BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Almubarok, Muhajir. Tesis: Penalaran Matematis Mahasiswa Calon. Gaya Kognitif Field Dependent Field Independent.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. 1 The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM), Principles and Standards

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sri Wahyuni, Tesis : Kemampuan Koneksi Matematika siswa SMP dalam Memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang harus dimiliki individu dan tujuan yang akan dicapai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. ini, dipersiapkan sumber daya manusia dengan kualitas yang unggul dan. mampu memanfaatkan pengetahuan dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. matematika dikehidupan nyata. Selain itu, prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan pendidikan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan membahas tentang: (A) konteks penelitian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Setiap individu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

2016 PENERAPAN MODEL CONNECTED MATHEMATICS PROJECT (CMP) DENGAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar siswa kita. Padahal matematika sumber dari segala disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), koneksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi era globalisasi itu diperlukan sumber daya manusia

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi yang tinggi baik dilihat dari aspek

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 14 3

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian. Pendidikan sebagai sumber daya insani sepatutnya mendapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem pendidikan Indonesia, bidang studi yang dipelajari secara implisit dan eksplisit mulai dari taman kanakkanak hingga perguruan tinggi adalah matematika. Dalam hirarki ilmu pengetahuan, matematika merupakan ilmu paling mendasar setara dengan ilmu filasafat yang merupakan dasar dari semua ilmu pengetahuan. Matematika sebagai ilmu dasar merupakan jembatan penghubung antar berbagai bidang ilmu. 1 Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. 2 Tujuan pembelajaran matematika yang tercantum dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut BSNP antara lain agar siswa memiliki kemampuan : 3 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan manipulasi matematika dan dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau 1 Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2 Hamzah B. Uno, Mengelola kecerdasan dalam Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal 109. 3 Siti Ummi Athiya, Implementasi model Pembelajaran SAVI (Somatic,Auditory,Visual,Intelectual) Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP, (skripsi UPI bandung, 2014) hal 3 1

masalah. 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Sedangkan pembelajaran matematika menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) mengharuskan siswa belajar matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. 4 Artinya, dalam pembelajaran matematika siswa harus dibimbing dan diarahkan untuk menemukan pengetahuan baru,baik melalui aktivitas fisik maupun mental berdasarkan pengalaman dan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya. Karena belajar matematika bukan hanya pemberian konsep oleh guru kepada siswa, melainkan sebuah proses pengorganisasian sejumlah fakta menjadi konsep baru melalui kemampuan masing-masing siswa. Berdasarkan uraian di atas, baik BSNP maupun NCTM, keduanya menegaskan bahwa kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus dikembangkan pada diri siswa. Dalam Principles and Standadrs for School Mathematics disebutkan bahwa terdapat lima standar kemampuan yang mendeskripsikan keterkaitan antara pemahaman dengan kompetensi matematika, yaitu pemecahan masalah (problem solving), komunikasi (communication), penalaran (reasoning), koneksi (connection), dan representasi (representation). 5 Salah satu hal yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah kemampuan koneksi matematika. Dalam Principles and Standards for School Mathematics tersebut dapat dilihat bahwa ada keterkaitan antara kemampuan pemahaman dengan kemampuan koneksi matematika. Membuat koneksi merupakan cara untuk menciptakan pemahaman, begitupun sebaliknya memahami sesuatu berarti membuat suatu koneksi. Kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan siswa dalam mengaitkan konsep-konsep matematika, baik antar 4 ibid, hal 2. 5 Siti Ummi Athiya, Loc. Cit hal 3.

konsep matematika itu sendiri maupun mengaitkan konsep matematika dengan bidang lainnya. Kemampuan koneksi matematika berperan dalam membangun pemahaman siswa tentang materi-materi matematika, pandangan positif siswa terhadap matematika, dan motivasi siswa dalam belajar matematika. 6 Dengan demikian, kemampuan koneksi matematika sangat penting untuk dimiliki siswa dalam mempelajari matematika. Kemampuan koneksi matematika (connection) merupakan salah satu kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi. Kemampuan ini merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagaimana tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 7 Pentingnya koneksi matematika antara lain, membantu siswa untuk memperluas perspektifnya, memandang matematika sebagai suatu bagian yang terintegrasi daripada sebagai sekumpulan topik, serta mengenal adanya relevansi dan aplikasi baik didalam kelas maupun diluar kelas. Dengan kemampuan koneksi matematika siswa tidak diberatkan dengan konsep matematika yang begitu banyak, karena siswa mempelajari matematika dengan mengaitkan konsep baru dengan konsep lama yang sudah dipelajarinya. 8 Menurut Sumarmo dalam belajar matematika siswa dituntut memahami koneksi antara ide-ide matematika antar matematik dan bidang studi lainnya. Jika siswa sudah mampu melakukan koneksi antara beberapa ide matematika, maka siswa akan memahami setiap materi matematika dengan lebih dalam dan baik. Dengan demikian maka siswa akan menyadari 6 Ibid, hal 4. 7 Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. (Jakarta: PT kencana prenadamedia goup,2014), hal 184 8 Arif Widarti, Kemampuan Koneksi Matematis Dalam Menyelesaikan Masalah Kontekstual Ditinjau dari Kemampuan Matematis Siswa (jurnal STKIP jombang, 2012) hal 3

bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang saling berhubungan dan berkaitan (connected), bukan sebagai sekumpulan materi yang terpisah-pisah. 9 Artinya materi matematika berhubungan dengan materi yang dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu, kemampuan koneksi matematika ini sangat diperlukan oleh siswa sejak dini karena melalui koneksi matematika maka pandangan dan pengetahuan siswa akan semakin luas terhadap matematika sebab semua yang terjadi di kehidupan sehari-hari maupun materi yang dipelajari saling berhubungan. Namun proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi dalam sekolah pada umumnya kebanyakan menggunakan metode pembelajaran yang masih didominasi oleh guru. Metode pembelajaran yang seperti ini mengakibat siswa cenderung kurang aktif dan mudah bosan pada saat pembelajaran berlangsung sehingga penyerapan materi yang disampaikan kurang optimal. Hal itu juga berakibat pada lemahnya kemampuan koneksi matematis siswa yang sangat diperlukan agar siswa mampu memahami setiap materi matematika secara mendalam dan menyadari bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang saling berhubungan dan berkaitan (connected), bukan sebagai sekumpulan materi yang terpisah-pisah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengatasi permasalahan diatas adalah dengan melakukan inovasi pembelajaran, maksudnya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa dalam membangun kemampuan koneksi matematisnya. Menurut Ausubel bahwa sebaiknya dalam pembelajaran matematika digunakan pendekatan yang melibatkan pemecahan masalah, metode inkuiri, dan metode belajar yang dapat membantu siswa untuk berpikir kreatif dan kritis, sehingga siswa mampu membangun kemampuan koneksi matematikanya. 10 Oleh karena itu, diperlukan model 9 Ibid, hal 4. 10 Siti Ummi Athiya, Implementasi model Pempelajaran SAVI (Somatic,Auditory,Visual,Intelectual) Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP, (skripsi UPI bandung, 2014) hal 5

pembelajaran yang dapat menciptakan suasana pembelajaran bermakna dimana siswa dapat aktif belajar, baik secara fisik maupun intelektual sesuai kemampuannya masing-masing. Salah satu alternatif model pembelajaran yang diduga dapat memfasilitasi kemampuan koneksi matematika siswa adalah model pembelajaran AIR. AIR merupakan singkatan dari Auditory, Intellectually, Repetition. Auditory berarti belajar dengan berbicara dan mendengarkan, intellectualy berarti belajar dengan pemecahan masalah dan refleksi dan repetition merupakan pengulangan dengan tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman siswa. Auditory Intellectually Repetition (AIR) merupakan model pembelajaran yang mirip dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) dan pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK), bedanya hanya pada repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. 11 Pembelajaran ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan Auditory, Intellectually, Repetition sehingga dapat meningkatkan penguasaan dan pengetahuan faktual siswa. Dalam pembelajaran ini siswa diberikan kesempatan secara aktif membangun sendiri pengetahuannya secara pribadi maupun kelompok. Disamping itu tujuan dari pembelajaran ini memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau ketrampilan yang dipelajari dan memberikan umpan balik. 12 Sehingga pembelajaran ini sesuai untuk mengetahui kemampuan koneksi matematika. Terutama aktivitas intellectual karena kemampuan koneksi matematis sendiri tercipta dalam pikiran siswa. 11 Miftahul Huda, model-model pengajaran dan pembelajaran inovatif (Yokyakarta:Pustaka pelajar, 2014), 289 12 Dedi Rohendi.dkk, Penerapan Model Pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) Dalam Upaya Meningktkan Kemampuan Aplikasi Siswa Pada Mata Pelajaran TIK (jurnal UPI volume 4 no 1 Bandung, 2011) hal 5

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Profil Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Pada Pembelajaran Dengan Model AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) Ditinjau Dari Kemampuan Matematika. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka peneliti membuat rumusan masalah berikut : 1. Bagaimana kemampuan koneksi matematika siswa yang berkemampuan tinggi dalam menyelesaikan masalah matematika pada pembelajaran matematika dengan model AIR (Auditory, Intellectually, Repetition)? 2. Bagaimana kemampuan koneksi matematika siswa yang berkemampuan sedang dalam menyelesaikan masalah matematika matematika pada pembelajaran matematika dengan model AIR (Auditory, Intellectually, Repetition)? 3. Bagaimana kemampuan koneksi matematika siswa yang berkemampuan rendah dalam menyelesaikan masalah matematika matematika pada pembelajaran matematika dengan model AIR (Auditory, Intellectually, Repetition)? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kemampuan koneksi matematika siswa yang berkemampuan tinggi dalam menyelesaikan masalah matematika matematika pada pembelajaran matematika dengan model AIR (Auditory, Intellectually, Repetition). 2. Untuk mengetahui kemampuan koneksi matematika siswa yang berkemampuan sedang dalam menyelesaikan masalah matematika matematika pada pembelajaran matematika dengan model AIR (Auditory, Intellectually, Repetition). 3. Untuk mengetahui kemampuan koneksi matematika siswa yang berkemampuan tinggi dalam menyelesaikan masalah matematika Untuk mengetahui kemampuan koneksi matematika siswa yang berkemampuan tinggi dalam

menyelesaikan masalah matematika matematika pada pembelajaran matematika dengan model AIR (Auditory, Intellectually, Repetition). D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui kemampuan koneksi matematika siswa sebagai bahan pertimbangan untuk merancang dan menggunakan model pembelajaran matematika yang bermakna dan menyenangkan serta dapat digunakan sebagai acuhan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis. E. Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka istilah yang perlu didefinisikan adalah sebagai berikut: 1. Profil adalah gambaran, sketsa atau penjelasan tentang sesuatu. 2. Kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan siswa dalam mencari hubungan suatu representasi konsep dan prosedur, memahami antar topik matematika, mengaitkan ide-ide matematika dan kemampuan siswa mengaplikasikan konsep matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari. 13 3. Penyelesaian masalah adalah cara yang digunakan dalam menemukan solusi dari masalah 4. Model pembelajaran AIR diartikan sebagai model pembelajaran yang menekankan pada 3 aspek yang saling berurutan yaitu Auditory, Intellectually dan Repetition. a. Auditory bermakna bahwa belajar haruslah melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. 13 Arif Widarti, Kemampuan Koneksi Matematis Dalam Menyelesaikan Masalah Kontekstual Ditinjau dari Kemampuan Matematis Siswa (jurnal STKIP jombang, 2012) hal 3

b. Intellectually berarti belajar dengan berpikir mengenahi pemecahan masalah, merenung, dan menciptakan hubungan. c. Repetition berarti pengulangan dengan tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas dan kuis. 14 5. Profil kemampuan koneksi matematika siswa dalam menyelesaikan masalah matematika setelah pembelajaran matematika dengan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) adalah gambaran kemampuan koneksi matematika siswa dalam menyelesaikan masalah matematika setelah pembelajaran matematika dengan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition). 6. Kemampuan matematika adalah kemampuan siswa menggunakan segala pengetahuan dan keterampilanya dalam menyelesaikan tes kemampuan matematika. Dalam penelitian ini kemampuan matematika digolongkan atas kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Kemampuan matematika tinggi dengan kriteria nilai tes 70.5, tingkat kemampuan matematika sedang dengan kriteria 52.3 < nilai tes < 70.5 dan tingkat kemampuan matematika rendah dengan kriteria nilai tes 52.3. 14 Dave Meier, the Accelerated learning handbook: panduan kreatif dan efektif merancang program pendidikan dan pelatihan (Rahmani Astuti trans, bandung: kaifa, 2002), 95

F. Batasan Penelitian Untuk menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian ditetapkan sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X MIA 2 MA Darul Ulum Waru Sidoarjo tahun pelajaran 2015-2016 2. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah tentang sistem persamaan linier dua variabel. G. Sistematika Pembahasan Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 BAB dan masing-masing BAB dibagi menjadi subbab yang dapat disajikan sebagai berikut: 1) BAB I PENDAHULUAN Merupakan pendahuluan yang berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan landasan berfikir berdasarkan fenomena dan kajian pendahuluan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian. Komponen pendahuluan menunjukkan bahwa proporsi atau laporan hasil penelitian telah menyangkut beberapa aspek penting seperti: Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Asumsi, Batasan penelitian, Definisi operasional dan Sistematika pembahasan. 2) BAB II KAJIAN PUSTAKA Merupakan bagian kedua yang berisi dasar teoritis dalam penelitian. Kajian pustaka dimaksudkan sebagai landasan dalam membuat kerangka berpikir terhadap fokus penelitian. Berisi tentang kajian tentang kemampuan koneksi matematis siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan model AIR (Auditory, Intellectually, Repetition). 3) BAB III METODE PENELITIAN Merupakan bagian ketiga berisi tentang jenis penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

4) BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Merupakan bagian yang berisikan analisis kemampuan matematis siswa serta pembahasan tentang hasil penelitian sesuai dengan rumusan dan tujuan penelitian. 5) BAB VI PENUTUP Merupakan bagian akhir berisi tentang kesimpulan dan saran.