing sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang menjalankan sebagian besar sistem operasional perbankan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Bank maupun Lembaga Keuangan Non Bank. jelas. Sistem operasionalnya menggunakan syariah islam,hanya produk dan

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. 2005, h Edy wibowo& Untung hendi, Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH MUSLIM DAN NON MUSLIM TERHADAP TRANSAKSI PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Ikin Ainul Yakin

BAB I PENDAHULUAN adalah Bank Muamalat (BMI). Walaupun perkembangannya agak. terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. Islam, Yogyakarta, Darma Bakti Wakaf, 1992, h Karnaen Perwata Atmaja dan Muhamad Syafii Antonio, Apa Dan Bagaimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Bekasi Gramata Publising, 2014.hml 9. 1 Rahma Hidayat, Efesiensi Perbankan Syariah: Teori dan Prakteik,

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan agar tidak berpindah ke perusahaan lain (Susanto, 2008:59). nyata dari sektor perbankan (Lupiyoadi dan Hamdani, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya persoalan itu bagi kehidupan manusia. Cita-cita di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data yang relevan. 1 Metode yang akan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan telah berperan besar dalam pengembangan dan. pertumbuhan masyarakat modern.baik kegiatan usaha yang berskala besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian empiris atau penelitian lapangan (field

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. Amir, M. Taufiq, Dinamika Pemasaran Jelajahi dan Rasakan, Jakarta: PT Raja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai bermunculannya lembaga-lembaga keuangan yang berbasis syariah.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia), Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999, hlm. 1. Pustaka Utama, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field study research) yakni

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan efektivitas kinerja para karyawan yang dapat menggerakkan

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia perbankan syari ah tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keimanan dan ketakwaan melahirkan krisis politik sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB I PENDAHULUAN. agama serta etika dalam bermuamalah, yang memberikan nilai keuntungan

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. dan Jawa Timur menjadikan Koperasi Simpan Pinjam (KOSPIN) JASA

BAB I PENDAHULUAN. Fondasi perekonomian suatu negara berada didalam dunia lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil. untuk mengatasi hambatan operasionalisasi BMI tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini, telah mendorong munculnya berbagai jenis produk dan system usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

MANAJEMEN PENGENDALIAN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO 75 ib DI BANK SYARIAH KANTOR CABANG CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya lembaga keuangan syariah termasuk Koperasi Syariah,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan dimunculkannya sistem perbankan syari ah pada pertengahan tahun 1990-an di Indonesia, beberapa lembaga keuangan syari ah tumbuh dan berkembang pesat di Indonesia.Lembaga keuangan syari ah mempunyai peran yang sangat penting sebagai lembaga ekonomi berbasis syari ah di tengah proses pembangunan nasional yang merupakan implementasi dari pemahaman umat Islam terhadap prinsip-prinsip muamalah dalam bentuk ekonomi Islam. 1 Lembaga keuangan mikro syari ah khususnya BMT (Baitul Maal wat Tamwil) mengalami pertumbuhan yang cukup membanggakan. Sebab, BMT merupakan lembaga keuangan syari ah yang paling banyak dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan syari ah lainnya. Walaupun masih banyak kendala yang harus dihadapai seperti keterbatasan sumber daya manusia. BMT merupakan lembaga ekonomi Islam yang di bangun berbasis keumatan. Sebab, dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat. 2 BMT (Baitul Maal wat Tamwil) adalah merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sebagai lembaga sosial. Sebagai lembaga sosial, baitulmaal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan 1 Muhamad (ed.), Bank Syari ah Analisis Kekuatan, Peluang, Kelemahan dan Ancaman, Yogyakarta: Ekonisa, 2006, hlm. 135. 2 Hendi Sunendi, BMT dan Bank Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, hlm.5.

2 sebagai lembaga bisnis, BMT lebih memfokuskan kegiatan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan-pinjam dengan pola syari ah. 3 Salah satu faktor yang mendukung Munculnya Sistem Syari ah pada Lembaga Keuangan syari ah adalah sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam yang menganggap bunga itu riba. Islam melarang praktik riba. Salah satu ayat yang menerangkan tentang riba adalah surat Al Baqarah 278-279 yang bunyinya : &' "#$%!./01,- %()*+ <=+,-: ; 56789 234 /B!; ; >? >@A F &'E CD<* -%,- GH- J N <=LM? ; K./0<L> R -?T PQ <=L+ @H 567U9R M?T>PQ Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dantinggalkanlah sisariba yang belum dipungut, jika kamu termasuk orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisariba), Allah dan Rasul- Nya akan memerangi kamu. Dan jika kamu bertaubat dari mengambil riba, kamu tidak akan menganiaya dan tidak pula dianiaya. 4 Keberhasilan ini juga disebabkan oleh pemanfaatan celah pasar yang tidak dilakukan oleh peran bank ataupun koperasi karena ia berbeda dengan bank baik dari segi asas ataupun tujuannya. Ternyata dengan memanfaatkan celah 3 M.Ridwan, Sistem dan Prosedur Pendirian Baitul Mall Wat-Tamwil (BMT), Yogyakarta: Citra Media, 2006, hlm. 1. 4 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1997, hlm.48.

3 itulah, BMT bisa masuk dan menguasai segmen tersebut. Disinilah keunggulan komparatif BMT sebagai lembaga intermediasi keuangan. 5 Selain itu, Ada beberapa keungulan BMT yang lainnya bagi masyarakat yakni: 1. BMT memiliki dasar hukum operasional yakni Al Qur an dan Al Hadist. Sehingga dalam operasionalnya sesuai dengan prinsip-prinsip dasar seperti diperintahkan oleh Allah SWT, juga seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. 2. BMT mendasarkan semua produk dan operasinya pada prinsip-prinsip efisiensi, keadilan, dan kebersamaan. 3. Adanya kesamaan ikatan emosional keagamaan yang kuat antara pemegang saham, pengelola, dan nasabah, sehingga dapat dikembangkan kebersamaan dalam menghadapi resiko usaha dan membagi keuntungan secara jujur dan adil. 4. Tersedia pembiayaan (Qardu Hasan) yang tidak membebani nasabah dengan biaya apapun, kecuali biaya yang dipergunakan sendiri:seperti biaya materai, biaya notaris, dan sebagainya. Dana fasilitas ini diperoleh dari pengumpulan zakat, infak dan sadaqah, para amil zakat yang masih mengendap. 5. Dengan adanya sistem bagi hasil, maka untuk kesehatan BMT yang bisa diketahui dari naik turunnya jumlah bagi hasil yang diterima. Maka persaingan antar BMT berlaku wajar yang diperuntukkan oleh 5 Widodo Hertanto, PAS(Pedoman Akuntansi Syariat): Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil (BMT), Bandung: Mizan, 1999, hlm.43.

4 keberhasilan dalam membina nasabah dengan profesionalisme dan pelayanan yang baik. 6 Dari uraian diatas, terlihat bahwa lembaga keuangan mikro syari'ah dalam hal ini BMT, memiliki potensi pengembangan yang cukup besar dengan adanya kebutuhan masyarakat dan dukungan kebijakan pengembangan yang kuat.bmt yang cukup berkembang di Pati adalah BMT HARUM. Perkembangan yang nampak adalah sejak didirikannya BMT HARUM pada mei 2005 sampai saat ini telah memiliki 6 Kantor Cabang di Daerah-daerah Pati. Hal ini menunjukkan bahwa BMT HARUM cukup berkembang di kota Pati dan menunjukan minat dan kepercayaan masyarakat terhadap dana yang disimpan untuk di kelola secara syari ah. Namun, BMT selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan dan tantangan. Kelemahan dan tantangan utama, dari sisi internal adalah kualitas SDM yang kurang memadai, para pendiri BMT lebih berbekal semangat untuk menjalankan syari ah Islam dan menganggap pendirian BMT sebagai gerakan ekonomi umat yang siap menanggung biaya berapa pun besarnya. Kelemahan-kelemahan serta permasalahan-permasalahan yang ada dalam BMT (Warkum Sumitro, 1996) yang lainnya adalah: 1. Dalam operasional BMT, pihak-pihak yang terlibat didasarkan pada ikatan emosional keagamaan yang sama, sehingga antara pihak-pihak khususnya pengelola BMT dan BMT harus saling percaya, bahwa mereka sama-sama beritikad baik dan jujur dalam bekerjasama. BMT dengan sistem ini terlalu 6 Ibid, hlm.45.

5 berprasangka baik kepada semua nasabah dan berasumsi bahwa semua orang yang terlibat adalah jujur. 2. Sistem bagi hasil yang adil memerlukan tingkat profesionalisme yang tinggi bagi pengelola BMT untuk membuat penghitungan yang cermat dan terusmenerus. 3. Motivasi masyarakat muslim untuk terlibat dalam aktivitas BMT adalah emosi keagamaan, ini berarti tingkat efektifitas keterlibatan masyarakat muslim dalam BMT tergantung pada pola pikir dan sikap masyarakat itu sendiri. 4. BMT tidak memiliki penjaminan simpanan, ketika melakukan simpanan di BMT hanya menaruh kepercayaan, melihat literatur pengelolaan, serta pengurus atau pendirinya yang berpengaruh di dalamnya. 7 Adapun Asas dan landasan BMT, berasaskan pancasila dan UUD 45 serta berlandaskan prinsip syari ah Islam, keimanan, keterpaduan, kekeluargaan atau koperasi yang diatur dalam Undang undang No.17 Tahun 2012 tentang perkoperasian. Dengan demikian keberadaan BMT Menjadi organisasi yang syah dan legal. 8 Dengan melihat segala kelemahan dan segala keungulan pada BMT berpengaruh besar pada tingkat kepercayaan nasabah dalam melakukan simpanan pada BMT tersebut, karena berpengaruh pada dana yang di dapat dari nasabah yang berupa simpanan, aktivitas manajemen ini harus bisa 7 Widodo Hertanto, op.cit, hlm.43. 8 Muhammad Ridwan, loc.cit, hlm.129.

6 mewujudkan tujuan BMT secara efektif dan efisien, dengan meminimalisir kelemahan BMT dan mengembangkan keunggulan yang di miliki BMT. 9 Keberadaan BMT HARUM di tengah-tengah masyarakat Pati untuk memperkuat jaringan ekonomi Islam di Indonesia. BMT HARUM mempunyai beberapa produk baik penghimpunan dana maupun penyaluran dana, salah satu produknya adalah sirela (simpanan sukarela) yang merupakan simpanan dengan saldo awal pembukaan rekeningnya lebih terjangkau dari simpanan yang lainnya, simpanan harian ini juga bisa diambil sewaktu-waktu selama jam kerja dan menggunakan akad mudhorobah. Dulunya, menggunaan akad wadi ah. Namun dari pengurus pengawas syari ah dianggap bahwa jika dalam produk simpanan suka rela pada BMT itu menggunakan akad wadi ah, maka tidak menggunakan bagi hasil melainkan menggunakan bonus atau hadiah, sedangkan sebelum diganti menggunakan akad mudhorobah, BMT HARUM menggunakan akad wadi ah dengan bagi hasil, karena dianggap tidak sesuai oleh pengawas syari ah. Maka, pengawas syari ah mengganti dengan menggunakan akad mudhorobah, agar teori dan praktek itu sejalan. 10 Simpanan sukarela pada BMT HARUM, berusaha menggunakan akad yang benar-benar sesuai syari ah. Tetapi, dilihat dari segi kelemahan, BMT masih memiliki banyak kelemahan. Diantara kelemahan tersebut adalah tidak adanya penjamin simpanan, karena tidak adanya LPS yang ketika masyarakat melakukan simpanan Sukarela hanya menaruh kepercayaan kepada BMT. 9 Berdasarkan brosur-brosur tentang BMT HarapanUmat 2013. 10 Berdasarkan wawancara dengan Manajer Personalia BMT Harapan Umat bernama Ibu Da is, dikutip pada tanggal 22 April 2013.

7 Berdasarkan uraian diatas, mengenai kelemahan dan keunggulan pada BMT, penulis tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai kepercayaan nasabah terhadap simpanan sukarela pada BMT HARUM serta faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan nasabah pada BMT HARUM. Sehingga penulis mengangkat judul, KEPERCAYAAN NASABAH TERHADAP SIRELA (SIMPANAN SUKA RELA) PADA BMT HARAPAN UMAT PATI B. Rumusan Masalah Dari uraian di atas dapat peneliti kemukakan pokok permasalahan sebagaiberikut: 1. Bagaimana kepercayaan nasabah terhadap SIRELA (Simpanan Suka Rela) pada BMT HARUM PATI? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kepercayaan nasabah terhadap SIRELA (Simpanan Suka Rela) pada BMT HARUM PATI? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dan kegunaan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kepercayaan nasabah terhadap SIRELA (simpanan suka rela) pada BMT HARUM PATI. 2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan nasabah terhadap SIRELA (Simpanan Suka Rela) pada BMT HARUM PATI.

8 D. Telaah Pustaka Penelitian yang pernah penyusun jumpai berkaitan dengan kepercayaan nasabah terhadap produk simpanan sukarela adalah Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito(Suatu Tinjauan Hukum Terhadap Produk Tabungan dan Deposan di Indonesia Dewasa ini). 11 Tesis ini membahas keluhan nasabah bank di DKI Jakarta yang berkaitan dengan hubungan hukum terhadap asas kepercayaan pada nasabah penyimpan dana. Johan Wahyudipadatahun 2010 yang melakukan penelitian yang berjudul Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Nasabah Terhadap Produk Simpanan Wadi ah. 12 Skripsi ini membahas tentang prosentase nasabah dalam memilih produk simpanan wadi ah dengan mengambil obyek penelitian BMT NU Sejahtera Semarang.Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan positif dan signifikan antara variable pelayanan dan variabel preferensi nasabah dengan indikator-indikatornya seperti ketepatan waktu dalam pelayanan dan memahami kebutuhan nasabah. Sedangkan penelitian ini berfokus pada upaya peningkatan sistem pelayanan, sistem akses, dan sistem penggunaan prinsip-prinsip syari ah yang dapat menumbuhkan kepercayaan nasabah terhadap simpanan sukarela pada BMT HARUM Pati. Sehingga nasabah selalu menyimpan dananya di BMT Harum Pati. Selainitu, penelitian ini diharapkan memiliki perbedaan dari 11 Ronny Sautma, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito(Suatu Tinjauan Hukum Terhadap Produk Tabungan dan Deposan di Indonesia Dewasa ini) Tesis tidak dipublikasikan (Jakarta:UI,1994),hlm.154. 12 Johan Wahyudi, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Nasabah Terhadap Produk Simpanan Wadi ah Skripsi tidak dipublikasikan (Semarang:IAINWalisongo, 2010), hlm.80.

9 penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dalam sistem pelayanan, sistem akses, dan sistem menerapkan prinsip syari ah terhadap kepercayaan nasabah. E. Metode Penelitian Skripsi 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang langsung berhubungan dengan obyek yang diteliti. 13 2. Subyek dan Obyek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah nasabah pada simpanan sukarela (Sirela) tahun 2012 yang berjumlah 100 nasabah yang terdiri dari jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan usia nasabah. Sedangkan obyek penelitian adalah Lembaga Keuangan Syari ah pada BMT HARUM (Harapan Umat) PATI. 3. Sumber Data Sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 macam : a. Sumber Data Primer Data Primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau obyek penelitian. 14 Obyek 13 Hadi Sutrisno, Metodologi Research, jilid 2, Yogyakarta: Andi Offset, 2001,hlm. 32 14 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, Cet. 1, 2004, hlm. 122.

10 penelitian ini adalah pengurus BMT HARUM Pati dan nasabah BMT HARUM Pati. b. Data Sekunder Dalam penelitian ini, data sekunder berupa dokumen yang berupa data tertulis seperti buku, majalah, surat kabar, makalah, laporan penelitian dokumen dan lain sebagainya. 15 4. Metode Pengumpulan Data Salah satu tahap yang penting dalam proses penelitian adalah tahap pengumpulan data. Hal ini karena data merupakan faktor terpenting dalam suatu penelitian, tanpa adanya data yang terkumpul maka tidak mungkin suatu penelitian akan berhasil. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah dengan cara: a. Observasi Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan. Pada waktu melakukan observasi, peneliti dapat ikut juga berpartisipasi atau hanya mengamati saja orangorang yang sedang melakukan suatu kegiatan tertentu yang diobservasi. Peneliti memasuki kantor BMT HARUM (Harapan Umat) Pati untuk melihat langsung proses kegiatannya. b. Wawancara atau Interview 15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Sebuah Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, Edisi Revisi V, 2002, hlm. 206.

11 Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta dilapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber. Akan tetapi bisa juga dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui telepon, internet atau surat (wawancara tertulis). Interview atau wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan yang dilakukan dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasiinformasi atau keterangan-keterangan yang berhubungan dengan penelitian. 16 Metode ini digunakan untuk mencari data tentang kepercayaan nasabah terhadap produk simpanan sukarela pada BMT HARUM. Interview dilakukan dengan cara mewawancarai beberapa nasabah simpanan sukarela pada BMT HARUM PATI. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa sumber data tertulis yang berupa penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan masalah penelitian. 17 Sumber data tertulis dapat 2008, hlm. 103. 16 Narbuko Kholid, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009, hlm. 83. 17 Muhammad, Metodoligi Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

12 dibedakan menjadi: dokumen resmi, buku, majalah, arsip, atau dokumen pribadi. 18 5. Metode Analisis Data Dalam melakukan analisis data peneliti akan menggunakan metode deskriptif, 19 yakni mendeskripsikan data yang diperoleh melalui sumber data sekunder atau menggambarkan sifat atau keadaan yang dijadikan obyek dalam penelitian. Karena penelitian ini kualitatif maka disebut dengan penelitian deskriptif kualitatif. 20 Dengan metode Kualitatif, peneliti tidak hanya menggambarkan akan tetapi juga menjelaskan tingkat status fenomena. F. Sistematika Penelitian Skripsi Untuk memudahkan dan mengetahui dalam penelitian skripsi ini, maka peneliti menyusun sistematikanya sebagai berikut : BAB I: Pendahuluan Dalam bab ini meliputi alasan pemilihan judul, penegasan judul, permasalahan, tujuan penelitian skripsi, metode penelitian skripsi dan sistematika penelitian skripsi. 18 Lexy J.Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000, hlm. 113. 19 Tim Penulis Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang,hlm.13. 20 Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 117.

13 BAB II: Landasan Teori Bab ini merupakan penjelasan umum tentang kepercayaan nasabah, kerangka pemikiran teoritis serta tinjauan umum tentang BMT, dasar hukumnya, serta sejarah dan BMT. BAB III: GAMBARAN UMUM BMT HARUM (Harapan Umat) PATI Pada bab ini peneliti menguraikan tentang gambaran umum Sejarah Berdirinya BMT HARUM, Visi Misi BMT HARUM, Produk Simpanan Sukarela pada BMT HARUM, dan Struktur Organisasi BMT HARUM (Harapan Umat) PATI. BAB IV: Analisis Kepercayaan NasabahTerhadap simpanan sukarela pada BMT Harum (Harapan Umat) Bab ini meliputi, analisis kepercayaan nasabah terhadap simpanan sukarela pada BMT HARUM dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan nasabah terhadap simpanan suka rela pada BMT HARUM dengan adanya keunggulan dan kelemahan pada BMT. BAB V: Penutup Pada bab ini peneliti mencoba mengambil beberapa kesimpulan, dilanjutkan dengan beberapa saran dan diakhiri dengan kata penutup, mengenai daftar pustaka, lampiran, serta riwayat pendidikan akan dimasukkan dalam lampiran.

14