MAKALAH PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS KATEGORI PSIKOSOSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS KATEGORI KOMUNIKASI

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar seumur hidup yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan diatas dan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka

Pedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB V PENUTUP. pertanggungjawaban pidana, dapat disimpulkan bahwa:

V. PENUTUP. ini, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Teknik dan taktik penyidik kepolisian dalam mengungkap tindak pidana

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI PELAPOR DAN SAKSI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam model pembelajaran SQ3R ini siswa diharapkan menguasai materi

2011, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lemba

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI PELAPOR DAN SAKSI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

APA ITU CACAT HUKUM FORMIL?

Menuju Sistem Peradilan Pidana yang Menjauhkan Korban dari Viktimisasi Melalui RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

Karakteristik Anak Usia Sekolah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

BAGI PENYANDANG DIFABEL DI GUNUNGKIDUL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENANGANAN PERKARA PIDANA ACARA BIASA PADA PENGADILAN NEGERI TENGGARONG

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

BAB I PENDAHULUAN. acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

Memahami dan membantu anak-anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat,

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa percakapan yang

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

AKIBAT HUKUM PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DI PENGADILAN DAN PENGARUHNYA PADA PEMBUKTIAN (Studi Kasus di PengadilanNegeri Semarang)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

MAKALAH PRINSIP-PRINSIP PENEGAKKAN HUKUM DAN PENYANDANG DISABILITAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN REGISTER PERKARA ANAK DAN ANAK KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat mencukupi segala kebutuhannya hanya dengan. mengandalkan kemampuannya sendiri, melainkan kebutuhan manusia akan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan untuk mencari kebenaran dengan mengkaji dan menelaah beberapa

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1961 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

Saksi #16: Tonny Soewandito

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN OPERASIONAL PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dalam pengertian secara umum berarti

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anngi Euis Siti Sa'adah, 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak semua anak berbakat punya perilaku layaknya anak-anak normal. Ada juga diantara mereka memiliki

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

Draft RPP pemberian Kompensasi & Restirusi Korban Pemerintah 2006

MAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL. Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si

P U T U S A N Nomor : 99/Pid.B./2013/PN.Unh. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PROSES PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN DALAM TRANSFER ILMU KEMAHIRAN DUNIA PRAKTIK. Oleh: Lise Yolanda, SH. 1. Abstraksi

Bagian Kedua Penyidikan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

Transkripsi:

PENGUATAN KAPASITAS HAKIM DALAM PEMENUHAN HAK ATAS PERADILAN YANG FAIR BAGI PENYANDANG DISABILITAS DI INDONESIA Jogjakarta Plaza Hotel, 14-17 April 2014 MAKALAH PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS KATEGORI PSIKOSOSIAL Oleh: Dr. G. Sri Nurhartanto, S.H., LL.M

Oleh: G.Sri Nurhartanto 1

1. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder/gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD): a. Sulit berkonsentrasi dan tetap fokus b. Hiperfokus c. Disorganized dan mudah lupa d. Impulsif e. Hiperaktif 2

2. Kleptomani: suatu gangguan psychis (gangguan kejiwaan) yang disebabkan oleh pengalaman dan perilaku masa kecil yang mendalam dan banyak faktor yang membuat kebiasaan itu semakin tumbuh berkembang. Pengidap kleptomani melakukan pencurian kecilkecilan bukan karena cemburu atau benci terhadap orang yang mempunyai barang tertentu tetapi hanya karena ada dorongan dari otaknya untuk melakukan pengambilan barang itu yang menjadi semacam tantangan untuk membuktikan pada dirinya bahwa dia bisa melakukan itu tanpa diketahui oleh orang yang punya. 3

3. Austism: suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Ciri/karakteristik : memperlihatkan aktivitas/perilaku berulang-ulang terlambat dan/atau mengalami kesulitan dalam bahasa dan komunikasi rentan terhadap perubahan lingkungan tidak ada kontak mata asyik dengan dirinya sendiri sulit melakukan penyesuaian dengan lingkungan sosial minim dan terbatas melakukan interaksi/hubungan sosial ada yang diikuti dengan hiperaktivitas 4

4. Gangguan Kesehatan Jiwa a. Schizophrenia/Psikotik b. Delusion (waham kebesaran) c. Halusinasi d. Bipolar e. Double Personality/Multiple Personality f. Psikosomatik 5

Tidak Dapat Mengontrol Perilaku dan Emosi Tidak Dapat Fokus Hambatan Komunikasi Hambatan Menafsirkan Banyak Menghayal Sensitif (terlalu peka) Impulsif (tidak bisa menahan diri) 6

Mudah marah dan frustasi, cenderung sulit mengontrol suasana hati. Beberapa hal lain yang juga sering mereka alami adalah merasa tidak dihargai, sulit beradaptasi, sulit untuk termotivasi, tidak bisa menerima kritik, rendah diri, dan mudah tersinggung. 7

Sulit tetap fokus pada hal-hal rutin. Konsentrasi sering buyar dan cenderung mudah bosan dengan hal-hal yang tidak menarik perhatiannya. Saat melakukan sesuatu cenderung penuh perjuangan. Namun, kesulitan memerhatikan hal-hal yang detil. Akibatnya, pekerjaan yang mereka lakukan menjadi tidak sempurna. Mereka juga sulit mengingat dan mengikuti perintah atau petunjuk. 8

Cenderung impulsif dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya Sebagian dari mereka adalah orang-orang pemalu Komunikasi dengan mereka harus dengan penjelasan yang pendek dan jelas dan melakukan pengulangan dengan subyek pembicaraan Jangan menggali informasi dengan menunjukkan rasa amarah atau tekanan. 9

Kesulitan untuk menafsirkan sesuatu yang terlalu panjang perlunya penjelasan yang pendek dan jelas ketika kita berinteraksi dengan disabilitas kategori psikososial 10

Mengkhayal adalah hal yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari khayalan yang mereka lakukan bisa berupa bahwa dirinya adalah orang superior, titisan dewa dan lain-lain 11

Perasaan sensitif menyebabkan emosinya labil sehingga mudah tersinggung atau merasakan kesedihan yang berlebihan 12

Sangat sulit untuk mengontrol diri sendiri Reaksi emosi yang berlebih-lebihan Mudah berbuat tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan dari perbuatannya Mudah tersinggung dan menjadi pendendam 13

Pendamping Khusus Dokter Jiwa Psikolog/Konselor (Ahli yang dapat menjelaskan kondisi korban/pelaku) Obat Tertentu Pemeriksaan tidak terlalu lama disesuaikan dengan daya fokus 14

Penyidikan: 1. Proses pemeriksaan wajib dilakukan oleh penyidik yang memiliki pengetahuan dan kemampuan di bidang disabilitas; 2. Proses pemeriksaan pembuatan Berita Acara Penyidikan (BAP) wajib didampingi oleh penasihat hukum yang memahami isu disabilitas; 3. Wajib adanya pendamping yang bisa dipercaya oleh saksi korban/tersangka. Sedapat mungkin pendamping adalah orang yang sudah terbiasa berkomunikasi dan berinteraksi dengan saksi korban/tersangka; 15

4. Wajib ada dokter jiwa selama pemeriksaan untuk mengantisipasi kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan agar bisa diambil tindakan medis termasuk menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan mengingat kondisi saksi korban /tersangka. Apabila tidak ada dokter jiwa, setidaknya disediakan psikolog untuk menjelaskan tentang kondisi kejiwaan dan emosional saksi korban/ tersangka, agar nantinya penyidik dapat mengukur sejauh mana pemeriksaan dilakukan; 5. Proses pemeriksaan tidak tidak boleh berlangsung lama, dalam arti disesuaikan dengan kemampuan dan daya fokus saksi korban/tersangka; 6. Proses pemeriksaan sedapat mungkin dilakukan oleh penyidik yang memiliki tingkat emosi dan kesabaran yang baik; 16

7. Pertanyaan penyidik agar dilakukan dengan bahasa yang mudah dipahami saksi korban/tersangka, tidak dilakukan dalam bentuk interogasi yang bersifat menekan karena dapat mengganggu stabilitas emosi saksi korban/tersangka atau kehilangan konsentrasi. 8. Proses pemeriksaan harus interaktif dan reiteratif, dalam arti antara penyidik dan penuntut umum harus senantiasa berkoordinasi tanpa harus memposisikan diri sebagai sub sistem peradilan pidana yang terpisah. Implikasinya, BAP yang dibuat penyidik secara otomatis disetujui oleh penuntut umum; 9. Jika diperlukan adanya reka ulang atau olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), dilakukan sekali dan sedapat mungkin dihadiri oleh orang-orang yang dapat membuat tenang emosi saksi korban, penyidik dan penuntut umum, tanpa kehadiran tersangka. 17

1. Penuntut umum wajib terlibat sejak dalam proses pemeriksaan terhadap saksi korban/tersangka pada tahap penyidikan; 2. Proses penyidikan dan penuntutan bersifat interaktif dan reiteratif; 3. Penuntut umum wajib memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang isu disabilitas; 4. Di dalam proses persidangan, jaksa penuntut sedapat mungkin memiliki tingkat emosi dan kesabaran yang baik; 18

5. Selama persidangan saksi korban/ terdakwa wajib didampingi oleh penasihat hukum yang memahami isu disabilitas; 6. Wajib adanya pendamping yang bisa dipercaya oleh saksi korban/terdakwa. Sebisa mungkin pendamping adalah orang yang sudah terbiasa berkomunikasi dan berinteraksi dengan saksi korban/terdakwa; 7. Selama persidangan, cara bertanya kepada saksi korban/terdakwa tidak boleh panjang dan selalu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak boleh menggertak dan bersifat menekan agar saksi korban/terdakwa tidak kehilangan konsentrasi; 19

8. Wajib ada dokter jiwa selama persidangan untuk mengantisipasi kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan agar bisa diambil tindakan medis termasuk menyediakan obatobatan yang dibutuhkan mengingat kondisi saksi korban /terdakwa. Apabila tidak ada dokter jiwa, setidaknya disediakan psikolog untuk menjelaskan tentang kondisi kejiwaan dan emosional saksi korban/ terdakwa, agar nantinya jaksa penuntut dapat mengukur sejauh mana pemeriksaan dapat dilakukan. 20

1. Proses pemeriksaan di persidangan wajib dilakukan oleh hakim yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang isu disabilitas; 2. Selama persidangan saksi korban / terdakwa wajib didampingi oleh penasihat hukum yang memahami isu disabilitas; 3. Wajib adanya pendamping yang bisa dipercaya oleh saksi korban/terdakwa. Sedapat mungkin pendamping adalah orang yang sudah terbiasa berkomunikasi dan berinteraksi dengan saksi korban/terdakwa; 21

4. Selama persidangan, cara bertanya kepada saksi korban/terdakwa tidak boleh panjang dan selalu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak boleh menggertak dan bersifat menekan agar saksi korban/terdakwa tidak kehilangan konsentrasi; 5. Wajib ada dokter jiwa selama persidangan untuk mengantisipasi kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan agar bisa diambil tindakan medis termasuk menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan mengingat kondisi saksi korban /terdakwa. Apabila tidak ada dokter jiwa, setidaknya disediakan psikolog untuk menjelaskan tentang kondisi kejiwaan dan emosional saksi korban/ terdakwa, agar nantinya hakim dapat mengukur sejauh mana persidangan dapat dilakukan. 22