BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Budaya Jepang modern belakangan ini sangat identik dengan keceriaan manga / komik khas Jepang, anime / kartun Jepang, keberanian gadis Harajuku dalam berekspresi, dan kecanggihan teknologi. Walaupun demikian, budaya tradisional merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Jepang sehari-hari. Eksistensi budaya tradisional Jepang yang diterjemahkan dalam wujud rumah kayu berpintu kertas, gadis-gadis berkimono, geta, origami, ataupun taman yang indah masih sangat dihormati. Bandung adalah salah satu pusat perkembangan kelompok penggemar kebudayaan Jepang di Indonesia selain Jakarta dan Surabaya. Melalui wawancara dengan pihak JLCC (Japanese Language and Culture Center) didapat data jumlah peserta kursus bahasa Jepang ±180 seminggu, jumlah guru 10 orang termasuk pengajar asli dari Jepang, dan pegawai administrasi 2 orang. Data dari BPS menyatakan bahwa jumlah turis Jepang yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2004 adalah sebanyak 615.720 orang (lihat lampiran tabel 1.1 hal.75). Kegiatan kelompok penggemar kebudayaan Jepang di Bandung perlu diwadahi. Selama ini kegiatan kelompok tidak dilakukan di tempat yang secara khusus berfungsi sebagai pusat kegiatan kelompok. Konser atau festival musik biasanya diadakan di lapangan terbuka, kafe, atau dengan menyewa ruang serba guna. Kegiatan workshop lebih sering diadakan oleh lembaga senirupa atau kebudayaan yang bukan anggota kelompok. Kegiatan kursus dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan nonformal dan terbatas pada kursus bahasa saja, tidak mencakup kursus atau workshop budaya. Mengamati perkembangan komunitas pencinta budaya Jepang (Jcomm) dan maraknya acara bertema budaya Jepang di kota Bandung, 1
The Japan Foundation diasumsikan akan membangun sebuah Pusat Kebudayaan Jepang di kota Bandung untuk mewadahi kegiatan kelompok penggemar kebudayaan Jepang. Pusat Kebudayaan Jepang yang akan dibangun adalah sebuah pusat kebudayaan semi-independen yang berbasis kegiatan komunitas. Pusat Kebudayaan Jepang ini juga menjadi pusat informasi bagi warga Bandung yang ingin tahu tentang kebudayaan Jepang. Sebaliknya, Pusat Kebudayaan Jepang ini juga menjadi sumber informasi bagi warga atau turis Jepang yang sedang berkunjung ke Kota Bandung. Pihak The Japan Foundation sendiri menyatakan bahwa arsitektur pusat kebudayaan yang akan dibangun bukan merupakan duplikasi dari arsitektur khas Jepang melainkan arsitektur inovatif yang memiliki semangat kejepangan di dalamnya. Berdasarkan survei yang telah dilakukan, dihimpun data sebagai berikut : I.1.1 LOKASI TEMPAT TINGGAL TURIS ASIA PADA UMUMNYA -Ciumbuleuit -Setrasari -Sukajadi I.1.2 LOKASI RESTORAN-RESTORAN JEPANG ( tempat yang juga mempekerjakan orang-orang Jepang ) -Torigen Sushi, Setiabudi -Sushitei, Jl Sumatra -Cocasuki, Dago -Miyazaki, Dago -Hanamasa, Dago -Shinmen, Cihampelas -Gokkana Teppan, Cihampelas -Momiji, Pasirkaliki I.1.3 LOKASI SEKOLAH INTERNASIONAL 2
-Bandung International School, Suria Sumantri -Taman Kanak2 Ciumbuleuit I.1.4 KELOMPOK PENGGEMAR KEBUDAYAAN JEPANG - Bandung Genki Japanese Community, Cihampelas - Japan Genki Community, Kopo - STBA Yapari ABA - Unit Kebudayaan Jepang ITB - Niji, SMUN 5 Bandung - Nihongo Kurabu ( Japanese Club ) SMUN 3 Bandung - Mahasiswa Sastra Jepang Unpad - JLCC (Japanese Language and Culture Center) I.1.5 LOKASI TEMPAT BERKUMPUL ANGGOTA KELOMPOK -Gonzo, Cihampelas (sebagai perwakilan sementara dari The Japan Foundation Jakarta di -Bandung ) -Musume, Cihampelas -Animart, Ciwalk -Anime Gathering, nomaden -Kyubi, Pajajaran -Vega, Ranggamalela -JLCC, Jl Sabang I.1.6 KELOMPOK MUSIK YANG MENGANUT ALIRAN POP ATAU ROCK JEPANG - Jumping Junkies - Perfect Blue - 6 Ugly - Moccachocolata - Shiroi Hana - Kiseki no Hana - Akira Shock - Chikazuki - Dll. 3
I.1.7 ALASAN PEMILIHAN LOKASI TAPAK Berdasarkan pengamatan, orang-orang Jepang di Bandung kebanyakan berada di daerah Setrasari-Setiabudi-Ciumbuleuit- Cihampelas-Dago. Orang Jepang terkenal akan kecintaannya terhadap alam. Sesuai dengan konsep arsitektur Jepang yang menyatu dengan alam pula maka dipilih tapak yang karakter alaminya sangat kuat. Berdasarkan dua hal penting di atas maka tapak yang dipilih adalah tapak di Jalan Sukawangi, daerah Setiabudi, Bandung. Jalan Setiabudi adalah salah satu ruas jalan komersial yang terkenal di kota Bandung. Kawasan sepanjang ruas jalan ini memiliki karakter khas, ramai oleh permainan fasade di setiap toko dan factory outlet, serta sangat alami akibat banyaknya pepohonan. Karakter kawasan sepanjang ruas jalan ini cocok dengan karakter budaya Jepang dan karakter anggota komunitas pencinta budaya Jepang yaitu terbuka pada perubahan tetapi tidak meninggalkan identitas khasnya, sangat mudah diidentifikasi, terkadang dianggap sebagai komunitas yang eksklusif, dan menjadikan alam sekitar sebagai bagian dari diri dan kehidupannya. I.2 MAKSUD DAN TUJUAN I.2.1 MAKSUD Arsitek ditugasi yayasan untuk mendesain tempat yang mengakomodasi kegiatan kelompok dan wisatawan Jepang yang datang ke Bandung. Bagi arsitek sendiri bangunan ini merupakan media eksplorasi desain. Salah satu pertanyaan yang harus dijawab adalah bagaimana menciptakan arsitektur yang mencerminkan nuansa Jepang tanpa meninggalkan konteksnya yaitu bangunan kontemporer yang dibangun di kawasan komersial. Fasilitas yang disediakan adalah fasilitas komersial, fasilitas pendidikan nonformal termasuk fasilitas workshop kebudayaan 4
tradisional, fasilitas yang mewadahi hobi dan minat anggota kelompok, dan ruang terbuka. I.2.2 TUJUAN 1. Menciptakan ruang yang dapat menyatukan anggota kelompok penggemar kebudayaan Jepang di Bandung dan menyediakan sebuah pusat informasi mengenai Jepang. 2 Mewadahi kegiatan yang berhubungan dengan hobi dan minat, misalnya beladiri, kesenian, dan kegiatan yang ada hubungannya dengan kebudayaan. 3. Menyediakan tempat yang merepresentasikan budaya Jepang, baik modern/kontemporer maupun tradisional, dalam bentuk yang terolah secara arsitektural. 4. Mengolah perbedaan karakter budaya Jepang tradisional dipadukan dengan budaya kontemporernya sebagai elemen arsitektur. 5. Mengeksplorasi struktur dan material melalui tema yang telah ditentukan. I.3 MASALAH PERANCANGAN I.3.1 MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN PROJEK Beberapa masalah yang berkaitan dengan projek Pusat Kebudayaan Jepang adalah : 1. Hubungan antara fungsi komersial, kantor, dan fungsi yang mewadahi aktivitas komunitas. 2. Desain hall yang memerlukan pengondisian udara buatan memerlukan outdoor unit. Hal ini dapat mengganggu tampak yang bersih dan karakter alami dari arsitektur Jepang. 3. Perancangan fungsi pendidikan agar tidak terganggu secara akustik dan visual oleh fungsi komersil atau hobi. 5
4. Perancangan zona budaya tradisional yang sesuai dengan kaidah perancangan tradisional Jepang misalnya penggunaan modul tatami untuk menentukan dimensi dan penggunaan elemen arsitektural yang khas Jepang. 5. Perancangan elemen arsitektural yang mencerminkan budaya Jepang agar pengguna bangunan dapat merasakan tema Jepang dari dalam bangunan. I.3.2 MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN TEMA Beberapa masalah yang berkaitan dengan tema antara lain : 1. Elaborasi struktur dan bentuk berdasarkan origami (konstruktibilitas). 2. Pemilihan material yang dapat menerjemahkan konsep origami ke dalam bentuk arsitektural. I.4 ASUMSI 1. The Japan Foundation selaku pemilik dan penyandang dana ingin mewujudkan proyek pembangunan Pusat Kebudayaan Jepang di Bandung. 2. Pembebasan lahan yang diperlukan tidak menemui masalah. 3. Pembangunan Pusat Kebudayaan Jepang serta lahan proyek telah melalui studi kelayakan dan dinyatakan layak untuk dilangsungkan. I.5 LINGKUP DAN BATASAN Lingkup perencanaan meliputi penyusunan program ruang dan program kegiatan. Perancangan meliputi perancangan bentuk arsitektural dan perancangan tapak dengan mempertimbangkan struktur untuk menunjang kekokohannya, serta utilitas untuk keberlangsungan 6
operasi bangunan. Perancangan arsitektur dilakukan sampai dengan prarancangan. I.6 KERANGKA BERPIKIR Untuk mempermudah proses perencanaan dan perancangan kasus Pusat Kebudayaan Jepang di Bandung, diasumsikan pihak The Japan Foundation telah memberikan penjelasan mengenai kasus/projek ini. Setelah didapat maksud dan tujuan perancangan, dapat dilakukan studi literatur untuk menentukan kriteria perancangan. Proses perencanaan dan perancangan dilanjutkan dengan beberapa studi lapangan. Data yang terhimpun dianalisis kemudian dijadikan dasar konsep prarancangan. Perencanaan dan perancangan dilakukan melalui beberapa langkah dengan: 1. Studi literatur mengenai standar dan persyaratan ruang 2. Wawancara dengan beberapa anggota kelompok penggemar kebudayaan Jepang di Bandung 3. Studi banding kasus sejenis 4. Studi Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Bandung, studi lapangan dan analisis lahan 5. Analisis kebutuhan fungsional dan analisis lahan 6. Studi bentuk melalui media maket. Berikut ini kerangka berpikir mengenai proses perencanaan konsep bangunan Pusat Kebudayaan Jepang. 7
Penjelasan/ definisi proyek Tujuan proyek Studi literatur Kriteria perancangan Kajian lapangan, studi banding ke tempat yang bertipologi sejenis atau memiliki tema sama, wawancara Survei lahan Analisis kebutuhan fungsi, sirkulasi, bentuk, tema Analisis lahan : kebisingan, vegetasi, arah dan ruang pandang,dll. Konsep Perancangan Hasil Perancangan Diagram 1.1 Kerangka Berpikir I.7 SISTEMATIKA LAPORAN 1. Bab I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang projek, maksud dan tujuan perencanaan dan perancangan, masalah perancangan secara umum, pendekatan perancangan, lingkup dan batasan, asumsi, kerangka berpikir dan sistematika laporan. 2. Bab II Deskripsi Projek Berisi tentang deskripsi umum projek, definisi Pusat Kebudayaan Jepang di Bandung, program kegiatan, kebutuhan ruang, dan pelaku kegiatan, serta studi banding terhadap projek sejenis. 3. Bab III Elaborasi Tema 8