BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 168.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita adalah negara yang memperhatikan pendidikan bangsanya,

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Di dalam UUD 1945 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang bersangkutan di mana anak didik belajar. Di sekolah inilah anak

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan keluarga (in formal), pendidikan di sekolah (formal) maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu tindakan (action) yang diambil oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

peningkatan kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan saranasarana pendidikan, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. serta prinsip-prinsip, sehingga membantu memiliki makna bagi subjek didik.

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UN PGRI KEDIRI 2016

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, 2005, hlm. 49. hlm , hlm , hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan serta dipupuk secara efektif dengan menggunakan strategi

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sendiri menuju kedewasaan dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan

PERAN GURU DALAM MEMBENTUK ARIF BUDAYA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. 2010, hlm 2 3 Sulistyorini, Muhammad Fathurrohman, Esensi Manajemen Pendidik Islam Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, Indeks, Jakarta, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama semakin berkembang dan merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

B. KETERBATASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 10. PT Rineka Cipta, 2008), hlm Sinar Grafis, 2009) hlm.3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses untuk mendewasakan manusia. Atau dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. 1 Ruang lingkup pendidikan terdiri dari tiga jenis. Pertama, pendidikan dalam keluarga (informal), maksudnya pendidikan keluarga dan lingkungan. Kedua, pendidikan disekolah (formal), maksudnya jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Ketiga, pendidikan dalam masyarakat (non formal), maksudnya jalu pendidikan diluar formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. 2 Dalam rumusan Undang Undang RI nomor 20 tahun 2003 yang saya kutip dari buku Memahami pendidikan dan ilmu pendidikan tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa, pendidikan Nasional berupaya mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuanuntuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.. 3 Mendidik seorang anak yakni tugas dan tanggung jawab semua orang tua dalam lingkup keluarga, guru di lingkungan sekolah, serta ulama dan pemimpin di lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan mana pun dan situasi apa pun, mendidik memerlukan cara dan metode yang dapat membantu 1 Heri Jauhari Muchtar, fikih Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm. 1. 2 Abdullah Idi, Safarina, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 168. 3 Arif Rohman, Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Yogyakarta, 2009, hlm. 88. 1

2 peserta didik menyerap dan memahami materi dan pengajaran yang disampaikan pendidik. Selain itu, kesungguhan dan keikhlasan pendidik juga menjadi modal utama meraih keberhasilan tersebut, karena tanpa keduanya pendidik tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan. 4 Proses pendidikan sangatlah penting, karena dari pengalaman belajar itulah yang bisa mengubah siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak baik menjadi baik. Pendidikan mengubah semuanya. Begitu penting pendidikan dalam islam, sehingga merupakan suatu kewajiban perorangan. Proses belajarmengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. 5 Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda benda, hewan, tumbuh tumbuhan, manusia atau hal hal yang dijadikan bahan belajar. 6 Mengajar bisa dikatakan sebagai penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungaan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang inigin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia. Strategi belajar-mengajar adalah pola umum perbuatan Guru-murid didalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Pengertian strategi dalam hal 4 Abdul Fattah Abu Ghuddah, 40 Metode Pendidikan Dan Pengajaran Rasulullah, Irsyad Baitus Salam, Bandung, 2009, hlm. 5. 5 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002, Hlm. 4 6 Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, DIVA Press, Yogyakarta, 2013, hlm. 48.

3 ini menunjuk kepada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan Guru-murid didalam peristiwa belajar-mengajar. Sedangkan rentetan perbuatan Gurumurid dalam suatu peristiwa belajar-mengajar aktual tertentu, dinamakan prosedur instruksional. Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan dorongan oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan dari peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran berusaha menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dengan menganalisa tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan agama Islam yang terkandung dalam kurikulum. Selanjutnya dilakukan kegiatan untuk memilih menetapkan dan mengembangkan model pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan kondisi yang ada. 7 Pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. Usaha itu banyak macamnya. Satu diantaranya ialah dengan cara mengajarnya, yaitu mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Selain itu ditempuh juga usaha lain, yakni memberikan conoh (teladan) agar ditiru, memberikan pujian dan hadiah, mendidik dengan cara membiasakan, dan lain-lain yang tidak terbatas jumlahnya. Kesimpulannya, pengajaran adalah sebagian dari usaha pendidikan. Pendidikan adalah usaha mengembangkan seseorang agar terbentuk perkembangan yang maksimal dan positif. 8 Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas dilaksanakan sesuai dengan 7 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2009,. Hlm. 10. 8 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hlm, 28

4 kemampuan dan selera guru. Padahal pada kenyataanya kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran tidak merata sesuai dengan latar belakang pendidikan guru serta motivasi dan kecintaan mereka terhadap profesinya. 9 Gaya mengajar dipandang sebagai dimensi atau kepribadian yang luas yang mencakup posisi guru, pola perilaku, modus kinerja, serta sikap terhadap diri sendiri dan orang lain. Gaya mengajar juga dapat dikatan sebagai gaya guru dalam hal bagaimana guru memanfaatkan ruang kelas, pilihan kegiatan pembelajaran dan materi, dan cara pengelompokan siswa mereka. 10 Didalam buku Strategi Pembelajaran Manen dalam Marzuki mengemukakan bahwa gaya mengajar adalah ciri-ciri kebiasaan, kesukaan yang penting hubungannya dengan murid, bahkan gaya mengajar lebih dari suatu kebiasaan dan cara istimewa dari tingkah laku atau pembicaraan guru atau dosen. Gaya mengajar guru mencerminkan bagaimana pelaksanaan pengajaran guru yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar, konsep-konsep psikologi yang digunakan serta kurikulum yang dilaksanakan. 11 Klasifikasi gaya belajar yang sederhana seperti yang diungkapkan oleh Pask dan Scott yang dikutip dari bukunya Suyono dan Hariyanto, yaitu gaya belajar wholist dan serialist. Gaya belajar wholist atau holist adalah gaya belajar yang menekankan pemahaman terhadap seluruh pembelajaran. Sedangkan gaya belajar serialist adalah gaya belajar yang lebih menekankan penguasaan materi pelajaran bagian demi bagian, masalah dianalisis berdasarkan komponen-komponennya. 12 Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends yang dikutip dari bukunya Agus Suprijono, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan 9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2006, hlm, 5 10 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 273 11 Abdul Majid, Ibid, hlm.274 12 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm. 148

5 pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. 13 Fungsi model pembelajaran disini adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Joice dan Weil yang dikutip dari bukunya Trianto bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran seperti buku-buku, film, komputer, kurikuler dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa setiap model yang akan digunakan dalam pembelajaran menentukan perangkat yang akan dipakai dalam pembelajaran tersebut. 14 Setiap model pembelajaran pada dasarnya memiliki kekhasan, keunggulan dan juga keterbatasan. Guru dan instruktur, yang juga berperan sebagai perancang progam pembelajaran perlu memiliki pemahaman yang baik tentang pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang sederhana yang dapat digunakan untuk menciptakan sebuah pembelajaran yakni model pembelajaran VAK (visual, auditory, kinestetik) adalah gaya belajar multisensorik yang melibatkan tiga unsur gaya belajar, yaitu penglihatan, pendengaran dan gerakan. 15 Pemilihan model pembelajaran VAK (visual, auditory, kinestetik) ini dimaksudkan agar siswa mampu belajar dengan aktif karena dalam model pembelajaran ini mempunyai tiga modalitas pembelajaran untuk menunjukan preferensi individu dalam proses belajarnya yakni visual, auditoris, dan kinestetik (VAK). Ketiga modalitas ini digunakan untuk pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi. 16 13 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014, hlm.45-46. 14 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm 53-54 15 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, PUSTAKA PELAJAR, Yogyakarta, 2013, Hlm. 289 16 Miftahul Huda, Ibid., hlm. 287.

6 Seorang anak yang memahami modalitas belajarnya sendiri akan memperoleh manfaat dalam pembelajarannya karena dia akan biasa dengan cara belajar yang cocok bagi dirinya sendiri. Demikian juga bagi guru yang memahami modalitas belajar setiap anak akan mampu memilih metode pembelajaran yang bermakanabagi anak didiknya. Anak yang belajar sesuai dengan modalitas belajarnya akan mempercepat berlangsungnya proses disonansi kognitifnya, akan segera terbangun kognitif terbaru dalam pemikirannya, segera tercapai keseimbangan karena intervensi pengetahuan baru dalam struktur kognitifnya. Untuk amannya, guru yang memahami berbagai modalitas belajar dari para siswanya akan selalu menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga seluruh modalitas belajar akan difasilitasi dan dikomodasikannya. 17 Sebagaimana halnya kita semua mempunyai kecenderungan modalitas, kita juga memiliki modaliotas mengajar yang biasanya sama dengan gaya kita belajar. Jika anda pelajar yang cenderung visual, anda cenderung menjadi guru yang visual pula. Hal itu terjadi secara alamiah. Tetapi tidak demikian dengan siswa anda. Sebagian mungkin memiliki modalitas belajar yang sama dengan anda, tetapi mungkin banyak yang tidak. Bagi mereka yang modalitasnya tidak sama dengan anda, kemungkinan tidak akan dapat menangkap semua yang diajarkan atau mendapat tantangan yang lebih besar dalam mempelajari bahan. Mereka secara harfiah memproses dunia melalui bahasa yang berbeda dengan anda. Meskipun cara belajar dan mengajar kita mencerminkan kecenderungan modalitas kita, penelitian menunjukan bahwa semakin banyak modalitas yang kita libatkan secara bersamaan, belajar akan semakin hidup, berarti dan melekat. 18 Pada tahap ini, siswa siswi MA Madarijul Huda Kembang Dukuseti Pati melakukan aktivitas kegiatan belajar mengajar dikelas yang hanya dengan menggunakan metode ceramah saja akan tetapi membuat siswa siswinya 17 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm.148-149. 18 Ary Nilandari, Quantum Teaching: Mempraktekan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, PT Mizan Pustaka, Bandung, 2014, hlm. 124.

7 banyak yang kurang faham dengan materi yang dijelaskan gurunya. Dalam kaitan ini menurut Silberman yang dikutip dari buku Metode Edutainment, cara belajar dengan mendengarkan akan membuat siswa mudah lupa, pembelajaran dengan cara mendengarkan dan melihat, akan membuat siswa sedikit mengingat. Sementara itu, pembelajaran yang dilakukan dengan cara mendengarkan, melihat dan mendiskusikan sesuatu, akan membuat siswa menjadi paham. Sedangkan, pembelajaran dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan sesuatu, akan membuat siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Dengan demikian cara terakhirlah yang paling baik untuk dilakukan dalam proses belajar mengajar. 19 Berkaitan dengan uraian yang telah di jabarkan diatas maka penulis terinspirasi untuk melakukan penelitian di MA Madarijul Huda Kembang Dukuhseti Pati dengan judul implementasi model pembeljaran vak (visual, auditory, kinestethic) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di ma madarijul huda kembang dukuhseti pati tahun pelajaran 2016/2017. B. Fokus Penelitian penelitian ini difokuskan pada Implementasi model pembelajaran VAK (visual, auditory, kinestethic) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Fiqh di MA Madarijul Huda Kembang Dukuhseti Pati. C. Rumusan Masalah Sesuai dengan judul dan untuk membatasi permasalahan yang ada, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran VAK (visual, auditory, kinestethic) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di MA Madarijul Huda Kembang Dukuhseti Pati? 2. Apa sajakah kendala dalam menerapkan model pembelajaran VAK (visual, auditory, kinestethic) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di MA Madarijul Huda Kembang Dukuhseti Pati? 19 Moh. Sholeh Hamid, Metode Edutainment, DIVA Press, Yogyakarta, 2012, hlm. 51.

8 3. Bagaimana solusi untuk menyelesaikan kendala dalam pelaksanaan model pembelajaran VAK (visual, auditory, kinestethic) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di MA Madarijul Huda Kembang Dukuhseti Pati D. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang diajukan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran VAK (visual, auditory, kinestethic) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di MA Madarijul Huda Kembang Dukuhseti Pati. 2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kendala dalam menerapkan model pembelajaran VAK (visual, auditory, kinestethic) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di MA Madarijul Huda Kembang Dukuhseti Pati. 3. Untuk mengetahui solusi yang dapat menyelesaikan kendala dalam pelaksanaan model pembelajaran VAK (visual, auditory, kinestethic) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di MA Madarijul Huda Kembang Dukuhseti Pati. E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian yang penulis lakukan, terdapat beberapa manfaat baik secara teoritis maupun praktis : 1. Aspek teoretis a. Diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi teori dalam dunia pendidikan mengenai model pembelajaran VAK (visual, auditory, kinestethic) khususnya pada mata pelajaran Fiqih. b. Diharapkan dapat dijadikan bahan referensi dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih. 2. Aspek praktis Manfaat praktis yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:

9 a. Sebagai bahan masukan bagi pihak lembaga Madrasah Aliyah Madarijul Huda Kembang Dukuhseti Pati dalam memberikan gambaran tentang pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. b. Memberikan informasi kepada berbagai pihak kaitannya dengan penerapan model pembelajaran VAK (visual, auditory, kinestethic) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di MA Madarijul Huda Kembang Dukuhseti Pati.