BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya para siswa harus melalui psikotes.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi belajar merupakan suatu gambaran tingkat keberhasilan dari hasil

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan sebuah kewajiban bagi manusia. Dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11).

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas dan di dalamnya terjadi pola interaksi antara guru dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan individu lain dalam lingkungannya. Untuk itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Sebagai makluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat

BAB I PENDAHULUAN. pembaharuan di bidang pendidikan telah dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengetahuan. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dunia berkembang sangat pesatnya, sesuatu yang semula tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering

BAB I PENDAHULUAN. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran akan kepedulian adalah suatu keadaan ketika seseorang merasa, mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan belajar manusia dapat berkembang dan berubah dalam sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Pendidikan dasar tahun 1994, telah merumuskan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. di dunia ini, makin bertambah kompleks masalah-masalah kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus di bentuk untuk

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin modern seperti ini di dunia pendidikan setiap

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasar kan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Profesi guru Bimbingan dan Konseling sangat

BAB I PENDAHULUAN. Mengacu pada fase usia remaja di atas, siswa Sekolah Menengah Atas. seperti kebutuhan akan kepuasan dan kebutuhan akan pengawasan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia khususnya pembelajaran matematika harus. informasi, serta kemampuan memecahkan masalah.

I. PENDAHULUAN. Konseling (BK) di sekolah. Menurut Prayitno dan Amti (2004), bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memberikan kontribusi dalam menyiapkan sumber

BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP AKSELERASI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. ini kita semua pasti pernah merasakan tekanan-tekanan batin akibat kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. agresif atau korban dari perilaku agresif orang lain tersebut.

I. PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan Indonesia dikategorikan ke dalam dua bagian, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mampu mencapai kualifikasi dan kompetensi yang ditetapkan. Namun, salah satu

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. maju apabila rakyatnya memiliki pendidikan yang tinggi dan berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. dasar mengenai norma, aturan, dan kebiasaan. anak anaknya tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman post modern manusia cenderung mengalami

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan individu yang cerdas, sehat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan orang lain. Setiap manusia akan saling ketergantungan dalam. individu maupun kelompok dalam lingkungannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan karena banyaknya siswa yang kurang disiplin di sekolah. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi

BAB I PEBNDAHULUAN. Menengah Atas (SMA) hingga tingkat Perguruan Tinggi (PT). Hill (dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap anak SMA kelas X yang akan naik ke kelas XI harus sudah memilih jurusan apa yang akan ditempuhnya dikelas dua, namun pembagian jurusan disekolah tidak hanya berdasarkan pilihan siswa, tetapi banyak syarat yang harus dipenuhi oleh siswa untuk mendapatkan jurusan baik itu IPA ataupun IPS diantaranya para siswa harus melalui psikotes. Psikotes merupakan serangkaian tes yang dilakukan oleh Psikolog (profesional) atas permintaan klien (individu atau organisasi) untuk memberikan gambaran utuh tentang aspek-aspek psikologis seseorang sesuai dengan kebutuhan dan keperluan klien. Tes tersebut diberikan sebagai alat atau sarana bagi Psikolog untuk dapat memahami secara utuh aspek-aspek psikologis individu agar dapat memberikan gambaran (profile psikogram) setiap individu yang mengikuti tes tersebut. Keseluruhan proses tes tersebut dilakukan sesuai dengan standar pelayanan kode etik psikolog. Psikotes sebenarnya bukan ujian, karena itu tidak benar kalau dikatakan tidak lulus ujian psikotes; karena yang dilakukan oleh Psikolog adalah meminta respon atas pernyataan/pertanyaan yang diberikan kepada individu sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya orang yang bersangkutan. Respon tersebutlah yang dijadikan indikator untuk memberikan gambaran profile setiap individu yang mengikuti tes.psikotes sangat menentukan jurusan apa yang akan ditempuh oleh 1

mereka. Berdasarkan hasil psikotes maka akan dilihat apakah anak tersebut akan berada di jurusan IPA ataukah berada di jurusan IPS. Akan tetapi hasil dari psikotes ini menjadi konflik tersendiri dikalangan siswa, sebagaimana hasil dari observasi peneliti dan wawancara peneliti dengan siswa banyak siswa yang menginginkan jurusan IPA tetapi harus berada di jurusan IPS dikarenakan hasil psikotes nya, alhasil banyak siswa yang merasa tidak terima, tidak puas, tidak senang, dan bahkan malu berada di jurusan IPS, Mereka tidak bisa menerima bahwa diri mereka berada di jurusan IPS, dikarenakan berbagai alasan, seperti : IPS itu bukan jurusan yang keren, saya tidak suka pelajaran IPS, teman-teman saya semua berada di IPA, saya malu berada dijurusan IPS, orang tua saya menginginkan saya masuk IPA, nanti saya akan kesulitan sewaktu pemilihan jurusan masuk ke perguruan tinggi karena dari jurusan IPS, dan masih banyak lagi macam-macam alasan mereka yang membuat mereka tidak bisa menerima diri mereka berada di IPS. Dan pada saat hasil psikotes menunjukkan mereka memang layak berada di IPS mereka tetap menjalani belajar dengan berada di IPS karena terpaksa, karena hasil tersebut memang keputusan dari pihak sekolah dan harus mereka patuhi, akan tetapi mereka tetap merasa tidak nyaman dikarenakan berbagai alasan yang disebutkan di atas tadi. Banyak pengaruh buruk yang akan dialami anak jika tidak bisa menerima diri seperti ini, pastilah semangat belajarnya menurun dan bahkan mundur sama sekali. Maka dari itu perlulah kiranya siswa mendapat bimbingan salah satunya dari sekolah, yaitu melalui bimbingan kelompok. 2

Sebagaimana kajian terdahulu dari : 1. Ruby Yanti Sitorus, NIM: 1103151059 FIP, UNIMED, 2014, jurusan Bimbingan dan Konseling/S1, dengan judul penelitian Pengaruh Penerapan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Terhadap Sikap Toleransi Siswa Dalam Berinteraksi Dengan Teman Sebaya Pada Siswa Kelas VII SMP Budisatrya Medan T.A 2013/2014. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi berpengaruh terhadap toleransi siswa dalam berinteraksi dengan teman sebaya pada siswa kelas VII-3 SMP Budisatrya Medan T.A 2013/2014. 2. Astria Sulistia, NIM: 06121220013 FIP, UNIMED, 2011, jurusan Bimbingan dan Konseling/S1, dengan judul penelitian Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Disiplin Sekolah Siswa SMA Negeri 11 Medan T.A. 2010/2011. Berdasarkan temuan-temuan dan hasil-hasil penelitian yang telah diuraikan, maka diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh pelaksanaan layanan bimbingan kelompok terhadap disiplin siswa kelas XI di SMA Negeri 11. Sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok (pretes) diperoleh rata-rata sebesar 68,30 (kurang disiplin) dan setelah diberikan bimbingan kelompok (postes) diperoleh rata-rata 109,60 3. Dalam Jurnal Psikologi oleh Endah Puspita Sari dan Sartini Nuryoto,2002, NO.2, 73-88, Universitas Gadjah Mada.yang berjudul Penerimaan Diri Pada Usia Lanjut Ditinjau Dari Kematangan Emosi. Berdasarkan analisis data, kesimpulan yang dapat diambil dari 3

penelitian ini adalah ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan diri pada individu lanjut usia. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kematangan emosi individu lanjut usia maka akan semakin tinggi penerimaan diri individu, dan semakin rendah kematangan emosi individu lanjut usia maka akan semakin rendah juga penerimaan dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki penerimaan terhadap kondisi ketuaannya dengan baik karena subjek penelitian memiliki kematanganemosi yang baik. Seperti yang dikemukakan Hartinah (2009: 9) bimbingan kelompok dilaksanakan jika masalah yang dihadapi beberapa murid relatif mempunyai kesamaan atau saling mempunyai hubungan serta mereka mempunyai kesediaan untuk dilayani secara kelompok. Akan tetapi, jika klien keberatan masalahnya diketahui oleh orang lain (selain konselor), bimbingan kelompok seyogianya tidak dilakukan, melainkan perlu dilayani secara individu (meskipun masalahnya relatif sama dengan klien yang lain). Oleh karena itu, selain masalah yang timbul tersebut dihadapi oleh banyak murid, faktor kesediaan klien itu sendiri akan ikut menentukan bentuk layanan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok memang akan efektif sepanjang memenuhi persyaratan tersebut. Menurut Damayanti (2012:40) bimbingan kelompok adalah salah satu tekhnik dalam bimbingan konseling untuk memberikan bantuan kepada peserta didik/siswa yang dilakukan pembimbing/konselor melalui kegiatan kelompok yang dapat berguna untuk mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi anak. 4

Layanan bimbingan kelompok diberikan kepada siswa agar para siswa dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan tertentu melalui dinamika kelompok yang terjadi saat proses layanan dilaksanakan. Dinamika yang tercipta didalam bimbingan kelompok dapat menjadi wahana dimana masing-masing anggota kelompok tersebut secara perseorangan dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan kepentingan dirinya yang bersangkutan dengan masalahnya tersebut. Dari segi lain, kesempatan mengemukakan pendapat, tanggapan, dan berbagai reaksi juga dapat menjadi peluang yang sangat berharga bagi perorangan yang bersangkutan. Kesempatan timbale balik inilah yang merupakan dinamika dari kehidupan kelompok yang akan membawa kemanfaatan bagi para anggotanya. Layanan bimbingan kelompok dapat diberikan dengan beragam tekhnik untuk meningkatkan karakter peduli lingkungan sekolah. Salah satu tekhnik yang dapat dilakukan adalah melalui tekhnik diskusi. Tohirin (2013:275), Diskusi kelompok merupakan suatu cara di mana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan suatu masalah. Dalam melakukan diskusi siswa diberi peran-peran tertentu seperti pemimpin diskusi dan notulis dan siswa lain menjadi peserta atau anggota. Dengan demikian akan timbul rasa tanggung jawab dan harga diri. Berdasarkan hal ini maka penulis merasa perlu untuk meneliti lebih dalam tentang penelitian yang berjudul Meningkatkan sikap menerima diri di jurusan IPS bagi siswa kelas XI-IPS1 SMA Negeri 1 Labuhan Deli T.A 2015/2016 melalui layanan Bimbingan Kelompok teknik diskusi 5

1.2. Identifikasi Masalah Sesuai latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian yaitu sebagai berikut : 1. Pandangan siswa yang buruk mengenai jurusan IPS 2. Adanya perasaan malu berada di jurusan IPS 3. Tidak mampu menerima dirinya berada di jurusan IPS 4. Menurunnya semangat belajar anak yang ditetapkan di jurusan IPS 1.3 Batasan Masalah Dari latar belakang di atas maka peneliti melakukan batasan masalah penelitian dikarenakan berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, baik itu dalam hal waktu, dan, dan wawasan yang peneliti miliki, serta untuk menghindari kesimpang siuran dalam penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan mengenai Meningkatkan Sikap Penerimaan Diri di Jurusan IPS pada siswa kelas XI-IPS1 SMA Negeri 1 Labuhan Deli T.A 2015/2016 melalui layanan Bimbingan Kelompok teknik diskusi 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan diatas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Apakah dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatakan sikap penerimaan diri di jurusan IPS siswa kelas XI-IPS1 SMA Negeri 1 Labuhan Deli T.A 2015/2016? 6

1.5 Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penenlitian ini adalah sebagai berikut: Untuk Meningkatkan Sikap Penerimaan diri di Jurusan IPS Pada Siswa Kelas XI-IPS1 Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi SMA Negeri 1 Labuhan Deli T.A 2015/2016. 1.6 Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini mencakup beberapa manfaat, yaitu : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan teoritis tentang pengaruh pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi dalam meningkatkan sikap penerimaan diri di jurusan IPS. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Membantu siswa dalam menerima diri berada di jurusan IPS b. Bagi konselor Sebagai bahan masukan untuk membantu siswa meningkatkan sikap menerima diri di jurusan IPS melalui pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi di sekolah, serta mempermudah kerja guru BK c. Bagi sekolah Sekolah akan memiliki siswa yang mampu menerima diri sehingga memiliki siswa yang berprestasi dan diharapkan kualitas sekolah menjadi lebih baik 7

d. Bagi penelitian selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang cara meningkatkan kemampuan menerima diri di jurusan IPS bagi siswa yang mendapat jurusan IPS dari hasil psikotes. 8

9