BAB V PENUTUP. telah berdaya dan yang belum berdaya, treatment pembiayaan berjenjang,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

BAB V PENUTUP. penelitian, paparan data hasil penelitian di Bank Syariah Mandiri Lamongan. maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN BMT KUBE KARANGANYAR TERHADAP KEPUASAN NASABAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. mendominasi kegiatan perekonomian Indonesia. Kegiatan sektor perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga yang memiliki peranan penting di

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan jasa keuangan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian di suatu negara. Pada perekonomian yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dewasa ini perkembangan perekonomian di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun tentang Perbankan(Muhammad 2011:17). Sampai saat ini kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. dijalankan melalui sub sistem biaya dan permintaan (permintaan ikan laut di

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit pula hambatan yang harus dihadapi, terutama dalam hal. Adanya perkembangan dalam industri perbankan serta terbukanya

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan uang masyarakat (to receive deposits) dalam bentuk biro,

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam perekonomian suatu Negara sebagai lembaga perantara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action research. PAR

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, baik itu mencakup kelembagaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. PT Pertamina (Persero) adalah dengan melakukan implementasi sistem Enterprise

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. dan rekomendasi. Pembahasan dari masing-masing dijelaskan secara runtut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

RESUME METODOLOGI PENELITIAN BAB 1 (KONSEP DASAR RISET) BUKU KARANGAN JOGIYANTO

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara dengan kuantitas penduduk mus\im terbesar di dunia, institusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Hukum perbankan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank maupun Lembaga Keuangan Non Bank. jelas. Sistem operasionalnya menggunakan syariah islam,hanya produk dan

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian nasional. Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. berupaya memajukan perekonomiannya dengan berbagai faktor yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan

Bab Delapan Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat. Dana yang terhimpun di bank disalurkan

2015 ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan yang aman untuk melakukan berbagai transaksi keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang

BAB 3 ANALISIS KEADAAN PERUSAHAAN DAN MASALAH. Maxima Treasure Fund merupakan sebuah perusahaan yang didirikan pada

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB V PEMBAHASAN. bank syariah dengan bank syariah yang lain. 96 Maka dari itu bank harus

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga intermediasi yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah (KJKS) atau yang biasa juga disebut

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Perputaran informasi, persaingan global dan kemajuan dalam bidang

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

kepada mahasiswa, pengembangan dibidang penelitian dan pengabdian masyarakat. Visi, misi dan tujuan pengembangan dosen yunior bara sebatas

BAB I PENDAHULUAN. dengan koperasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Baitul mal wa

Buku Saku BMT ISEG FE UNPAD

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. kerja Perguruan Tinggi Di Kota Sibolga Dan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

Metodologi Penelitian Pertemuan 1 Disampaikan oleh: Budi Setiawan

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan dan analisis hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut; 1. Pemberdayaan ekonomi masyarakat Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh BMT Ar-Ridho melibatkan tiga unsur utama pemberdayaan, yaitu strategi pemberdayaan, teknik pemberdayaan dan pengkondisian pemberdayaan. Ketiga unsur pemberdayaan tersebut diimplementasikan dengan aktifitas riil berupa segmentasi nasabah yang telah berdaya dan yang belum berdaya, treatment pembiayaan berjenjang, pembinaan intensif, penyediaan sumber daya insani yang memahami visi dan misi pemberdayaan, optimalisasi fungsi intermediasi ekonomi dan intermediasi sosial, serta motivasi dan penyediaan sarana menabung terkoordinir. Pemberdayaan dilakukan dengan menekankan pada keberpihakan terhadap masyarakat bawah dan kelompok terpinggirkan, menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait serta memobilisasi dan optimalisasi penggunaan sumber daya secara keberlanjutan. Hal ini sesuai dengan pendapat Jim Ife tentang strategi pemberdayaan, pendapat Ismail Nawawi tentang strategi pemberdayaan dan pendapat Kartasasmita tentang conditioning pemberdayaan. Pemberdayaan ekonomi masyarakat oleh BMT Ar-Ridho dilakukan melalui stepping yang teratur dan terarah, sebagai berikut; a) interaksi intensif dengan masyarakat sekitar, b) penanaman kesadaran atau kesamaan pikiran, c) pembentukan kelompok-kelompok terkoordinir, d) pembinaan intensif, e) partisipasi aktif, dan f) pelaku aktif dalam keberlanjutan pemberdayaan.

2. Fungsi intermediasi BMT Pola kerja BMT Ar-Ridho adalah pola kerja rasional. Motivasi nasabah juga atas pertimbangan tindakan rasional dan ideologis primordial, bukan afektual maupun tradisional. Fungsi intermediasi ekonomi dan intermediasi sosial BMT Ar-Ridho dilakukan dengan pengembangan potensi ekonomi umat, peningkatan kualitas sumber daya insani, perantara aghniya> dan d}u afa>, perantara pemilik dana dan pengguna dana. Fungsi tersebut direalisasikan dengan aktifitas riil berupa dialog kepada masyarakat untuk mendeteksi problem bersama hingga ditemukan solusi bersama. BMT Ar-Ridho juga mengedepankan pembinaan dalam bentuk sarasehan atau pembagian kelompok-kelompok. Upaya seperti ini ternyata terbukti efektif menggeser tingkat keberdayaan nasabah. Fungsi BMT Ar-Ridho bukan sekedar sebagai mitra atau lembaga intermediasi saja, namun lebih dekat pada fungsi coaching terhadap nasabah. Selain sebagai coaching, BMT Ar-Ridho juga menekankan pada pembiayaan jenis bagi hasil untuk mengimbangi banyaknya pembiayaan dengan pola jual beli atau mura>bah}ah. Hal itu berarti BMT Ar-Ridho lebih mengedepankan balancing dalam bisnis, baik balancing dalam hal pembiayaan maupun balancing dalam hal model bisnis. Jadi BMT yang berhasil dalam pemberdayaan harus menjalankan fungsi intermediasi ekonomi dan intermediasi sosial yang baik serta berfungsi sebagai coaching dan memerankan fungsi balancing. 3. Mekanisme pembiayaan BMT Mekanisme pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Ar-Ridho meliputi pembiayaan produktif, investasi, konsumtif dan jasa. Hampir semua jenis pembiayaan tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun kecuali pembiayaan konsumtif yang relatif stabil. Meningkatnya jumlah pembiayaan

produktif dan pembiayaan investasi mengindikasikan bahwa ada peningkatan produktifitas di masyarakat yang simultannya adalah penambahan keberdayaan di masyarakat. Kondisi seperti ini juga berimbas kepada peningkatan penghasilan BMT Ar-Ridho serta semakin banyak nasabah lainnya yang potensial untuk diberdayakan. Mekanisme pembiayaan BMT Ar-Ridho tetap memperhitungkan dan dikaitkan dengan fungsi intermediasi BMT serta upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat, sehingga BMT Ar-Ridho melakukan mekanisme pembiayaan sebagai berikut; a) segmentasi nasabah dan pembiayaan berjenjang, b) pembinaan nasabah dalam kelompok-kelompok, dan c) teknik tabungan terkoordinir. Semua teknis pembiayaan tersebut dilakukan dengan berpegang pada prinsip kepatuhan syariah (sharia compliance). Pembiayaan yang baik memiliki empat fungsi utama, yaitu; fungsi ekonomi, fungsi sosial, fungsi politik, dan fungsi etika. B. Implikasi Teoritik dan Praktis Berdasar pada scientific worldview, Islamic worldview dan building theory, penelitian ini mendukung pendapat Jim Ife dalam bukunya Community Development: Creating Community Alternatives Vision, Analysis and Practice tentang strategi pemberdayaan dengan variabel; pemberdayaan melalui perencanaan dan kebijakan (policy and planning), aksi sosial dan politik (social and political action), dan peningkatan kesadaran dan pendidikan (education and consciousness raising). Demikian juga mendukung pendapat Ismail Nawawi dalam bukunya Pembangunan dan Problema Masyarakat:Kajian Konsep, Model, Teori dari Aspek Ekonomi dan Sosiologi tentang teknik pemberdayaan dengan variabel participatory rural apprasial, participatory assesment, loka karya, brainstorming, community organization-community develompment.

Penelitian ini juga mendukung pendapat Kartasasmita dalam bukunya Pembangunan untuk Rakyat tentang conditioning pemberdayaan dengan variabel penciptaan suasana perkembangan potensi masyarakat, memperkuat potensi masyarakat, dan membela kepentingan masyarakat lemah. Hanya saja ketiga teori dan pendapat di atas belum menyebutkan secara rinci tahapan pemberdayaan. Penelitian ini menemukan langkah-langkah pemberdayaan ekonomi masyarakat secara teratur dan terarah yang dilakukan oleh BMT Ar-Ridho Trenggalek dalam bentuk stepping pemberdayaan dengan variabel a) interaksi intensif dengan masyarakat sekitar, b) penanaman kesadaran atau kesamaan pikiran, c) pembentukan kelompok-kelompok terkoordinir, d) pembinaan intensif, e) partisipasi aktif, dan f) pelaku aktif dalam keberlanjutan pemberdayaan. Dengan demikian pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam lembaga keuangan syariah, terutama dalam BMT dapat dilakukan melalui penggabungan antara strategi, teknik dan pengkondisian pemberdayaan yang dilengkapi dengan stepping pemberdayaan. Berkaitan dengan fungsi intermediasi BMT, penelitian ini mendukung pendapat Nurul Huda dan Muhammad Heykal dalam bukunya Lembaga Keuangan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis tentang kegiatan utama BMT yang terdiri dari dua variabel yaitu menerima titipan dana zakat, infaq, sadaqah, serta mendistribusikannya dan melakukan kegiatan pengembangan usaha usaha produktif dan investasi. Penelitian ini juga mendukung pendapat Ismail Nawawi dalam bukunya Ekonomi Kelembagaan Syariah Dalam Pusaran Perekonomian Global: Sebuah Tuntutan dan Realitas tentang fungsi BMT yang terdiri dari 5 variabel yaitu; pengembangan potensi ekonomi umat, peningkatan kualitas sumber daya insani, menggalang potensi masyarakat, perantara aghniya> dan

d}u afa>, perantara pemilik dana dan pengguna dana. Pendapat tersebut masih relevan hingga saat ini. Hanya saja fungsi intermediasi BMT tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal jika tidak diiringi dengan pembinaan yang intensif (intensive coaching) serta pengaturan pembiayaan secara berimbang ke nasabah. Sehingga penelitian ini menambahkan variabel berupa kegiatan coaching dan balancing karena kedua variabel tersebut sangat menunjang keberhasilan fungsi intermediasi BMT. Dengan demikian implementasi fungsi intermediasi BMT bukan sekedar perantara aghniya> dan d}u afa>, perantara pemilik dana dan pengguna dana, namun lebih utama pada fungsi coaching dan balancing. Berkaitan dengan mekanisme pembiayaan, pada kenyatannya pembiayaan produktif dan investasi yang berpeluang besar menciptakan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Penelitian ini menemukan di lapangan bahwa pembiayaan mempunyai dampak politik dan etika, yaitu pembiayaan yang berhasil akan mampu mengantarkan pada kesejajaran masyarakat dalam pengambilan keputusan di masyarakat. Pembiayaan yang berhasil juga mengantarkan pada tanggungjawab etis untuk menjadikan saudaranya yang lain turut berdaya. Mekanisme pembiayaan yang baik ditandai dengan upaya menabung yang dikoordinir oleh pihak BMT yang muaranya menuju pada pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dengan demikian penelitian ini mengembangkan pendapat Ismail Nawawi bahwa pembiayaan meliputi pembiayaan produktif, investasi, konsumtif dan jasa, namun perlu ditambahkan bahwa mekanisme pembiayaan produktif yang harus ditekankan pelaksanaannya. Secara praktis, BMT Ar-Ridho menjalankan strategi, teknik dan pengkondisian pemberdayaan melalui segmentasi nasabah yang telah berdaya dan yang belum

berdaya, treatment pembiayaan berjenjang, pembinaan intensif, penyediaan sumber daya insani yang memahami visi dan misi pemberdayaan, optimalisasi fungsi intermediasi ekonomi dan intermediasi sosial, serta motivasi dan penyediaan sarana menabung terkoordinir. BMT Ar-Ridho menjalankan fungsi intermediasi melalui dialog kepada masyarakat untuk mendeteksi problem bersama hingga ditemukan solusi bersama. BMT Ar-Ridho juga mengedepankan pembinaan dalam bentuk sarasehan atau pembagian kelompok-kelompok (coaching). BMT Ar-Ridho juga menekankan pada pembiayaan jenis bagi hasil untuk mengimbangi banyaknya pembiayaan dengan pola jual beli (balancing). BMT Ar-Ridho juga menjalankan mekanisme pembiayaan berupa segmentasi nasabah dan pembiayaan berjenjang, pembinaan nasabah dalam kelompokkelompok, teknik tabungan terkoordinir, dan berpegang pada prinsip kepatuhan syariah. Dengan demikian implikasi praktis dari penelitian ini adalah bahwa BMT yang mengarah pada pemberdayaan ekonomi masyarakat harus menyediakan tenaga pendamping, baik tenaga pendamping bisnis maupun tenaga pendamping yang bersifat motivasional. Tenaga pendamping tersebut sangat urgen untuk aktifitas pembinaan. Implikasi praktis selanjutnya adalah BMT menyediakan program tabungan terkoordinir. Dengan program ini maka nasabah akan memiliki cukup modal untuk meneruskan usahanya dan tidak tergantung lagi pada BMT. Selain itu BMT harus terus melakukan pembinaan dalam bentuk kelompok-kelompok nasabah. Pembinaan dalam bentuk kelompok lebih dinamis serta masukan dari anggota yang dibina lebih variatif sehingga banyak ide-ide baru bermunculan dari anggota binaan BMT.

C. Keterbatasan Studi Penelitian ini telah mendeskripsikan dan menganalisis secara kualitatif pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui fungsi intermediasi BMT dan mekanisme pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Ar-Ridho. Penelitian kualitatif memiliki kelebihan antara lain lebih holistik dan memiliki kompleksitas yang tinggi. Namun kekurangan penelitian kualitatif adalah hasil penelitiannya tidak dapat digeneralisasi. Penelitian kualitatif memiliki ukuran transferabilitas dan konfirmabilitas, yaitu hasil penelitian bisa digunakan pada penelitian lainnya sepanjang data dan setting sosial memiliki kesamaan atau kemiripan. 1 Dengan demikian penelitian kualitatif tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat yang melibatkan BMT Ar-Ridho ini memiliki keterbatasan studi berupa; 1. Subyek yang diteliti dalam penelitian ini hanya BMT Ar-Ridho yang melakukan pembiayaan di pedesaan Kabupaten Trenggalek. Temuan dalam penelitian ini belum bisa digeneralisasi pada tempat, waktu dan kondisi lainnya, kecuali jika pada tempat, waktu dan kondisi lainnya tersebut memiliki setting sosial yang hampir sama atau terdapat kemiripan dengan datanya (transferability). 2. Obyek yang diteliti meliputi fungsi intermediasi BMT Ar-Ridho dan mekanisme pembiayaan yang dikaitkan dengan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama nasabah BMT Ar-Ridho. Maka penelitian ini hanya memuat pemahaman yang terkait dengan waktu dan konteks terbatas yaitu 1 Peiling Wang. Methodological and methods for user behavioral research. Annual Review of Information Science and Technology, vol. 34, 1999-2000: 53-99.

pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh BMT Ar-Ridho Trenggalek dan tidak membandingkan dengan BMT yang lain. 3. Jangka waktu penelitian berlangsung selama 18 bulan dengan analisis deskriptif interpretatif sehingga hasil penelitian ini menghasilkan wawasan dan pemahaman yang aktual dalam jangka waktu saat ini saja. Keterbatasan ini disebabkan beberapa faktor, antara lain faktor keterbatasan dana penelitian, keterbatasan waktu studi dan aktifitas peneliti yang masih melakukan pekerjaan-pekerjaan rutinitas lainnya seperti mengajar dan pengabdian kepada masyarakat dan kegiatan lainnya. D. Saran dan Rekomendasi Saran dan rekomendasi meliputi tiga permasalahan pokok dalam penelitian ini yaitu menyangkut pemberdayaan ekonomi masyarakat, fungsi intermediasi BMT dan mekanisme pembiayaan BMT. Saran berkaitan dengan wawasan hasil penelitian dan rekomendasi berkaitan dengan justifikasi solusi atas hasil penelitian. Saran dan rekomendasi penelitian tersebut sebagai berikut; 1. Pemberdayaan ekonomi masyarakat Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat oleh BMT akan berjalan efektif adalah jika sejak awal berdirinya BMT sudah menetapkan visi dan misi pemberdayaan ekonomi masyarakat dan dijalankan oleh sumber daya insani yang bisa mengawal pemberdayaan ekonomi masyarakat tersebut. Oleh karena itu penelitian ini menyarankan agar BMT-BMT sejak awal menetapkan visi dan misi pemberdayaan serta dilakukan aktifitas riil di masyarakat dengan mengedepankan dialog kepada masyarakat untuk menemukan problem dan solusi dari masyarakat sendiri. Managemen BMT juga sebaiknya

menyediakan sumber daya insani yang memahami visi dan misi pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan terus menerus melakukan pembinaan dan penyegaran visi misi pemberdayaan tersebut. Penelitian ini merekomendasikan kepada pemerintah agar mengeluarkan peraturan yang lebih spesifik tentang operasioanl BMT agar lebih mengarah pada upaya pemberdyaan ekonomi masyarakat misalnya dalam bentuk peraturan menteri atau yang lainnya. Penelitian ini juga merekomendasikan kepada lembaga-lembaga inkubasi seperti Pinbuk dan ABSINDO untuk lebih giat dan konsisten dalam melakukan pembinaan kepada BMT untuk menjalankan pemberdayaan ekonomi masyarakat agar lebih terarah dan melakukan pembinaan yang lebih intensif kepada managemen BMT maupun nasabah BMT. Misalnya diadakan pelatihan berkala atau seminar dan workshop. Penelitian ini juga merekomendasikan kepada managemen BMT untuk melakukan stepping pemberdayaan secara lebih teratur dan terarah. Dengan steeping tersebut kontrol aktifitas pembinaan lebih mudah dilakukan. 2. Fungsi intermediasi BMT Saat ini fungsi intermediasi BMT lebih mengarah pada fungsi intermediasi ekonomi saja. Oleh karena itu peneliti menyarankan agar BMT tidak sekedar melaksanakan fungsi intermediasi ekonomi saja, namun fungsi intermediasi sosial harus lebih menonjol disertai dengan fungsi coaching dan balancing. Justru optimalnya fungsi intermediasi sosial mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat pada BMT.

Sehubungan dengan hal tersebut penelitian ini merekomendasikan kepada managemen BMT untuk membuat panduan pembinaan yang terarah kepada nasabah sehingga fungsi coaching BMT dapat terlaksana dengan baik. Penelitian ini juga merekomendasikan kepada lembaga inkubasi seperti Pinbuk dan ABSINDO untuk lebih intensif memberikan trainning tentang pengelolaan fungsi intermediasi sosial BMT serta treatment pembinaan kepada nasabah, terutama nasabah yang belum berdaya. 3. Mekanisme pembiayaan BMT BMT yang memiliki arah pemberdayaan semestinya memperhatikan setiap mekanisme pembiayaan yang dilakukannya, baik pembiayaan produktif, investasi, konsumtif dan jasa. Pembiayaan produktif terbukti berhasil meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu penelitian ini menyarankan agar BMT lebih meningkatkan pembiayan produktif dan investasi daripada pembiayaan konsumtif. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini merekomendasikan kepada managemen BMT untuk membuat program pembiayaan produktif sebaik mungkin agar mengarah pada pemberdayaan ekonomi masyarakat. Penelitian ini juga merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut tentang mekanisme pembiayaan yang lebih tepat dan lebih menjamin pemberdayaan ekonomi masyarakat.