HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset


PENDAHULUAN. psikologis, dan perubahan kondisi sosial. 2 Kondisi ini membuat kebutuhan asupan gizi lansia perlu diperhatikan untuk mencegah risiko

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

Kata Kunci : Pendidikan kesehatan, kepatuhan, diet DM.

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

BAB 1 PENDAHULUAN. kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. (Awad,

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak

Sri Maryani 1, Dwi Sarbini 2, Ririn Yuliati 3 RSU PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI. Alamat: Jln Patra Raya Kp.Guji Rt 03/02 Kelurahan Duri Kepa Kecamatan Kebon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK Lexy Oktora Wilda STIKes Satria Bhakti Nganjuk lexyow@gmail.com ABSTRAK Background. Prevalensi toleransi kadar gula darah terganggu di Indonesia. Dari beberapa faktor yang terjadinya kadar gula darah naik, faktor makan atau pola makan yang salah yang paling berpengaruh terhadap terjadinya hiperglikemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor makanan dengan kadar gula darah pada pra lansia di Desa Pesudukuh Kecamatan Nganjuk. Methods. Penelitian ini menggunakan desain penelitian corelasional dengan pendekatan retrospektif. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 23 sampai dengan 26 Juni 25 di Desa Pesudukuh Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk. Jumlah populasinya 86 pra lansia. Besar sampel 8 responden dengan teknik sampling purposive sampling. Variabel independennya adalah faktor makanan, variabel dependennya adalah kadar gula darah. Data dianalisa menggunakan uji koefisien kontigensi dengan α =,5. Result. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar yaitu sebanyak 5 responden (62,8%) memiliki faktor makanan yang kurang dan3 responden (38,8%). Hasil uji statistik didapatkan p value,6 α =,5, sehingga terdapat hubungan yang signifikan Hubungan faktor makanan dengan kadar gula darah pada pra lansia di Desa Pesudukuh Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk tingkat hubungan sangat rendah. Conclusion. kadar gula darah bisa dikontrol untuk mencegah terjadinya kenaikan kadar gula darah yang bisa mengakibatkan diabetes melitus, setiap responden dapat melakukan pencegahan,dengan menghindari makanan yang bisa meningkatkan kadar gula darah seperti makanan yang mengandung karbohidrat yang tidak sehat, makanan yang manis dan atur pola makan yang baik yang dapat memberikan kadar gula darah yang baik. Kata kunci : faktor makanan, kadar gula darah, pra lansia PENDAHULUAN Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur maka intoleransi terhadap glukosa juga meningkat dikarenakan peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah 2

kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan. Makanan berenergi tinggi atau kaya karbohidrat dan serat yang rendah dapat mengganggu stimulasi sel-sel beta pankreas dalam memproduksi insulin serta asupan lemak di dalam tubuh juga perlu diperhatikan karena sangat perpengaruh terhadap kepekaan insulin (Krisnatuti, 28). Hasil studi pendahuluan di Desa Pesudukuh didapatkan pra lansia mengatakan selalu makan makanan yang manis, makan nasi dalam jumlah yang banyak dalam sehari dan selalu makan makanan yang siap saji (mie). Prevalensi GPT ini di amerika Serikat diperkirakan 26% dan TGT 5%, 57 juta individu dinyatakan penyandang pre-diabetes. Hasil RISKESDAS DEPKES 28 (Perkeni, 29) menyatakan prevalensi pre-diabetes di Indonesia yakni mencapai,2% yang merupakan prevalensi glukosa darah puasa, diperkirakan sekitar 24 juta penduduk Indonesia telah menderita kelainan ini. Pada tahun 28, prevalensi peningkatan glukosa darah untuk usia dewasa adalah 9,8% pada pria dan 9,2% pada wanita serta terjadi peningkatan kadar glukosa darah dari 53 juta pada tahun 98 menjadi 347 juta tahun 28. Prevalensi peningkatan kadar gula darah pada pria di Indonesia pada tahun 28 adalah 6% (WHO, 2). Resitensi insulin menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi karena menurunnya ambilan glukosa oleh jaringan otot dan adiposa serta peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati, akibat otot tidak mendapat energi dari glukosa dan membuat alternatif dengan membakar lemak dengan protein (Mardiati, 2). Dari beberapa faktor yang terjadinya kadar gula darah naik, faktor makan atau pola makan yang salah yang paling berpengaruh terhadap terjadinya hiperglikemia. Seperti mengonsumsi gula, asupan karbohidrat, dan ngemil (makanan ringan) bisa mengakibatkan kadar gula naik dan tingginya kadar gula darah dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan pre diabetes yang bisa berkembang menjadi Diabetes tipe 2). Sedangkan hipoglikemia atau yang diartikan sebagai penurunan kadar gula darah reaktif, dimana penurunan kadar gula darah terjadi sebagai reaksi terhadap makanan, biasanya karbohidrat. Agar kadar gula darah lebih stabil perlu melakukan gaya hidup yang sehat seperti olahraga yang teratur, usahakan makan teratur setiap hari dan atur jenis, jumlah, serta jadwalnya. Selain itu upaya penyuluhan dari petugas kesehatan atau puskesmas tentang pengaturan makan yang teratur ( makan pagi, makan siang, makan malam) kepada masyarakat khususnya yang mengalami peningkatan kadar gula dan penurunan kadar gula 2

darah. Dengan demikian masyarakat bisa memperkirakan kapan dan bagaimana glukosa darah naik dan turun (Manganti, 22). METODE Desain penelitian corelasional dengan pendekatan retrospektif, yang dilaksanakan pada tanggal 23 sampai dengan 26 Juni 25.Populasi dalam penelitian ini pra lansia di Desa Pesudukuh Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk sebanyak 86 orang. Jumlah sampel 8 responden dengan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner (faktor makanan) dan glucotes (kadar gula darah). Data diolah menggunakan uji spearman rank dengan nilai α=,5 (CI 95%). Kriteria sampel dalam penelitian ini ialah pra lansia. Jika ada Pra lansia tinggal dalam satu rumah akan dikeluarkan dari keikutsertaan penelitian ini. Pengertian dari variabel faktor makanan ialah makanan yang dikonsusmsi pra lansia. Sedangkan kadar gula darah merupakan Kadar gula darah yang diambil sewaktu waktu dari darah kapiler. HASIL Data demografi pada penelitian ini didapatkan bahwa dari 8 responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan (63%), hampir setengah berusia 45-5 Tahun (46%), hampir seluruh responden berpendidikan SD (54%) sebagian besar responden mempunyai pekerjaan sebagai tani ((54%) lebih dari setengah responden tidak pernah berolahraga (48%), lebih dari setengah responden memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari (82%), dan sebagian besar responden memiliki berat badan kelebihan (37%). Informasi data demografi ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel. Pada hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa hampir setengah dari pra lansia di Desa Pesudukuh Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk mempunyai faktor makanan pada kategori kurang ( 68,8 %) dan setengah dari pra lansia di Desa Pesudukuh Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk mempunyai kadar gula darah bukan DM (38,8%). Data tentang faktor makanan dan kadar gula darah ini dapat dilihat pada tabel 2. Hasil uji koefisien kontigensi didapatkan p value=,6. yang berarti ada hubungan antara faktor makanan dengan kadar gula darah. Data ini dapat dilihat pada tabel 3. Tabel. Distribusi Data Demografi Responden 22

Karakteristik n f (%) Jenis kelamin laki-laki 3 37 perempuan 5 63 Usia 45-5 5-55 56-59 37 23 2 46 29 25 Pendidikan Tidak lulus SD 8 8 SD 34 48 SMP 9 27 SMA 8 PT 2 3 Pekerjaan Tani 43 54 Ibu rumah tangga 2 25 swasta 9 Wiraswasta ABRI PNS 6 2 7 3 Kebiasaan olahraga Rutin 2 5 Jarang Tidak pernah 3 38 38 47 Kebiasaan makan 3 kali sehari 64 8 2 kali sehari kali sehari berat badan Kurus Normal 4 2 33 8 5 4 23

Berlebihan Obesitas I Obesitas II Obesitas III 3 4 38 5 Tabel 2. Distribusi Variabel Penelitian Variabel n f (%) Faktor makanan Baik 3 6,2 Cukup 6 2, Kurang 5 68,8 Kadar gula darah Bukan DM 3 38,8 Belum pasti DM 28 35, DM 2 26,2 Tabel 3. Hubungan Faktor makanan dengan kadar gula darah. Kadar gula darah n r ρ Faktor makanan 8,, 24

3 6 4 6 PEMBAHASAN Menurut beberapa ahli faktor makanan dipegaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Menurut Dormantio (23). Saat usia seseorang semakin bertambah, kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh akan mengalami perubahan. Menurut Notoatmodjo (992) menyebutkan bahwa dengan pendidikan seseorang akan dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertidak dan memilih. Akan tetapi, pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan karakteristik responden dengan faktor makanan. Menurut Adib, (22). Makanan tertentu jika di konsumsi dapat menaikan kadar gula dalam darah, karena itu klien harus berhati-hati memilih makanan, bahan makanan kaya karbohidrat membuat kerja organ pancreas menjadi lebih berat. Karbohidrat akan segera diubah menjadi glukosa akibat kadar gula darah meningkat, selanjutnya pancreas bereaksi mengeluarkan insulin agar dapat menarik gula dalam darah dan menyimpanya dalam otot sebagai cadangan energi. Menurut Sulastri (22) dalam Notoatmodjo (23) semakin tua usia sesorang maka Insulin bekerja pada keadaan makan dan puasa.setelah makan banyak, kadar insulin akan naik dan gula(glukosa) akan disimpan oleh tubuh. Sebaliknya saat puasa,kadar insulin akan turun dan gula yang disimpan dalam organ tubuh seperti hati, otot, dan lemak dilepaskan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Semakin lama puasa, energi yang perkembangan mentalnya bertambah baik.. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan antara lain kebiasaan makanan obesitas,jenis kelamin, dan kebiasan olahraga. Akan tetapi, pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan data demografi jenis kelamin yang mempengaruhi kadar gula darah responden. Faktor makanan berkaitan erat dengan kadar gula darah. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor makanan dengan tkadara gula darah pada pra lansia, yaitu didapatkan nilai p value=,6. Menurut asumsi 25

peneliti kadar gula darah bisa dikontrol untuk mencegah terjadinya kenaikan kadar gula darah yang bisa mengakibatkan diabetes melitus, setiap responden dapat melakukan pencegahan,dengan menghindari makanan yang bisa meningkatkan kadar gula darah seperti makanan yang mengandung karbohidrat yang tidak sehat, makanan yang manis dan atur pola makan yang baik yang dapat memberikan kadar gula darah yang baik. KESIMPULAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini ialah ada hubungan antara faktor makanan dengan kadar gula darah pada pra lansia di desa pesudukuh kecamatan bagor kabupaten nganjuk. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S., 26. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia, 37. Amsriza, F. R., 27. Pengaruh Obesitas terhadap Tekanan Darah dan Kadar Glukosa Darah pada Lansia. Universitas Muhamadiyah Yogyakarta Arikunto.(2).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta : Rineka Cipta. Dorland, W.A N., 22. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC. Ganong, W., 2. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 2. Jakarta : EGC, 28-28. Nabyl. 22. Panduan Hidup Sehat Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus. 234567Yogyakarta : Nuha Medika Nursalam. (23). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. Notoadmodjo, 25. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Jaya Murray, R. K., Granner, D. K., Mayes, P. A., dan Rodwell, V. W., 23. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta : EGC, 95-25. Setiadi, 23. Konsep dan Praktik penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. 26