ANALISIS PENEMPATAN PENGATUR KECEPATAN MOTOR INDUKSI SATU FASA RUN-KAPASITOR DENGAN MENGGUNAKAN TRIAC SEBAGAI PENGUBAH TEGANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Teknik Elektro Vol. 2, No. 1, Maret 2002: 22-26

PERBANDINGAN PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI SATU FASA MENGGUNAKAN VARIAC DAN KONVERTER AC AC KONTROL SUDUT FASA BERBASIS IC TCA 785

PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

RANGKAIAN OPTIMAL UNTUK MOTOR INDUKSI 1 FASE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 PADA APLIKASI POMPA AIR

PENGOPERASIAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA DARI CATU DAYA SATU FASA (FORWARD-REVERSE) MENGGUNAKAN KAPASITOR DENGAN PENGONTROLAN FREKUENSI DAN SUDUT FASA

Karakteristik Kerja Paralel Generator Induksi dengan Generator Sinkron

KONVERTER AC-AC TIGA FASE METODE KONTROL SUDUT FASE MENGGUNAKAN TRIAC DAN IC TCA 785 SEBAGAI PENGATUR TEGANGAN PADA SOFT-STARTING

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

ANALISA PENGARUH BESAR NILAI KAPASITOR EKSITASI TERHADAP KARAKTERISTIK BEBAN NOL DAN BERBEBAN PADA MOTOR INDUKSI SEBAGAI

ANALISA PENGARUH SATU FASA ROTOR TERBUKA TERHADAP TORSI AWAL, TORSI MAKSIMUM, DAN EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN ARUS EKSITASI TERHADAP ARUS JANGKAR DAN FAKTOR DAYA MOTOR SINKRON TIGA FASA. Elfizon. Abstract

PEMODELAN UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA PADA KONDISI UNDER VOLTAGE TIDAK SEIMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB/SIMULINK

RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA

Alexander et al., Perancangan Simulasi Unjuk Kerja Motor Induksi Tiga Fase... 1

Perancangan Soft Starter Motor Induksi Satu Fasa dengan Metode Closed Loop Menggunakan Mikrokontroler Arduino

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Pengendali Kecepatan Motor Induksi 3-Phase pada Aplikasi Industri Plastik

PENGARUH PEGATURAN KECEPATAN MENGGUNAKAN METODE PENGATURAN FLUKSI TERHADAP EFISIENSI PADA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON

Pemodelan Dinamik dan Simulasi dari Motor Induksi Tiga Fasa Berdaya Kecil

ANALISIS PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA MOTOR INDUKSI SATU PHASA DENGAN MENGGUNAKAN INVERTER

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

RANCANG BANGUN INVERTER PENGENDALI KECEPATAN MOTOR AC PADA KONVEYOR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa

makalah seminar tugas akhir 1 ANALISIS PENYEARAH JEMBATAN TERKONTROL PENUH SATU FASA DENGAN BEBAN INDUKTIF Bagus Setiawan NIM : L2F096570

ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START

ANALISIS MOTOR INDUKSI SATU FASA DENGAN METODE CYCLOCONVERTER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51

Perancangan Pembuatan Pengasut Pada Motor Kapasitor 1 Phase

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

PENGARUH POSISI SIKAT TERHADAP WAKTU PENGEREMAN PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT DENGAN METODE DINAMIS

ABSTRAK. Kata Kunci: pengaturan, impedansi, amperlilit, potier. 1. Pendahuluan. 2. Generator Sinkron Tiga Fasa

MODUL PEMANFAATAN JALUR KOMUNIKASI RS 485 UNTUK SIMULASI KENDALI JARAK JAUH PLC MASTER K 10S1

Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia

JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR

ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI SATU FASA SPLIT-PHASE

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type.

Yanti Kumala Dewi, Rancang Bangun Kumparan Stator Motor Induksi 1 Fasa 4 Kutub dengan Metode Kumparan Jerat

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

ANALISIS PERBAIKAN FAKTOR DAYA BEBAN RESISTIF,INDUKTIF,KAPASITIF GENERATOR SINKRON 3 FASA MENGGUNAKAN METODE POTTIER

PERANCANGAN MODUL DAN PERBANDINGAN METODE STARTING DAN PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3 FASA

PERANCANGAN MODUL PRONY BRAKE UNTUK PENENTUAN KARAKTERISTIK MEKANIK (TORSI TERHADAP KECEPATAN) DAN EFISIENSI MOTOR INDUKSI 3 FASA

Studi Komparatif Arus Asut Motor Induksi Tiga Fasa Standar NEMA Berdasarkan Rangkaian Ekivalen Dan Kode Huruf

ANALISA DAYA MOTOR INDUKSI 3 FASA PADA OPERASI INTERMITTENT DENGAN VARIASI PERIODE PEMBEBANAN

Studi Pengaturan Arus Eksitasi untuk Mengatur Tegangan Keluaran Generator di PT Indonesia Power UBP Kamojang Unit 2

PERANCANGAN CATU DAYA DC TERKONTROL UNTUK RANGKAIAN RESONANSI BERBASIS KUMPARAN TESLA

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto

JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA

PENGARUH KAPASITOR BANK TERHADAP OUTPUT DARI GENERATOR INDUKSI 1 FASA

PENGGUNAAN MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR ARUS BOLAK BALIK. Ferdinand Sekeroney * ABSTRAK

PENGEREMAN DINAMIS KONVENSIONAL PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA

Kata Kunci: motor DC, rugi-rugi. 1. Pendahuluan. 2. Rugi-Rugi Pada Motor Arus Searah Penguatan Seri Dan Shunt ABSTRAK

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No.1, April 2012 ISSN

ANALISIS HARMONISA YANG DIHASILKAN CYCLOCONVERTER DENGAN BERBAGAI PARAMETER

Journal of Electrical and System Control Engineering. Perancangan Tachogenerator Dari Dinamo Tape Recorder

RANCANG BANGUN MODEL PENYEIMBANG BEBAN PADA GENERATOR INDUKSI

PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP KARAKTERISTIK KELUARAN GENERATOR INDUKSI 1 FASE ABSTRAKSI

RANGKAIAN INVERTER SATU FASA BERDASARKAN PERUBAHAN FREKUENSI UNTUK PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR KAPASITOR

ANALISIS PERBANDINGAN EFEK PEMBEBANAN TERHADAP GGL BALIK DAN EFISIENSI PADA MOTOR DC PENGUATAN KOMPON PANJANG DAN MOTOR INDUKSI

Studi Karateristik Motor DC Penguat Luar Terhadap Posisi Sikat

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

LABSHEET PRAKTIK MESIN LISTRIK MESIN ARUS BOLAK-BALIK (MESIN SEREMPAK)

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM STAR DELTA DENGAN RANGKAIAN MANUAL DAN PLC PADA MOTOR LISTRIK 3 PHASA

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGGERAK MULA MIKROHIDRO TERHADAP KELUARAN GENERATOR INDUKSI 1 FASE 4 KUTUB ABSTRAKSI

Perbaikan Faktor Daya Motor Induksi 3 fase menggunakan Mikrokontroler 68HC11

Nama Praktikan :... NIM :... Program Studi :... Kelas :... Dosen Pengampu :...

SOFT STARTING DAN DYNAMIC BRAKING PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

ANALISIS PENGATURAN ARUS ROTOR PADA MOTOR INDUKSI ROTOR BELITAN TIGA FASA MENGGUNAKAN BUCK KONVERTER

Penentuan Parameter dan Arus Asut Motor Induksi Tiga Fasa

Analisis Pengaruh Perubahan Tegangan Terhadap Torsi Motor Induksi Tiga Fasa Menggunakan Simulasi Matlab

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN BEBAN TERHADAP KARAKTERISTIK GENERTOR SINKRON ( Aplikasi PLTG Pauh Limo Padang )

PENGATURAN KECEPATAN KIPAS ANGIN DENGAN TEKNOLOGI INVERTER FAN CONTROLLING BASED ON INVERTER TECHNOLOGY

IDENTIFIKASI KUALITAS DAYA LISTRIK GEDUNG UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH BANK KAPASITOR TERHADAP KELUARAN GENERATOR INDUKSI 1 FASA KECEPATAN RENDAH

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun

PENGARUH VARIASI KETIDAKSEIMBANGAN TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA DENGAN NILAI FAKTOR KETIDAKSEIMBANGAN TEGANGAN YANG SAMA

Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Tiga Fasa terhadap Hasil Pengukuran

PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN TERMINAL, REGULASI, DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON 3 FASA ROTOR SALIENT POLE DENGAN METODE BLONDEL (TWO REACTION THEORY)

LABSHEET PRAKTIK MESIN LISTRIK MESIN ARUS BOLAK-BALIK

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN TEGANGAN DAN KENAIKAN SUHU PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA AKIBAT GANGGUAN SINGLE-PHASING

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

Your logo. Bidang Studi : Marine Electrical And Automation System

BAB III PERAGAAN Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang penuh).

PENGATURAN TEGANGAN PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA 1 HP SEBAGAI GENERATOR INDUKSI SATU FASA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKOHIDRO

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

ANALISIS PERBANDINGAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI TANPA MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI DAN DENGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KECEPATAN PUTAR TERHADAP KELUARAN TEGANGAN DAN FREKUENSI PADA GENERATOR INDUKSI 1 FASA

Transkripsi:

ANALISIS PENEMPATAN PENGATUR KECEPATAN MOTOR INDUKSI SATU FASA RUN-KAPASITOR DENGAN MENGGUNAKAN TRIAC SEBAGAI PENGUBAH TEGANGAN Wahyu Prasetya* ), Tejo Sukmadi, and Mochammad Facta Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia * ) Email : wahyu_prasetya1218@yahoo.com Abstrak Motor induksi satu fasa run kapasitor merupakan yang sering diaplikasikan untuk keperluan industri maupun keperluan rumah tangga. Dalam penggunaanya seringkali memerlukan pengaturan kecepatan agar didapatkan kecepatan putar yang ideal dalam pengaplikasiannya. Untuk itu diperlukan pengaturan kecepatan yang tidak menyebabkan berbagai macam kerugian. Salah satu solusi pengaturan kecepatan tersebut adalah dengan Modul pengatur kecepatan menggunakan TRIAC sebagai pengatur tegangan, dan DIAC sebagai trigger. Agar mendapatkan pengaturan kecepatan induksi satu fasa yang ideal, perlu dilakukan variasi penempatan rangkaian modul pengatur kecepatan pada supply, kumparan utama, kumparan bantu, dan run kapasitor. Dalam penelitian ini dirancang modul pengatur kecepatan induksi 125 watt run kapasitor dengan TRIAC-DIAC. Percobaan dilakukan dengan melakukan variasi penempatan rangkaian modul dalam rangkaian internal induksi. Rangkaian I memiliki daerah pengaturan kecepatan dari tegangan 31,6 volt hingga 220,7 volt dengan kecepatan 45,3-2986 rpm, rangkaian II memiliki daerah pengaaturan kecepatan dari tegangan 81,1 volt hingga 220,7 volt,dengan kecepatan 2947-2976 rpm, rangkaian III dan IV memiliki daerah pengaturan yang sempit, dimana tegangan yang dapat diterapkan pada kedua rangkaian tersebut memiliki minimal 217-220 volt hingga maksimal mencapai 338-343 volt dengan kecepatan 2973-2979 rpm. Kata kunci: induksi satu fasa 125 watt run kapasitor, TRIAC, DIAC Abstract Single phase capacitor-run induction s are often applied for industrial and house hold purposes. It often required speed control in order to obtain the required speed. The required speed control is expected not provide additional losses. One of the solution of single phase induction speed control is used speed control module using TRIAC as variable voltage control, and DIAC as a trigger. To obtain the ideal speed control of single phase induction, the placement of speed control module can be varied on the supply, main winding, auxiliary winding and run capacitor. In this research designed module of speed control for single phase induction 125 watt run capacitor with TRIAC DIAC. The experiment is done by doing a variation of the placement module circuit in the internally of induction circuit. Circuit I has speed control area from 31.6 volt up to 220.7 volt based on variable voltage with the speed of 45.3-2986 rpm, circuit II has speed control area from 81.1 volt up to 220.7 volt based on variable voltage with the speed of 2947-2976 rpm, circuit III and IV have a narrow area of speed control. Where the voltage that can be applied to both the circuit has a minimum of voltage value 217-220 volt up to reaches maximum value 338-343 volt with the speed of 2973-2979 rpm. Keywords : single phase capacitor-run induction, TRIAC, DIAC 1. Pendahuluan Motor induksi merupakan listrik yang banyak digunakan dalam industri baik industri besar maupun industri kecil dikarenakan konstruksinya yang sederhana dan perawatannya yang cukup mudah. Seringkali dibutuhkan pengaturan kecepatan untuk mendapatkan hasil dari putaran yang diinginkan. Oleh karenanya induksi harus dapat dikontrol kecepatan putarnya sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu cara merubah kecepatan putar adalah dengan mengubah tegangan. Merubah tegangan masukan pada dapat dilakukan dengan komponen elektronika daya berupa TRIAC. Pengaturan kecepatan

TRANSIENT, VOL.4, NO. 1, MARET 2015, ISSN: 2302-9927, 186 induksi dengan variasi penempatan menggunakan TRIAC sebagai kontrol tegangan telah dilakukan sebelumnya pada induksi berdaya 30 watt dengan dua penempatan yaitu main winding dan suplai. Didapatkan hasil yang berbeda dari kedua penempatan tersebut. Pada pengaturan sebelumnya dilakukan dengan memvariasikan dengan besarnya kecepatan dari dan analisis terhadap tegangan, arus, faktor daya, daya dan effisiensi. [9] 2.2 Rangkaian II Pada rangkaian II TRIAC ditempatkan pada kumparan utama (main winding). Pada rangkaian ini TRIAC hanya mengatur tegangan masukan pada kumparan utamanya saja. Sedangkan kumparan bantu (auxiliary winding) tetap mendapatkan suplai sebesar 220 volt. Penelitian sebelumnya tidak menempatkan modul pengontrol pada auxiliary winding dan kapasitor run induksi satu fasa. Pada penelitian kali ini yang divariasikan adalah tegangannya dan dianalisis data berupa arus, faktor daya, daya dan kecepatan putarnya akibat dari perubahan tegangan dari masing-masing penempatan. Pada penelitian ini dilakukan empat penempatan rangkaian kontrol pada induksi satu fasa yaitu suplai, main winding, auxiliary winding dan kapasitor run pada induksi berdaya 125 watt. Dengan adanya penempatan yang berbeda dari kontrol tersebut diharapkan dapat diketahui posisi yang paling baik untuk pengaturan kecepatan induksi satu fasa. 2. Metode Pengambilan data meliputi arus, tegangan, daya, kecepatan dan faktor daya. Pengambilan data ini dilakukan dari rangkaian I hingga rangkaian IV, meliputi kondisi beban nol dan kondisi dibebani. 2.1 Rangkaian I Gambar 2 Rangkaian II Pengambilan data pada rangkaian II diperoleh dengan cara meletakkan clampmeter pada titik A dan titik C untuk mengetahui total arus dan daya yang diserap oleh. Multimeter diletakkan pada titik A dan B untuk mengetahui variasi tegangan yang diberikan oleh TRIAC pada kumparan utama. 2.3 Rangkaian III Pada rangkaian III TRIAC ditempatkan pada kumparan bantu (auxiliary winding). Pada rangkaian ini TRIAC hanya mengatur tegangan masukan pada kumparan bantu. Sedangkan kumparan utama (main winding) tetap mendapatkan suplai sebesar 220 volt. Pada rangkaian I TRIAC diletakkan pada supply. Gambar 3 Rangkaian III Gambar 1 Rangkaian I Pengambilan data pada rangkaian I diperoleh dengan cara meletakkan clampmeter pada titik A dan titik B. Setelah alat ukur terpasang, maka pengambilan data dapat dilakukan. Pengambilan data pada rangkaian III diperoleh dengan cara meletakkan clampmeter pada titik A dan titik C untuk mengetahui total arus dan daya yang diserap oleh. Multimeter diletakkan pada titik C dan B untuk mengetahui variasi tegangan yang diberikan oleh TRIAC pada kumparan bantu.

TRANSIENT, VOL.4, NO. 1, MARET 2015, ISSN: 2302-9927, 187 2.4 Rangkaian IV Pada rangkaian IV TRIAC ditempatkan pada kapasitor yang seri dengan kumparan bantu (auxiliary winding). Pada rangkaian ini TRIAC mengatur tegangan masukan pada kapasitor yang seri terhadap kumparan bantu. Sedangkan kumparan utama (main winding) tetap mendapatkan suplai sebesar 220 volt. Gambar 4 Rangkaian IV Pengambilan data pada rangkaian IV diperoleh dengan cara meletakkan clampmeter pada titik A dan titik C untuk mengetahui total arus dan daya yang diserap oleh. Multimeter diletakkan pada titik A dan B untuk mengetahui variasi tegangan yang diberikan oleh TRIAC pada kapasitor run. 3. Hasil Pengujian 3.1 Pengujian Internally Triggeres TRIAC Q4004LT Gambar 5 merupakan pengujian gelombang pemotongan tegangan keluaran dari TRIAC terhadap beban resistif dan induktif. Gambar 5 gelombang tegangan 170 V beban resistif gelombang tegangan 170 V beban induktif 3.2 Pengujian Rangkaian I Hasil dari pengujian rangkaian I beban nol ditampilkan pada Tabel 1 Tabel 1 hasil pengujian rangkaian I beban nol VAB (V) Itotal (A) Cos phi (lagging) Pperhitungan Kecepatan Kondisi 1 31.6 0.31 0.62 0.006 0.06 45.3 Putaran rendah 2 41.1 0.43 0.672 0.012 0.012 270.9 Putaran rendah 3 50.2 0.28 0.647 0.009 0.009 2841 Stabil 4 60.9 0.29 0.589 0.010 0.010 2917 Stabil 5 70.4 0.31 0.553 0.012 0.012 2946 Stabil 6 81.1 0.34 0.521 0.014 0.014 2938 Stabil 7 90.4 0.36 0.500 0.016 0.016 2956 Stabil 8 100.0 0.39 0.488 0.019 0.019 2961 Stabil 9 110.4 0.42 0.470 0.022 0.022 2976 Stabil 10 120.1 0.44 0.465 0.025 0.025 2981 Stabil 11 130.0 0.47 0.455 0.028 0.028 2979 Stabil 12 141.5 0.50 0.447 0.032 0.032 2976 Stabil 13 151.4 0.53 0.436 0.035 0.035 2979 Stabil 14 160.0 0.57 0.427 0.038 0.039 2981 Stabil 15 171.2 0.63 0.408 0.045 0.044 2983 Stabil 16 180.5 0.71 0.399 0.051 0.051 2986 Stabil 17 191.1 0.81 0.386 0.059 0.060 2985 Stabil 18 200.6 0.93 0.378 0.071 0.071 2983 Stabil 19 210.9 1.09 0.373 0.086 0.086 2983 Stabil 20 220.7 1.24 0.380 0.104 0.104 2986 Stabil Pada Tabel 1 didapatkan hasil dimana kecendrungan ketika menaikkan tegangan maka arus, daya dan kecepatan akan naik. Pada saat tegangan 31.6 volt dan 41.1 volt, arus masih dalam kondisi starting dengan 0.31 ampere 0.06 Kw dan 0.43 ampere 0.012 Kw, dimana arus akan turun setelah tegangan ber 50.2 volt dengan arus 0.28 ampere 0.09 Kw dan rotor mulai berputar stabil. Hasil dari pengujian rangkaian I berbeban ditampilkan pada Tabel 2 Tabel 2 hasil pengujian rangkaian I berbeban N o VAB (V) I total (A) Cos phi (lagging ) Pperhitunga Kecepatan Kondisi n 1 31.6 0.31 0.635 0.006 0.006 0 Diam 2 41.1 0.43 0.665 0.012 0.012 0 Diam 3 50.2 0.52 0.692 0.018 0.018 0 Diam 4 60.9 0.67 0.725 0.029 0.030 0 Diam 5 70.4 0.77 0.761 0.042 0.041 0 Diam 6 81.1 0.38 0.631 0.019 0.019 2843 Stabil 7 90.4 0.38 0.578 0.021 0.020 2936 Stabil 8 100 0.42 0.574 0.024 0.024 2943 Stabil 9 110.4 0.44 0.55 0.026 0.027 2956 Stabil 10 120.1 0.46 0.524 0.029 0.029 2959 Stabil 11 130 0.49 0.512 0.033 0.033 2960 Stabil 12 141.5 0.51 0.498 0.036 0.036 2961 Stabil 13 151.4 0.54 0.476 0.039 0.039 2967 Stabil 14 160 0.59 0.459 0.043 0.043 2971 Stabil 15 171.2 0.63 0.441 0.048 0.048 2976 Stabil 16 180.5 0.72 0.419 0.055 0.054 2973 Stabil 17 191.1 0.81 0.402 0.063 0.062 2975 Stabil 18 200.6 0.95 0.387 0.074 0.074 2978 Stabil 19 210.9 1.08 0.383 0.087 0.087 2978 Stabil 20 220.7 1.33 0.382 0.112 0.112 2978 Stabil Dapat dilihat pada Tabel 2, saat diberikan tegangan 31.6 V sampai 70.4 V, itu tidak berputar. Selain itu daya dan arus yang dihasilkan juga melonjak tinggi. Hal ini disebabkan karena induksi tersebut dalam kondisi starting yang mana memerlukan torsi besar untuk memutar rotor dari kondisi diam kekondisi bergerak, sehingga arus mencapai 0.77 ampere dan daya 0.42 Kw. Namun setelah tersebut mencapai tegangan 81.1 V, arus dan daya kembali turun menjadi 0.38 ampere dengan daya 0.019 Kw. Dalam kondisi ini telah berputar stabil. Kenaikan tegangan dari 81.1 V akan diikuti dengan kenaikan daya, arus dan kecepatan pada tersebut.

TRANSIENT, VOL.4, NO. 1, MARET 2015, ISSN: 2302-9927, 188 3.3 Pengujian Rangkaian II Hasil dari pengujian rangkaian II beban nol ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 hasil pengujian rangkaian II beban nol VAB I total Cos phi P total Pperhitungan Kecepatan Kondisi (V) (A) (lagging) 1 81.1 0.27 0.33 0.019 0.020 2947 Stabil 2 90.4 0.27 0.357 0.021 0.021 2951 Stabil 3 100 0.29 0.368 0.023 0.023 2965 Stabil 4 110.4 0.31 0.375 0.026 0.026 2968 Stabil 5 120.1 0.34 0.38 0.028 0.028 2971 Stabil 6 130 0.37 0.38 0.03 0.031 2979 Stabil 7 141.5 0.41 0.378 0.034 0.034 2983 Stabil 8 151.4 0.45 0.375 0.037 0.037 2981 Stabil 9 160 0.49 0.374 0.04 0.040 2981 Stabil 10 171.2 0.56 0.369 0.044 0.045 2979 Stabil 11 180.5 0.62 0.362 0.049 0.049 2980 Stabil 12 191.1 0.76 0.355 0.055 0.059 2980 Stabil 13 200.6 0.85 0.353 0.066 0.066 2984 Stabil 14 210.9 1.03 0.353 0.079 0.080 2979 Stabil 15 220.7 1.19 0.354 0.094 0.093 2976 Stabil Pada Tabel 3 semakin besar tegangan maka arus dan daya akan naik. Demikian pula pada kecepatan,dimana kecepatan mayoritas menunjukkan kenaikan. Terdapat penurunan kecepatan seperti pada saat tegangan mencapai 200.6 volt sampai 220.7 volt, hal ini disebabkan karena sudah mencapai titik kecepatan nominal sehingga dari tegangan yang dinaikkan hanya akan sedikit mempengaruhi kecepatan. Hal tersebut dapat dilihat penurunan kecepatan tidak menurun secara derastis pada tegangan 200.6-220.7 volt dan tetap pada nominal putaran nya. Hasil dari pengujian rangkaian II beban nol ditampilkan pada Tabel 4 Tabel 4 hasil pengujian rangkaian II berbeban VAB (V) Itotal (A) Cos phi Pperhitungan Kecepatan Kondisi (lagging) 1 81.1 0.27 0.375 0.023 0.022 2901 Stabil 2 90.4 0.29 0.397 0.025 0.025 2914 Stabil 3 100 0.3 0.4 0.028 0.026 2938 Stabil 4 110.4 0.33 0.406 0.03 0.029 2941 Stabil 5 120.1 0.35 0.411 0.033 0.032 2944 Stabil 6 130 0.39 0.413 0.036 0.035 2953 Stabil 7 141.5 0.42 0.407 0.038 0.038 2966 Stabil 8 151.4 0.47 0.412 0.043 0.043 2958 Stabil 9 160 0.51 0.411 0.046 0.046 2962 Stabil 10 171.2 0.56 0.403 0.05 0.050 2972 Stabil 11 180.5 0.62 0.4 0.054 0.055 2973 Stabil 12 191.1 0.72 0.387 0.064 0.061 2970 Stabil 13 200.6 0.88 0.387 0.075 0.075 2970 Stabil 14 210.9 1.03 0.386 0.086 0.087 2975 Stabil 15 220.7 1.14 0.389 0.098 0.098 2970 Stabil Pada Tabel 4 didapatkan yang menunjukkan bahwa semakin besar tegangan maka dari arus dan daya total akan meningkat pula serta kecepatan putar yang meningkat. Terdapat beberapa putaran yang menurun, hal ini disebabkan karena sudah mencapai putaran nominalnya sehingga tegangan yang diterapkan hanya akan berdampak kecil pada putaran. 3.4 Pengujian Rangkaian III Pengujian rangkaian III terdapat dua kondisi 100% pada potensiometer, yang pertama yaitu potensiometer 100% pada saat pertamakali dihubungkan ke sumber dimana tegangan pada V BC masih ber 220 volt, dan yang kedua potensiometer 100% pada saat mulai diatur tegangan inputnya. Pada kondisi kedua ini terjadi ketika TRIAC mulai diberi pemicuan kemudian dikembalikan lagi ke posisi potensiometer 100%. Setelah dikembalikan ke posisi awal, tetap berputar dimana tegangan yang terjadi pada titik BC adalah 343 volt. Hasil dari pengujian rangkaian III beban nol ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5 hasil pengujian rangkaian III beban nol potensiometer VBC (V) Itotal (A) cos phi (lagging) Pperhitungan Kecepatan Kondisi 1 100% 343 1.61 0.459 0.164 0.163 2978 Stabil 2 75% 281.5 1.65 0.419 0.152 0.152 2976 Bergetar 3 50% 250 1.49 0.41 0.133 0.134 2975 Bergetar 4 25% 253 1.28 0.392 0.111 0.110 2974 Stabil 5 0% 220 1.25 0.36 0.1 0.99 2973 Stabil Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa ketika V BC semakin besar maka kecepatan akan semakin bertambah. Tegangan pada kondisi potensiometer berharga maksimal yaitu 100% menunjukkan tegangan yang paling besar yaitu 343 volt dan memiliki kecepatan yang paling besar. Motor mendapat tegangan yang normal yaitu 220 volt pada saat potensiometer minimal yaitu 0%. Hasil dari pengujian rangkaian III berbeban ditampilkan pada Tabel 6. Tabel 6 hasil pengujian rangkaian III berbeban cos phi Pperhitunga N VBC Itotal Kecepatan Kondisi potensiomete (lagging n o (V) (A) r ) 1 100% 338 1.6 0.483 0.169 0.17 2975 Stabil 2 75% 277 1.61 0.447 0.157 0.158 2967 Bergeta r 3 50% 250 1.38 0.442 0.135 0.134 2963 Bergeta r 4 25% 252 1.25 0.427 0.117 0.117 2961 Stabill 5 0% 218 1.21 0.388 0.103 0.103 2960 stabil Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa semakin besar V BC maka kecepatan akan bertambah. Tegangan maksimal didapati pada pengujian berbeban saat kondisi potensiometer 100% yaitu 338 volt. Tegangan minimal pada pengujian ini adalah saat potensiometer 0% yaitu 218 volt. 3.5 Pengujian Rangkaian IV Pengujian rangkaian IV terdapat dua kondisi 100% pada potensiometer, yang pertama yaitu potensiometer 100% pada saat pertamakali dihubungkan ke sumber dimana tegangan pada V BC masih ber 220 volt, dan yang kedua potensiometer 100% pada saat mulai diatur tegangan inputnya. Pada kondisi kedua ini terjadi ketika TRIAC mulai diberi pemicuan kemudian dikembalikan lagi ke posisi potensiometer 100%. Setelah dikembalikan ke posisi awal, tetap berputar dimana tegangan yang terjadi pada titik BC adalah 343 volt.hasil dari pengujian rangkaian IV beban nol ditampilkan pada Tabel 7. Tabel 7 hasil pengujian rangkaian IV beban nol

TRANSIENT, VOL.4, NO. 1, MARET 2015, ISSN: 2302-9927, 189 VAB Itotal cos phi Pperhitungan Kecepatan potensiometer (V) (A) (lagging) Kondisi 1 100% 340 1.55 0.46 0.157 0.157 2979 Stabil 2 75% 285 1.6 0.429 0.149 0.151 2976 Bergetar 3 50% 248.1 1.38 0.416 0.127 0.126 2973 Bergetar 4 25% 231.7 1.39 0.4 0.121 0.122 2975 Stabil 5 0% 217 1.21 0.36 0.095 0.096 2973 Stabil Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa ketika V AB semakin besar maka kecepatan akan semakin bertambah. Tegangan pada kondisi potensiometer berharga maksimal yaitu 100% menunjukkan tegangan yang paling besar yaitu 340 volt dan memiliki kecepatan yang paling besar. Namun jika kondisi ini dibiarkan secara terus menerus dan berlangsung lama, kondisi ini akan menyebabkan rusak, karena tegangan yang diberikan melebihi tegangan nominal dari. Motor mendapat tegangan yang normal yaitu 217 volt pada saat potensiometer minimal yaitu 0%. Hasil dari pengujian rangkaian IV berbeban ditampilkan pada Tabel 8. Tabel 7 hasil pengujian rangkaian IV berbeban VAB Itotal cos phi Pperhitungan Kecepatan Kondisi potensiometer (V) (A) (lagging) 1 100% 342 1.58 0.484 0.167 0.168 2978 Stabil 2 75% 279 1.6 0.442 0.156 0.156 2973 Bergetar 3 50% 248 1.37 0.43 0.132 0.130 2971 Bergetar 4 25% 251 1.24 0.419 0.113 0.114 2975 Stabil 5 0% 218 1.19 0.382 0.102 0.100 2971 stabil Dari Tabel 7 diperlihatkan bahwa tegangan V AB paling besar ber 342 volt dengan potensiometer maksimum yaitu 100%. Sedangkan pada kondisi potensiometer 0%, tegangan menjadi normal yaitu 218 volt. 3.6 Perbandingan Rangkaian I dan II Pada Tiap Perubahan Tegangan Perbandingan Beban l Rangkaian I dan II Gambar 6 V AB (V) kecepatan, V AB (V) I total (A), V AB (V) P total 3.7 Perbandingan Berbeban Rangkaian I dan II Dari data yang diperoleh pada Tabel 2 dan Tabel 4 dapat dibuat grafik perbandingan antara rangkaian I dan II pada setiap perubahan tegangan yang diberikan pada sebagai berikut. Dari data yang diperoleh pada Tabel 1 dan Tabel 3 dapat dibuat grafik perbandingan antara rangkaian I dan II pada setiap perubahan tegangan yang diberikan pada sebagai berikut.

TRANSIENT, VOL.4, NO. 1, MARET 2015, ISSN: 2302-9927, 190 Gambar 7 V AB (V) kecepatan, V AB (V) I total (A), V AB (V) P total 3.8 Perbandingan Rangkaian II dan IV Pada Tiap Perubahan Nilai Potensiometer Perbandingan Beban l Rangkaian II dan IV Dari data yang diperoleh pada Tabel 5 dan Tabel 7 dapat dibuat grafik perbandingan antara rangkaian III dan IV pada setiap perubahan potensiometer sebagai berikut. (d) Gambar 8 Potensiometer (%) V (volt), Potensiometer (%) I total (A), Potensiometer (%) P total, (d) Potensiometer (%) kecepatan 3.9 Perbandingan Berbeban Rangkaian III dan IV Dari data yang diperoleh pada Tabel 6 dan Tabel 8 dapat dibuat grafik perbandingan antara rangkaian III dan IV berikut.

TRANSIENT, VOL.4, NO. 1, MARET 2015, ISSN: 2302-9927, 191 Referensi (d) Gambar 9 Potensiometer (%) V (volt), Potensiometer (%) I total (A), Potensiometer (%) P total, (d) Potensiometer (%) kecepatan 4. Kesimpulan Pada rangkaian pengujian I didapatkan daerah pengaturan yang paling luas dibandingkan dengan rangkaian pengujian yang lainnya. Pengujian rangkaian I memiliki tegangan minimum 0 volt dan dapat mencapai tegangan maksimum 220 volt. Pengujian rangkaian II didapatkan daerah pengaturan yang lebih sempit dibandingkan dengan rangkaian pengujian I. Pengujian rangkaian II memiliki tegangan minimum pada kumparan utama sebesar 70 volt dan maksimum 220 volt, sehingga pengaturan tegangan dapat diatur hanya dari tegangan 70 volt hingga 220 volt saja. Peletakkan modul pada rangkaian III dan IV didapatkan hasil pengaturan tegangan yang sangat besar yaitu dapat mencapai maksimum hingga 340-343 volt. Tegangan yang besar ini dipengaruhi oleh adanya kapasitor run pada tersebut. Peletakkan modul tegangan yang memungkinkan untuk diaplikasikan adalah penempatan pada rangkaian I dan juga rangkaian II. Untuk pengaturan yang paling baik dari hasil pengujian adalah peletakkan modul pengatur tegangan pada supply, yaitu pada rangkaian I. [1]. Wildi, Theodore. 1981. Electrical Machines, Drives, and Power Systems. Pretince-Hall International Inc. [2]. Zuhal. 1992. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. [3]. Gunawan, Indra. 2013. Menggulung Ulang Kumparan Motor Listrik Satu Fasa. Yogyakarta: Andi Offset. [4]. Nisit, K.DE dan Prasanta K.SEN. 2002. Electric Drives. Prentice Hall of India Private Limited: New Delhi [5]. Rashid, M, H. 1998. Power Electronic Handbook: Device, Circyit, and Aplication. Prentice-Hall International Inc. [6]. Fitzgerald, A. E, Jr. Charles Kingsley, Umans, Stephen D. 2003. Electric Machinery, Sixth Edition. New York: McGraw-Hill. [7]. Chapman, Stephen J. 2005. Electric Machinary Fundamentals. NewYork: McGraw-Hill. [8]. Theraja, B. L. 1994. Electrical Technology. Volume II. AC & DC Machines. New Delhi: Nirja Construction & Development Co. [9]. Ananda, Stephanus Antonius, Witdono. 2002. Analisa Perbandingan Efisiensi Energi Dari Penempatan Rangkaian Pengontrol Kecepatan Motor Induksi Kapasitor Running Satu Fasa, 220 Volt, 30 Watt, 1370 RPM, Yang Terhubung Pada Suplai Dengan Yang Terhubung Pada Main Winding. Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra. [10]. Hardiati, Sri, Folin Oktafiani, Joni Pristianto, Teguh Praludi, Yusuf Nur Wijayanto. 2009. Pengendali Kecepatan Motor Induksi 3-Phase pada Aplikasi Industri Plastik. Telekomunikasi-Lipi [11]. Pusat pengembangan bahan ajar UMB Jaja Kustija M.sc. [12]. Suradi, muhamad Syahrir Habiba. 2011. Sistem Pengontrolan Kecepatan Motor AC Dengan Menggunakan TRIAC. Universitas Islam Makasar.