BAB I PENDAHULUAN LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan. Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Jumlah

BAB II DESKRIPSI PROJEK

BAB III ELABORASI TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

PUSAT STUDI BAHASA DAN BUDAYA JEPANG

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

Bab I. Pendahuluan. Selatan, pemerintah telah membuat kebijakan dan program yang tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara BAB 1

BAB I PENDAHULUAN. Bambu merupakan salah satu material lokal Indonesia yang sering. kita jumpai di lingkungan masyarakat. Namun dalam pemanfaatannya

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Tugas Akhir 115 Pusat Kebudayaan Korea Selatan di Jakarta BAB I PENDAHULUAN

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009

BAB I PENDAHULUAN. Kemunculan berbagai komunitas otomotif khususnya komunitas mobil

BAB I PENDAHULUAN. Service), serta media alam sebagai media pembelajaran dan tempat. school melalui penyediaan fasilitas yang mengacu pada aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, analisis kualitatif adalah analisis dengan cara mengembangkan,

BAB I PENDAHULUAN Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia. dan lagu tersebut. Perpaduan antara olah gerak tubuh dan musik inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2016 PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYRAKAT

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Proyek

Medan Culinary Center Arsitektur Rekreatif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

STUDIO TUGAS AKHIR (TKA- 490) ARSITEKTUR METAFORA BAB I PENDAHULUAN

HOTEL DAN CONVENTION CENTER BAB I PENDAHULUAN

MAKALAH TUGAS AKHIR 2014 Wedding Hall BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

STUDIO TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

LEISURE AND CULTURE PARK DI TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

DAFTAR ISI. R. Arry Swaradhigraha, 2015 MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pusat Pameran Perdagangan dan Konvensi Kota Surakarta

ISLAMIC CENTER DI TUBAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBOLISM YANG BERFILOSOFI ISLAM LAPORAN TUGAS AKHIR

KATA PENGANTAR. rahmat, kasih dan mukjizatnya yang tak terbatas kepada penulis, dan orang tua yang

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

GEDUNG PAMER DAN LAYANAN PURNA JUAL

2.10. Tinjauan Lapangan...19

Medan Convention and Exhibition Center 1 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR PERANCANGAN SEMESTER II TAHUN 2007/2008. oleh: Alvin Alrachman

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MUSEUM DIRGANTARA AR 40Z0 - TUGAS AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR SEMESTER I 2007/2008. Oleh : Arvin Kustiawan

Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid

1.4 Metodologi Penelitian

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. MUSIC CENTER DI BANDUNG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Morpphosis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

Medan_Electronic_Mall

BAB III METODE PERANCANGAN. Perancangan Pusat Aktivitas Dakwah Islam di Malang ini bermula dari

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. ke jaman, seirama dengan perkembangan mode. Sekitar abad. berubah menjadi barang yang memiliki fungsi ekonomis di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Budaya Jepang modern belakangan ini sangat identik dengan keceriaan manga / komik khas Jepang, anime / kartun Jepang, keberanian gadis Harajuku dalam berekspresi, dan kecanggihan teknologi. Walaupun demikian, budaya tradisional merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Jepang sehari-hari. Eksistensi budaya tradisional Jepang yang diterjemahkan dalam wujud rumah kayu berpintu kertas, gadis-gadis berkimono, geta, origami, ataupun taman yang indah masih sangat dihormati. Bandung adalah salah satu pusat perkembangan kelompok penggemar kebudayaan Jepang di Indonesia selain Jakarta dan Surabaya. Melalui wawancara dengan pihak JLCC (Japanese Language and Culture Center) didapat data jumlah peserta kursus bahasa Jepang ±180 seminggu, jumlah guru 10 orang termasuk pengajar asli dari Jepang, dan pegawai administrasi 2 orang. Data dari BPS menyatakan bahwa jumlah turis Jepang yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2004 adalah sebanyak 615.720 orang (lihat lampiran tabel 1.1 hal.75). Kegiatan kelompok penggemar kebudayaan Jepang di Bandung perlu diwadahi. Selama ini kegiatan kelompok tidak dilakukan di tempat yang secara khusus berfungsi sebagai pusat kegiatan kelompok. Konser atau festival musik biasanya diadakan di lapangan terbuka, kafe, atau dengan menyewa ruang serba guna. Kegiatan workshop lebih sering diadakan oleh lembaga senirupa atau kebudayaan yang bukan anggota kelompok. Kegiatan kursus dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan nonformal dan terbatas pada kursus bahasa saja, tidak mencakup kursus atau workshop budaya. Mengamati perkembangan komunitas pencinta budaya Jepang (Jcomm) dan maraknya acara bertema budaya Jepang di kota Bandung, 1

The Japan Foundation diasumsikan akan membangun sebuah Pusat Kebudayaan Jepang di kota Bandung untuk mewadahi kegiatan kelompok penggemar kebudayaan Jepang. Pusat Kebudayaan Jepang yang akan dibangun adalah sebuah pusat kebudayaan semi-independen yang berbasis kegiatan komunitas. Pusat Kebudayaan Jepang ini juga menjadi pusat informasi bagi warga Bandung yang ingin tahu tentang kebudayaan Jepang. Sebaliknya, Pusat Kebudayaan Jepang ini juga menjadi sumber informasi bagi warga atau turis Jepang yang sedang berkunjung ke Kota Bandung. Pihak The Japan Foundation sendiri menyatakan bahwa arsitektur pusat kebudayaan yang akan dibangun bukan merupakan duplikasi dari arsitektur khas Jepang melainkan arsitektur inovatif yang memiliki semangat kejepangan di dalamnya. Berdasarkan survei yang telah dilakukan, dihimpun data sebagai berikut : I.1.1 LOKASI TEMPAT TINGGAL TURIS ASIA PADA UMUMNYA -Ciumbuleuit -Setrasari -Sukajadi I.1.2 LOKASI RESTORAN-RESTORAN JEPANG ( tempat yang juga mempekerjakan orang-orang Jepang ) -Torigen Sushi, Setiabudi -Sushitei, Jl Sumatra -Cocasuki, Dago -Miyazaki, Dago -Hanamasa, Dago -Shinmen, Cihampelas -Gokkana Teppan, Cihampelas -Momiji, Pasirkaliki I.1.3 LOKASI SEKOLAH INTERNASIONAL 2

-Bandung International School, Suria Sumantri -Taman Kanak2 Ciumbuleuit I.1.4 KELOMPOK PENGGEMAR KEBUDAYAAN JEPANG - Bandung Genki Japanese Community, Cihampelas - Japan Genki Community, Kopo - STBA Yapari ABA - Unit Kebudayaan Jepang ITB - Niji, SMUN 5 Bandung - Nihongo Kurabu ( Japanese Club ) SMUN 3 Bandung - Mahasiswa Sastra Jepang Unpad - JLCC (Japanese Language and Culture Center) I.1.5 LOKASI TEMPAT BERKUMPUL ANGGOTA KELOMPOK -Gonzo, Cihampelas (sebagai perwakilan sementara dari The Japan Foundation Jakarta di -Bandung ) -Musume, Cihampelas -Animart, Ciwalk -Anime Gathering, nomaden -Kyubi, Pajajaran -Vega, Ranggamalela -JLCC, Jl Sabang I.1.6 KELOMPOK MUSIK YANG MENGANUT ALIRAN POP ATAU ROCK JEPANG - Jumping Junkies - Perfect Blue - 6 Ugly - Moccachocolata - Shiroi Hana - Kiseki no Hana - Akira Shock - Chikazuki - Dll. 3

I.1.7 ALASAN PEMILIHAN LOKASI TAPAK Berdasarkan pengamatan, orang-orang Jepang di Bandung kebanyakan berada di daerah Setrasari-Setiabudi-Ciumbuleuit- Cihampelas-Dago. Orang Jepang terkenal akan kecintaannya terhadap alam. Sesuai dengan konsep arsitektur Jepang yang menyatu dengan alam pula maka dipilih tapak yang karakter alaminya sangat kuat. Berdasarkan dua hal penting di atas maka tapak yang dipilih adalah tapak di Jalan Sukawangi, daerah Setiabudi, Bandung. Jalan Setiabudi adalah salah satu ruas jalan komersial yang terkenal di kota Bandung. Kawasan sepanjang ruas jalan ini memiliki karakter khas, ramai oleh permainan fasade di setiap toko dan factory outlet, serta sangat alami akibat banyaknya pepohonan. Karakter kawasan sepanjang ruas jalan ini cocok dengan karakter budaya Jepang dan karakter anggota komunitas pencinta budaya Jepang yaitu terbuka pada perubahan tetapi tidak meninggalkan identitas khasnya, sangat mudah diidentifikasi, terkadang dianggap sebagai komunitas yang eksklusif, dan menjadikan alam sekitar sebagai bagian dari diri dan kehidupannya. I.2 MAKSUD DAN TUJUAN I.2.1 MAKSUD Arsitek ditugasi yayasan untuk mendesain tempat yang mengakomodasi kegiatan kelompok dan wisatawan Jepang yang datang ke Bandung. Bagi arsitek sendiri bangunan ini merupakan media eksplorasi desain. Salah satu pertanyaan yang harus dijawab adalah bagaimana menciptakan arsitektur yang mencerminkan nuansa Jepang tanpa meninggalkan konteksnya yaitu bangunan kontemporer yang dibangun di kawasan komersial. Fasilitas yang disediakan adalah fasilitas komersial, fasilitas pendidikan nonformal termasuk fasilitas workshop kebudayaan 4

tradisional, fasilitas yang mewadahi hobi dan minat anggota kelompok, dan ruang terbuka. I.2.2 TUJUAN 1. Menciptakan ruang yang dapat menyatukan anggota kelompok penggemar kebudayaan Jepang di Bandung dan menyediakan sebuah pusat informasi mengenai Jepang. 2 Mewadahi kegiatan yang berhubungan dengan hobi dan minat, misalnya beladiri, kesenian, dan kegiatan yang ada hubungannya dengan kebudayaan. 3. Menyediakan tempat yang merepresentasikan budaya Jepang, baik modern/kontemporer maupun tradisional, dalam bentuk yang terolah secara arsitektural. 4. Mengolah perbedaan karakter budaya Jepang tradisional dipadukan dengan budaya kontemporernya sebagai elemen arsitektur. 5. Mengeksplorasi struktur dan material melalui tema yang telah ditentukan. I.3 MASALAH PERANCANGAN I.3.1 MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN PROJEK Beberapa masalah yang berkaitan dengan projek Pusat Kebudayaan Jepang adalah : 1. Hubungan antara fungsi komersial, kantor, dan fungsi yang mewadahi aktivitas komunitas. 2. Desain hall yang memerlukan pengondisian udara buatan memerlukan outdoor unit. Hal ini dapat mengganggu tampak yang bersih dan karakter alami dari arsitektur Jepang. 3. Perancangan fungsi pendidikan agar tidak terganggu secara akustik dan visual oleh fungsi komersil atau hobi. 5

4. Perancangan zona budaya tradisional yang sesuai dengan kaidah perancangan tradisional Jepang misalnya penggunaan modul tatami untuk menentukan dimensi dan penggunaan elemen arsitektural yang khas Jepang. 5. Perancangan elemen arsitektural yang mencerminkan budaya Jepang agar pengguna bangunan dapat merasakan tema Jepang dari dalam bangunan. I.3.2 MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN TEMA Beberapa masalah yang berkaitan dengan tema antara lain : 1. Elaborasi struktur dan bentuk berdasarkan origami (konstruktibilitas). 2. Pemilihan material yang dapat menerjemahkan konsep origami ke dalam bentuk arsitektural. I.4 ASUMSI 1. The Japan Foundation selaku pemilik dan penyandang dana ingin mewujudkan proyek pembangunan Pusat Kebudayaan Jepang di Bandung. 2. Pembebasan lahan yang diperlukan tidak menemui masalah. 3. Pembangunan Pusat Kebudayaan Jepang serta lahan proyek telah melalui studi kelayakan dan dinyatakan layak untuk dilangsungkan. I.5 LINGKUP DAN BATASAN Lingkup perencanaan meliputi penyusunan program ruang dan program kegiatan. Perancangan meliputi perancangan bentuk arsitektural dan perancangan tapak dengan mempertimbangkan struktur untuk menunjang kekokohannya, serta utilitas untuk keberlangsungan 6

operasi bangunan. Perancangan arsitektur dilakukan sampai dengan prarancangan. I.6 KERANGKA BERPIKIR Untuk mempermudah proses perencanaan dan perancangan kasus Pusat Kebudayaan Jepang di Bandung, diasumsikan pihak The Japan Foundation telah memberikan penjelasan mengenai kasus/projek ini. Setelah didapat maksud dan tujuan perancangan, dapat dilakukan studi literatur untuk menentukan kriteria perancangan. Proses perencanaan dan perancangan dilanjutkan dengan beberapa studi lapangan. Data yang terhimpun dianalisis kemudian dijadikan dasar konsep prarancangan. Perencanaan dan perancangan dilakukan melalui beberapa langkah dengan: 1. Studi literatur mengenai standar dan persyaratan ruang 2. Wawancara dengan beberapa anggota kelompok penggemar kebudayaan Jepang di Bandung 3. Studi banding kasus sejenis 4. Studi Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Bandung, studi lapangan dan analisis lahan 5. Analisis kebutuhan fungsional dan analisis lahan 6. Studi bentuk melalui media maket. Berikut ini kerangka berpikir mengenai proses perencanaan konsep bangunan Pusat Kebudayaan Jepang. 7

Penjelasan/ definisi proyek Tujuan proyek Studi literatur Kriteria perancangan Kajian lapangan, studi banding ke tempat yang bertipologi sejenis atau memiliki tema sama, wawancara Survei lahan Analisis kebutuhan fungsi, sirkulasi, bentuk, tema Analisis lahan : kebisingan, vegetasi, arah dan ruang pandang,dll. Konsep Perancangan Hasil Perancangan Diagram 1.1 Kerangka Berpikir I.7 SISTEMATIKA LAPORAN 1. Bab I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang projek, maksud dan tujuan perencanaan dan perancangan, masalah perancangan secara umum, pendekatan perancangan, lingkup dan batasan, asumsi, kerangka berpikir dan sistematika laporan. 2. Bab II Deskripsi Projek Berisi tentang deskripsi umum projek, definisi Pusat Kebudayaan Jepang di Bandung, program kegiatan, kebutuhan ruang, dan pelaku kegiatan, serta studi banding terhadap projek sejenis. 3. Bab III Elaborasi Tema 8