BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya polusi lingkungan, tanpa disadari dapat mempengaruhi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit menurut World Health Organization (1957) adalah suatu bagian

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal


BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

GAMBARAN FISIK DAN PSIKOLOGIS KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB 1 PENDAHULUAN. dan cukup lanjut. Penyakit gagal ginjal kronis mengakibatkan laju filtrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sehat, baik fisik-bio-psiko-sosio-spiritual. Karena dengan kondisi sehat

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

Afniwati, Amira Permata Sari Tarigan, Yunita Ayu Lestari Tarigan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULIAN. Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk. kesejahteraan bio-psikososial dan spiritual individu, keluarga dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker pembunuh perempuan nomor satu. maka pengobatan yang diberikan adalah kemoterapi (Baradero,2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

transplantasi adalah pasien dan hanya ada 920 pasien yang menerima transplantasi (NHSBT, 2014). Hemodialisis merupakan metode perawatan umum

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. menghargai perasaan pasien yaitu dengan mencurahkan segala perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gagal ginjal merupakan suatu keadaan dimana terjadinya penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari dalam tubuh (Vitahealth,2007). Penurunan fungsi ginjal dapat terjadi akibat suatu penyakit, kelainan anatomi ginjal dan penyakit yang menyerang ginjal itu sendiri. Apabila hanya 10 % dari ginjal yang berfungsi, pasien dikatakan sudah sampai pada penyakit ginjal end-stage renal disease(esrd) atau penyakit ginjal tahap akhir. Awitan gagal ginjal mungkin akut, yaitu berkembang sangat cepat dalam beberapa jam atau dalam beberapa hari. Gagal ginjal dapat juga kronik, yaitu terjadi perlahan dan berkembang perlahan, mungkin dalam beberapa tahun (Baradero, 2009). Menurut data dari The United States Renal Data System (USRDS)(2009), Gagal Ginjal Tahap Akhir (GGTA) sering ditemukan dan prevalensi sekitar 10 % sampai dengan 13%. Di Amerika Serikat jumlahnya mencapai 25 juta orang, dan di Indonesia diperkirakan 12,5 % atau sekitar 18 juta orang (Suhardjono,2009). Berdasarkan estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah (Hemodialisis). Di Indonesia, berdasarkan Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, jumlah pasien gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk, 60% nya adalah usia dewasa dan usia lanjut.

Berdasarkan data dari Indonesia RenalRegistry, suatu kegiatan registrasi dariperhimpunan Nefrologi Indonesia, pada tahun2007 jumlah pasien Hemodialisa mencapai 2148 orang,sedangkan pada tahun 2008 jumlah pasien Hemodialisa mengalami peningkatan menjadi 2260 orang. Salah satu faktor penyebab meningkatnya angka penderita gagalginjal dari tahun ke tahun di dunia karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap deteksi dini penyakit tersebut (Ratnawati, 2011). Menurut Depkes RI (2009) pada peringatan Hari Ginjal Sedunia, menyatakan bahwa hingga saat ini terdapat sekitar 70 ribu orang pasien gagal ginjal kronik yang memerlukan penanganan terapi cuci darah. Tetapi hanya 7.000 pasien gagal ginjal kronik atau 10% yang dapat melakukan cuci darah yang dibiayai program Gakin dan Askeskin (Setiawan, 2012). Bila seseorang mengalami penyakit ginjal kronik sampai pada stadium 5 atau telah mengalami penyakit ginjal kronik dimana laju filtrasi glomerulus 15 ml/menit sehingga ginjal tidak mampu lagi menjalankan seluruh fungsinya dengan baik maka dibutuhkanterapi untuk menggantikan fungsi ginjal. Hingga saat ini dialisis dan transplantasi ginjal adalah tindakan yang efektif sebagai terapi untuk gagal ginjal terminal (Cahyaningsih, 2009). Dialisis dilakukan pada gagal ginjal untuk mengeluarkan zat-zat toksik dan limbah tubuh yang dalam keadaan normal diekskresikan oleh ginjal yang sehat. Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien. Ada dua teknik utama yang digunakan dalam dialisis, yaitu Hemodialisa dan Dialisis Peritoneal (Suharyanto, 2009).

Diperkirakan bahwa ada lebih dari 100.000 pasien yang akhir-akhir ini menjalani Hemodialisa. Hemodialisa merupakan suatu proses pengobatan yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal (ESRD;end-stage renal disease) yang membutuhkanterapi jangka panjang atau terapi permanen (Smeltzer & Bare, 2008). Hemodialisa bekerja dengan cara kombinasi dari difusi (Pergerakan larutan dari cairan pada konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah melalui membran semipermeabel) dan ultrafiltrasi (Pergerakan larutan tekanan kedalam membran semipermeabel), kelebihan cairan dikeluarkan melalui ultrafiltrasi dan pembuangan hasil melalui difusi. Mineral-mineral dasar (seperti kalsium dan bikarbonat) juga diganti melalui difusi (Ashley & Morlidge, 2008). Pasien-pasien ini harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya (biasanya tiga kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi) atau sampai mendapat ginjal baru melalui operasi pencangkokan yang berhasil (Arif & Kumala, 2011). Meskipun Hemodialisa dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas, tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang mendasari dan juga tidak akan mengembalikan seluruh fungsi ginjal. Pasien yang menjalani Hemodialisamengalami berbagai masalah yangtimbulakibat tidak berfungsinya ginjal. Haltersebut muncul setiap waktu sampai akhirkehidupan. Hal ini menjadi stressor fisik yang berpengaruh pada berbagai dimensi kehidupan pasien yang meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual. Kelemahan fisik yangdirasakan seperti mual, muntah, nyeri, lemahotot, oedema adalah sebagian dari manifestasiklinik dari

pasien yang menjalani Hemodialisa.Ketidakberdayaan serta kurangnyapenerimaan diri pasien menjadi faktor psikologis yang mampu mengarahkan pasien pada tingkat stress, cemas bahkan depresi (Ratnawati, 2011). Berdasarkan hasilpenelitian Ratnawati (2011) tentang Tingkat Kecemasan Pasien dengan Tindakan Hemodialisa di BLUD RSU DR M.M Dunda Kabupaten Gorontalo, didapatkan 20% responden mengalami tingkat kecemasan berat yang disebabkan karena parahnya dari penyakit gagal ginjal tersebut, pada kecemasan berat ini pasien merasa cemasakan perubahan-perubahan yang dialami setelahmenjalani terapi Hemodialisa seperti perubahan gaya hidup dan seringkali penderita yang Hemodialisa mengeluhkan rasa gatal.rasa gatal tersebutbisa disebabkan karena penyakitginjal dan bisa juga karena proses Hemodialisa. Individu dengan Hemodialisa jangka panjang sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya. Mereka biasanya menghadapi masalah finansial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, depresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. Pasien yang berusia lebih muda sering merasa khawatir terhadap perkawinan mereka, anak-anak yang dimilikinya dan beban yang ditimbulkan pada keluarga mereka (Smeltzer & Bare, 2008). Pasien yang menjalani Hemodialisa akan mengalami masalah fisik, seperti kelemahan, gatal-gatal pada kulit, rambut tipis, penurunanan berat badan (malnutrisi) dan juga mengalami masalah psikososial seperti berdiam diri, tidakingin bertemu dengan orang lain, merasa kecewa, putus asa, malu dan tidak berguna disertai keragu-raguan dan percaya diri yang kurang (Suharyanto, 2009).

Salah satu aspek yang terjadi pada masalah psikososial adalah gangguan konsep diri.konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu mengenai sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Konsep diri terdiri atas komponen citra tubuh atau gambaran diri(body-image), ideal diri (self-ideal), identitas diri (self-identity), peran diri(self-role)dan harga diri(self-esteem). Respon individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang respon konsep diri yaitu dari adaptif sampai maladaptif (Suliswati et al., 2005; Stuart, 2006; Dalami, 2009). Individu dengan konsep diri positif dapat mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur. Konsep diri positif adalah individu yang dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur serta dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan realistik, sedangkan konsep diri negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif (Suliswati et al., 2005). Klien yang menjalani Hemodialisa akan mengalami perubahan psikososial yang dapat mempengaruhi konsep dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Gangguan konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa meliputi lima (5) komponen konsep diri, yaitu: gambaran diri (body-image) seperti klien akan mengalami perubahan bentuk tubuh menjadi kurus, kulit gelap dan gatal-gatal, oedem atau bengkak, wajah sembab dan perut yang membuncit, ideal diri (self-ideal)seperti klien akan merasa putus asa dan tidak mempunyai harapan dalam kehidupannya karena proses

Hemodialisa yang membatasi kemampuannya dalam melakukan keinginannya atau menyelesaikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, identitas diri (selfidentity) seperti klien akan mengalami ketergantungan pada orang lain dalam melakukan perawatan dirinya dalam kehidupan sehari-hari, peran diri (self-role) seperti klien tidak bisa menjalani perannya secara maksimal semenjak menjalani hemodialisa baik dalam keluarga maupun perannya dalam aktivitas sosial atau pekerjaan, dan harga diri (self-esteem) seperti klien akan mengalami perasaan yang negatif terhadap diri sendiri dan kurang percaya diri terhadap kondisi atau perubahan fisik yang terjadi akibat dari penyakit yang dialaminya maupun efek samping dari terapi Hemodialisa (Suliswati et al., 2005; Suharyanto, 2009). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati dan Rosita (2008) mengenai Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecenderungan Depresi, menunjukkan bahwa individu dengan konsep diri positif memiliki tingkat depresi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan individu dengan konsep diri negatif disebabkan karena konsep diri yang dimiliki akan mempengaruhi individu dalam proses berpikir, bersikap dan bertingkah laku. Klienyang mempunyai keyakinan yang baik tentang kesehatannya akan dapat meningkatkan konsep diri. Perawatan di rumah sakit, penyakit yang dialaminya, tindakan pembedahan atau terapi pengobatan, perpisahan dari keluarga dan faktor lainnya dapat mempengaruhi konsep diri. Penyakit kronis dapat mempengaruhi kemampuan dalam memberikan dukungan finansial dan juga nilai diri serta peran di dalam keluarga, sehingga perubahan ini dapat mengganggu konsep diri pasien (Potter & Perry, 2010).

Memahami konsep diri sangat penting bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan utuh bukan hanya menyembuhkan penyakit saja tetapi juga menghadapi individu yang mempunyai pandangan, nilai dan pendapat tertentu tentang dirinya. Perawatan klien dengan gangguan konsep diri diperlukan dalam merawat klien pada setiap tatanan pelayanan, baik di komunitas, rumah sakit umum atau rumah sakit jiwa (Riyadi & Purwanto, 2009). Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit tipe B dan rumah sakit umum daerah rujukandi provinsi Sumatera Utara maupun di provinsi Aceh. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan memiliki ruang hemodialisa dengan fasilitas mesin yang lengkap dan memadai, serta tenaga medis yang professional dan berkompeten yang telah mengikuti pelatihan-pelatihan dan mempunyai sertifikat mengenai Hemodialisa. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 21 Mei 2013 sampai dengan tanggal 24 Mei 2013 maka diperoleh data pasien yang menjalani hemodialisa dari Rekam Medis ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan dengan jumlah pasien pada tahun 2012 sebanyak 132 orang dan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret tahun 2013 sebanyak 50 orang (Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, 2013). Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa klien yang sedang menjalani Hemodialisa bahwa hampir sebagian besar peran klien dalam keluarga mengalami perubahan karena tidak bekerja dan tidak bisa melakukan kegiatankegiatan di luar rumah selama menjalani Hemodialisa serta merasa sedih bahkan kadang ada yang menangis karena belum bisa menerima perubahan yang terjadi

baik fisik maupun psikis. Klien yang baru menjalani Hemodialisa masih belum bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan efek samping yang terjadi (seperti mual muntah, lemas, pusing, kulit kering dan gatal-gatal, rambut rontok), sedangkan klien yang telah lama menjalani Hemodialisa memiliki semangatyang kuat menjalani Hemodialisa karena rutin datang ke rumah sakit dan minum obat serta adanya dukungan keluarga yang selalu menemani klien ke rumah sakit. Berdasarkan latar belakang dan wawancara peneliti dengan klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan melalui survey awal maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Konsep Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan pada Tahun 2013. 1.2 PERTANYAANPENELITIAN Bagaimana gambaran konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan. 1.3 TUJUANPENELITIAN 1.3.1Tujuan Umum : Untuk mengidentifikasi gambaran konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan. 1.3.2Tujuan Khusus : a. Untuk mengidentifikasi gambaran diri (body-image) klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan.

b. Untuk mengidentifikasi ideal diri (self-ideal)klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan. c. Untuk mengidentifikasi peran diri (self-role)klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan. d. Untuk mengidentifikasi identitas diri (self-identity)klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan. e. Untuk mengidentifikasi harga diri (self-esteem)klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan. 1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan kepada mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan mengenai konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa serta memberikan tambahan atau masukanbahan pengajaran keperawatan jiwa untuk membuat asuhan keperawatan yang lebih optimal. 1.4.2Bagi Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal mengenai konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa dan dapat mengetahui atau mengenali keadaan klien yang mengalami konsep diri positif atau konsep diri negatif sehingga perawat dapat memberikan perhatian dan dukungan serta motivasi kepada klien yang menjalani Hemodialisa dan agar perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga agar selalu memberikan dukungan yang kuat sehingga klien dapat

mempertahankan atau makin meningkatkan konsep diri yang positif dan tidak memiliki konsep diri yang negatif walaupun harus menjalani Hemodialisa sepanjang hidupnya. 1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi atau sumber data yang mendukung bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian selanjutnya mengenai konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa.