BAB III PRAKTIK TAKSIRAN DAN KOMPENSASI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA POJOK WINONG KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PRAKTEK GANTI RUGI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA BRANGSONG KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL

WAWANCARA Petani: Bapak Ahli

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Wilayah Pelaksanaan Zakat Tambak Udang di Desa. Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan

BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PEMANFAATAN SISTEM GADAI SAWAH DI DESA SANDINGROWO KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ditawarkan sesuai dengan luas sawah serta subur atau tidaknya padi yang akan ditebas. Tawar menawar harga diperlukan untuk mencapai kesepakatan harga

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB III KERJASAMA DALAM PENGADAANDAN PENGOPERASIONALAN MESIN DOS DI DESA LEMBAH KECAMATAN DOLOPO KABUPATEN MADIUN

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN JAM KERJA KARYAWAN DI TB. SEDERHANA DI DESA GUNTUR KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK

BAB III PRAKTIK SEWA TANAH PERTANIAN DENGAN PEMBAYARAN UANG DAN BARANG DI DESA KLOTOK PLUMPANG TUBAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

PEDOMAN WAWANCARA (Untuk Penjual/Petani) NAMA: 1. Sejak kapan Anda menjual padi secara tebasan? 2. Berapa luas sawah yang Anda tebas tahun ini? 3.

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III PRAKTIK HIBAH SEBAGAI CARA PEMBAGIAN HARTA WARISAN DI DESA SRIWULAN KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MERAK KECAMATAN SUKAMULYA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN

BAB III PRAKTEK DARI HUTANG PIUTANG KE JUAL BELI DI DESA KARANGMALANG WETAN KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB III PRAKTIK GANTI RUGI PADA PROSES BORONGAN IKAN LAUT DI KELURAHAN BRONDONG KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK DI DESA BLIMBING KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan. kamus bahasa Indonesia karangan Badudu-Zain kata tiba

BAB III PRAKTIK POLA KERJA NGEDOK BIDANG PERTANIAN DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA

BAB III AKAD UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DAN PELAKSANAANNYA DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MARGAMULYA KEC. CILELES KAB. LEBAK. Kabupaten Lebak yang letaknya berada di kecamatan Cileles provinsi Banten Luas

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro

GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

59 cukup luas untuk ukuran sebuah Desa tersebut dibatasi oleh beberapa Desa di sekitarnya, yaitu: a. Sebelah utara Desa Margoagung b. Sebelah timur De

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB I PENDAHULUAN. lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik

BAB III PRAKTEK JUAL BELI CENGKEH DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN BAWANG KABUPATEN BATANG. A. Gambaran Umum Tentang Desa Sidoharjo Kecamatan Bawang

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB III PRATEK JUAL BELI POHON MANGGA DENGAN SISTEM TEBASAN DI DESA KEDONDONG KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB III DEKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL PENGOLAHAN. TANAH di DUSUN DARAH DESA SADENGREJO KEC. REJOSO KAB. PASURUAN

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

BAB III MEKANISME JUAL BELI TANAH SAWAH DENGAN SISTEM BATA DI DESA BRUDU KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB II KEADAAN DESA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN NUURUL QURAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kranggan, Galur, Kulon Progo. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata telah

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK JUAL BELI PESANAN MEBEL DI TOKO BAROKAH DESA JEPON BLORA

BAB III PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULU LOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI. A. Tinjauan Umum tentang Kabupaten Wonogiri

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Trimurti merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten

BAB III PRAKTEK JUAL BELI ANYAMAN KEPANG DI DESA RINGINHARJO KEC. GUBUG KAB. GROBOGAN

BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG UANG DENGAN PELUNASAN BARANG DI DESA KEDUNGRINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI BARANG REKONDISI DI DESA SIDOHARJO DUSUN TUMPAK MOJOKERTO

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB III PRAKTEK UTANG PIUTANG DI DESA KENTENG KEC.TOROH KAB. GROBOGAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

Transkripsi:

BAB III PRAKTIK TAKSIRAN DAN KOMPENSASI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA POJOK WINONG KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN A. Gambaran Umum Desa Pojok Winong Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan 1. Keadaan Geografis Desa Pojok Winong adalah salah satu dari 20 Desa di Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah mencapai 337.698 Ha. Dengan batas batas desa sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Penawangan b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kec. Purwodadi c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Karang Paing d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa pulutan dan Wolo 90 Berdasar letak ketinggian, Desa Pojok Winong berada pada 12.38 M dari permukaan air laut dengan suhu rata-rata 36 o C. Curah hujan di Desa Pojok Winong berkisar 18.67 Mm/Thn sedangkan topografi (Daratan rendah, tinggi, pantai) berada di dataran rendah, dan koordinat geografis terletak 90 Buku Monografi/kelurahan Desa Pojok Winong 2014. 61

62 pada garis lintang 07 o 0 42 S, dan garis bujur 110 o 51 25 T. Jarak tempuh Desa Pojok Winong dengan pusat pemerintahan Kecamatan berkisar 2.5 Km, 12 Km dari ibu Kota Kabupaten/Kota, 65 Km dari Ibu Kota Provinsi, dan 565 Km dari ibu kota Negara. 91 2. Susunan Pemerintah Sebagai lembaga pemerintah terkecil dalam struktur pemerintahan, baik pemerintah Desa maupun kelurahan yang mempunyai fungsi strategis sebagai ujung tombak dalam pembangunan nasional dalam sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan. Oleh karena itu pemerintah desa maupun kelurahan diharapkan dapat lebih memberdayakan segala potensi segala potensi diwilayah masing-masing. 92 Pemerintahan Desa Pojok Winong dipimpin oleh kepala Desa (kades) yaitu oleh Ibu Enik Kristiawati, dan dibantu oleh Arif Widodo sebagai Sekertaris Desa (sekdes), beserta perangkat-perangkatnya antara lain: Kepala Urusan (kaur) Keuangan yaitu Mamat Suarti, Kepala Urusan (kaur) Pemerintah yaitu: Muslihin, Kepala Urusan (kaur) Umum yaitu Ahli, Kepala Urusan (kaur) Pembangunan yaitu Ali Shobirin, kepala urusan (kaur) Kesejahteraan Rakyat (kesra) yaitu Kartika Gatot Wahyudi, serta 3 kepala Dusun yaitu: 91 Ibid. 92 Struktur organisasi Desa Pojok Winog.

Bapak Haryanto, Bapak Marmin, Bapak Kiyanto dan Bapak Ali Shodiqin sebagai mudin. 93 3. Keadaan Penduduk 63 Wiliyah Desa Pojok Winong dibagi menjadi lima Dusun yaitu: Karanganyar, Karangrowo, Pojok Etan, Winong, dan Jetak. Desa Pojok Winong terdiri dari 17 Rt, dan 15 Rw. Dalam buku Monografi Desa Pojok Winong jumlah penduduk Desa Pojok Winong secara keseluruhan berjumlah 2556 orang yang terdiri dari 1277 laki-laki, dan 1279 perempuan dengan jumlah KK 859. 94 Dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.1 Data Penduduk Desa Pojok Winong Berdasarkan Umur 95 Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah 0-4 189 201 390 5-9 125 118 243 10-14 124 123 247 20-24 217 215 432 25-29 103 123 226 30-39 193 175 368 40-49 101 117 218 50-59 106 101 207 60 + 119 106 225 Jumlah 1277 1279 2556 Sumber: Monografi Desa Pojok Winong Tahun 2014 93 Ibid. 94 http://grobogan.go.id/pemerintahan/desa/desa-desa-di-kecpenawangan/ 340- desa-winong-kec-penawangan, diakses pada, 09 November 2015. 95 Buku Monografi/kelurahan Desa Pojok Winong 2014.

64 4. Keadaan Sosial Ekonomi Pemenuhan kebutuhan dan keinginan masyarakat sangat berkaitan dengan pendapatan yang diperoleh sebagai tolak ukur kesejahteraan warga. Desa Pojok Winong sebagai desa dengan lahan pertanian yang luas, maka sebagian besar penduduk Desa pojok Winong bermata pencaharian sebagai petani. Walaupun demikian bukan berarti semua penduduk Desa Pojok Winong bermata pencaharian sebagai petani, selain bertani ada juga yang bermata pencaharian lain, bahkan mata pencaharian penduduk Desa Pojok Winong bervariasi. 96 Adapun datanya sebagai berikut: Tabel 3.2 Data Penduduk Desa Berdasarkan Jenis Pekerjaan 97 No Jenis Pekerjaan Jumlah 1 Petani 406 orang 2 Buruh Tani 267 orang 3 Pertukangan 85 orang 4 Wiraswasta/pedagang 70 orang 5 Karyawan 44 orang 6 Pensiunan 18 orang 7 TNI/POLRI 13 orang 8 PNS 28 orang Sumber: Data monografi Desa Pojok Winong 2014 96 Buku Monografi/kelurahan Desa Pojok Winong 2014. 97 Ibid.

65 Dari data di atas menunjukkan jumlah masyarakat bekerja sebagai petani berjumlah 406 orang, yang menjadi buruh tani 267 orang, hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan masyarakat mengantungkan pendapatnya dengan lahan pertanian. Dari pertanian yang ada, lahan seluas 248.347 Ha produksi tanaman pangan didominasi tanaman padi dengan rata-rata 3.000 ton/tahun, 4 Ha lahan sayur-sayuran rata-rata produksi 25 ton/tahun, dan buah-buahan seluas 45 Ha dengan produksi rata-rata 127 ton/pertahun. 98 5. Keadaan Sosial Pendidikan Pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan bangsa, oleh karena itu pemerintah ikut serta dalam pengembangan lembaga pendidikan. Peran pemerintah antara lain mewajibkan 9 tahun belajar. Dengan masyarakat yang berpendidikan maka potensi-potensi desa dapat lebih di berdayakan. Berikut ini tabel tingkat pendidikan penduduk desa Pojok Winong (dari 5 tahun keatas). 99 98 Ibid. 99 Ibid.

66 Table 3. 3 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Pojok Winong 100 No Lulusan Jumlah 1 Tamatan Akademi 2 Orang 2 Tamatan Perguruan 44 Orang Tinggi 3 Tamatan SLTA 297 Orang 4 Tamatan SLTP 352 Orang 5 Tamatan SD 1251 Orang 6 Tidak Tamat SD 18 Orag 7 Belum Tamat SD 328 Orang 8 Tidak Sekolah 13 Orang Sumber: monografi Desa Pojok Winong Tahun 2014 Dari tabel di atas menunjukkan, tingkat pendidikan masyarakat desa Pojok Winong kurang baik, karena kebanyakan penduduk Desa Pojok Winong tamatan SD, belum sesuai dengan program pemerintah wajib belajar 9 tahun, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan kemauan yang keras untuk memaksimalkan dalam hal pendidikan. Selain itu juga terdapat sebagian penduduk yang telah menyelesaikan sekolahnya di jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) bahkan sampai Perguruan Tinggi. 101 100 Ibid. 101 Ibid.

67 6. Keadaan Sosial Keagamaan Dari sekian banyak penduduk Desa Pojok Winong tidak seorangpun yang menganut kepercayaan. Semua penduduknya menganut agama Islam. Terdapat berbagai sarana pembelajaran dan peribadatan sebagai sarana memperkaya khazanah keislaman adalah bukti dari benyaknya penganut agama islam. Sarana pembelajaran dan peribadatan antara lain: terdapat 2 masjid, 23 mushola, 1 pondok pesantren, dan satu madrasah diniyah. 102 Meskipun semua penduduk Desa Pojok Winong semua beragama Islam bukannya masyarakat tersebut agamais, malahan cenderung kepada hal-hal yang bersifat kemaksiatan, walaupun demikian kegiatan bersifat keagamaan masih rutin dilaksanakan dikalangan tertentu saja. B. Proses Jual Beli Tebasan Di Desa Pojok Winong Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan 1. Cara Menghubungi Pembeli Hasil jual beli padi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Pojok Winong adalah harapan satu-satunya untuk memperbaiki ekonomi kehidupan petani. Karena kebanyakan petani menggantungkan hidupnya hanya pada hasil panen padi yang mereka tanam. Adapun terdapat beberapa cara yang penebas lakukan untuk menghubungi 102 Ibid.

68 pembeli/petani, di antaranya: penebas mendatangi rumah petani untuk menawarkan jual beli dengan sistem tebasan pada padi yang mereka tanam. padi yang sudah masak kemudian disurvei dan dilakukan pengukuran oleh penebas, dengan pengukuran dan survei yang dilakukan oleh penebas kemudian penebas menawarkan harga jual padi tersebut apabila petani setuju dengan tawaran penebas maka transaksi tersebut dapat dilanjutkan. 103 Ada juga penebas yang menggunakan jasa perantara (makelar). Setelah perantara (makelar) mendapat persetujuan petani untuk meninjau padi yang ada di sawah guna jual beli sistem tebasan, kemudian penebas melakukan survei dan pengukuran karena mendapat izin dari pemilik padi atas jasa makelar. Setelah menaksir lahan padi petani penebas menawarkan harga jual padi apabila petani setuju transaksi tersebut dapat dilanjutkan. Karena petani sering melakukan jual beli sistem tebasan tidak jarang petani mencari penebas yang biasanya membeli padinya dengan sistem tebasan. 104 2. Cara Melaksanakan Perjanjian Dalam praktik jual beli tebasan yang terjadi di Desa Pojok Winong tidak ada perjanjian secara tertulis hanya 103 Hasil Wawancara dengan Bapak Ali Mustofa (sebagai tokoh masyarakat di Desa Pojok Winong), pada tanggal 3 November 2015. 104 Hasil Wawancara dengan Bapak Hartono (sebagai penebas di Desa Pojok Winong), pada tanggal 5 Oktober 2015.

69 menggunakan akad saling percaya antara penjual dan pembeli. Di sini petani padi dan penebas menyatakan sebuah kesepakatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat pada umumnya. Seperti yang dilakukan bapak Marmin. Pada saat bapak Hartono menawari bapak marmin untuk menjual padinya dengan jual beli sisitem tebasan, kemudian bapak Marmin mengiyakan dan setuju padinya akan dijual dengan jual beli sistem tebasan. 105 Dalam hal ini sudah terjadilah kesepakatan dan mereka juga melakukan negoisasi masalah harga. Perjanjian mereka tidak menyebukan bagaimana jika terjadi untung dan rugi diluar perkiraan. Setelah terjadi kesepakatan kemudian penebas/pembeli memberikan uang panjer, kadang pula ada yang melakukan perjanjian tanpa adanya panjer/dp hanya berdasar saling percaya karena sudah sering dilakukan setiap panen padi tiba. 106 3. Cara Menetapkan Harga Padi Dalam menetapkan harga padi, tergantung pada kesepakatan antara penjual dan pembeli/penebas. Antara petani dan penebas melakukan tawar menawar. Untuk mengetahui perolehan padi, maka penebas melakukan dengan mengukur panjang dan lebar sawah, yang diukur dengan 105 Hasil Wawancara dengan Bapak Marmin (sebagai petani di Desa Pojok Winong), pada tanggal 3 November 2015. 106 Hasil Wawancara dengan Bapak Hartono (sebagai penebas di Desa Pojok Winong), pada tanggal 5 Oktober 2015.

70 langkah kaki/jangkahan. Satu jangkahan sama dengan 1 meter, dengan memperkirakan kuantitas padi kira-kira satu jangkah sama dengan 1 Kg lalu dikalikan misalnya panjang sawah 20 jangkahan dan lebar 30 jangkahan, maka 20 x 30 x 1= 600 Kg. Dengan adanya ukuran tersebut maka penebas dapat mengira-ngira perolehan padi. 107 Adapun dalam penetapan harga yaitu dengan mengalikan hasil padi yang diperoleh dengan harga pasaran gabah dan dikurangi biaya operasional. Harga yang dihitung adalah harga gabah pada umumnya yang telah diketahui petani dan penebas. 108 4. Cara Melakukan Penyerahan Padi Adapun kebiasaan masyarakat Desa Pojok Winong setelah terjadi kesepakatan jual beli tebasan, padi yang belum dipanen sudah menjadi milik penebas. Namun petani masih bertanggung jawab menjaganya sampai padi dipanen dari batangnya, maka demikian perjanjian telah berakhir. Dengan demikian masing-masing pihak sudah tidak ada ikatan lagi dengan penyerahan barang tersebut maka berakhir semua. 107 Hasil Wawancara dengan Bapak Hartono (sebagai penebas di Desa Pojok Winong), pada tanggal 5 Oktober 2015. 108 Hasil Wawancara dengan Bapak Tohirin (sebagai penebas di Desa Pojok Winong), pada tanggal 5 Oktober 2015.

71 Dan biasanya mereka akan membuat perjanjian atau transaksi baru pada masa panen selanjutnya. 109 5. Cara Melakukan Pembayaran Sebagaimana dijelaskan bapak Marmin dan bapak Ahli bahwa sistem pembayaran dalam jual beli tebasan adalah dengan system kepercayaan, yaitu pembayaran yang dilakukan dengan cara memberi panjer/dp. Dan pelunasan akan dilakukan setelah padi dituai atau dipanen. Dengan adanya uang panjer/dp tersebut penebas dapat memastikan padi yang telah dibelinya, Karena mengantisipasi agar padi yang dibeli tidak diberikan kepada penebas lain. 110 C. Praktik Kompensasi Dalam Jual Beli Tebasan Di Desa Pojok Winong Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan 1. Praktik Kompensasi Dalam Jual Beli Tebasan di Desa Pojok Winong Penduduk Desa Pojok Winong kebanyakan penghasilan utamanya berasal dari lahan pertanian, terutama tanaman padi. Karena tanaman tersebut cenderung mendatangkan hasil yang lumayan besar dibandingkan dengan tanaman yang lain, maka hal ini juga berpengaruh juga pada tradisi jual beli yang ada. Dapat dilihat dengan 109 Hasil Wawancara dengan Bapak Hartono (sebagai penebas di Desa Pojok Winong), pada tanggal 5 Oktober 2015. 110 Hasil Wawancara dengan Bapak Marmin (sebagai petani masyarakat di Desa Pojok Winong), pada tanggal 3 November 2015.

72 maraknya macam praktik jual beli yang terjadi. Saat musim panen tiba, kebanyakan para petani menjual hasil panennya dalam keadaan belum dituai atau dipetik, dengan kata lain menjual dengan sistem tebasan. Sebagaimana penjelasan Bapak Ali Mustofa, praktik jual beli semacam ini sering dilakukan oleh masyarakat desa Pojok Winong. Karena mereka merasa jual beli tebasan ini menguntungkan bagi kedua belah pihak, penjual/petani diuntungkan dengan mendapatkan hasil panennya tanpa repot mencari jasa memanen padi dan mencari pembeli guna menjual padinya. Sedangkan para penebas diuntungkan dari laba hasil tebasannya. 111 Akan tetapi, selain menguntungkan kadang juga merugikan kedua belah pihak. Pihak petani merasa rugi jika hasil panennya jauh lebih banyak dari yang diperkirakan. Begitu juga dari pihak pembeli/atau penebas akan merugi jika hasil panen tidak sesuai dengan yang diperkirakan. Akan tetapi dalam praktiknya petani cenderung dirugikan, karena bila hasil panen baik dan melebihi perkiraan pembeli, pembeli diam saja. Bila mana hasil panen buruk atau kurang dari perkiraan pembeli, pembeli mendatangi rumah petani /penjual untuk minta ganti rugi. 112 111 Hasil Wawancara dengan Bapak Ali Mustofa (sebagai tokoh masyarakat di Desa Pojok Winong), pada tanggal 3 November 2015. 112 Hasil Wawancara dengan Bapak Ali Mustofa (sebagai tokoh masyarakat di Desa Pojok Winong), pada tanggal 3 November 2015.

73 Seperti halnya praktek ganti rugi yang terjadi antara Bapak Marmin dengan Bapak Hartono. Pada awal perjanjian jual beli padi tebasan telah disepakati bersama bahwa padi milik Bapak Marmin seluas 7000 M 2 seharga Rp 12.000.000,00, dan pembayaran akan dilakukan setelah pemotongan padi. Bapak marmin bertetangga dengan Bapak Hartono dan tiap musim panen Bapak Marmin selalu menjual padi dengan sistem tebasan kepada Bapak Hartono sebab itulah perjanjian yang dilakukan hanya dengan saling percaya tanpa disertai persekot/dp. 113 Setelah dikalkulasi oleh Bapak Hartono, hasil yang diperoleh ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan, dengan kata lain Bapak Hartono mengalami kerugian sebesar Rp 1.000.000,00 untuk mengurangi kerugian Bapak Hartono mendatangi rumah Bapak Marmin dan memberitahukan perihal kerugian yang dialami. Sesuai dengan kebiasaan masyarakat, Bapak Marmin memberikan sebagian uang sebagai ganti rugi sebesar Rp 500.000,00 kepada Bapak Hartono. Dengan cara memotong sisa pembayaran yang akan dibayarkan Bapak Hartono kepada Bapak Marmin 114 113 Hasil Wawancara dengan Bapak Marmin (sebagai petani di Desa Pojok Winong), pada tanggal 3 November 2015. 114 Hasil Wawancara dengan Bapak Hartono (sebagai penebas di Desa Pojok Winong), pada tanggal 5 Oktober 2015.

74 Lain halnya dengan jual beli padi dengan sistem tebasan yang di lakukan oleh Bapak Hartono dengan Bapak Ahli. Pada awalnya jual beli tebasan telah disepakati bersama bahwa padi milik Bapak Ahli seluas 14000 M 2 dibeli dengan sistem tebasan seharga Rp 34.000.000,00 sebagai tanda jadi Bapak Hartono memberikan persekot/dp kepada Bapak Ahli sebesar Rp 2.000.000,00 dan sisanya sebesar Rp 32.000.000,00 akan dibayarkan setelah padi dipetik atau dituai. 115 Sebelum padi dituai ternyata harga gabah menurun, kemudian Bapak Hartono mendatangi rumah Bapak ahli guna memberikan penawaran harga baru, dengan harga padi sebesar Rp.30.000.000,00 karena jika kesepakatan pertama dilanjutkan, maka Bapak Hartono akan rugi. Dan jika Bapak Ahli tidak mau menerima tawaran Bapak Hartono maka kesepakatan jual padi akan dibatalkan. Oleh karena itu Bapak Ahli menyetujui tawaran kesepakatan harga ke dua dari Bapak Hartono. Setelah padi dituai, ternyata harga padi naik, maka hasil panen padi melebihi perkiraan Bapak Hartono, dengan kata lain Bapak Hartono mendapat untung banyak yaitu sebesar Rp. 7.000.000,00. 116 Dan petani hanya diberikan 115 Hasil Wawancara dengan Bapak Ahli (sebagai petani di Desa Pojok Winong), pada tangga l 4 November 2015. 116 Hasil Wawancara dengan Bapak Ahli (sebagai petani di Desa Pojok Winong), pada tangga l 4 November 2015.

75 pelunasan harga dari perjanjian yang kedua sesuai waktu yang di sepakati. Selain dari Bapak Hartono dengan Bapak Marmin, terjadi pula praktek kompensasi yang terjadi antara Bapak Tohirin dengan Bapak Tugiman. Terjadi kesepakatan jual beli tebasan antara Bapak Tugiman dengan Bapak Tohirin. Bahwasanya padi milik Bapak Tugimaan seluas 7000 M 2 dijual dengan sistem tebasan kepada Bapak Tohirin seharga Rp. 14.000.000,00 kemudian Bapak Tugiman menerima panjer sebesar Rp. 1.000.000,00 sebagai tanda jadi, setelah disepakati sisanya akan diberikan setelah padi dituai. 117 Setelah padi dituai, ternyata padi yang dihasilkan dari sawah Bapak Tugiman tidak sesuai perkiraan Bapak Tohirin dengan kata lian Bapak Tohirin mengalami kerugian. Setelah dikalkulasi kerugian Bapak Tohirin sebesar Rp.2000.000,00 untuk mengatasi kerugian, Bapak Tohirin mendatangi rumah Bapak Tugiman dan memberitahukan kerugian yang dialami. Sesuai dengan kebeiasaan masyarakat, Bapak Tugiman memberikan sebagian uang sebagai kompensasi sebesar Rp. 200.000,00 kepada Bapak Tohirin. Dengan cara memotong sisa pembayaran yang akan dibayarkan Bapak Tohirin kepada Bapak Tugiman. 118 117 Hasil Wawancara dengan Bapak Tugiman (sebagai petani di Desa Pojok Winong), pada tangga l 4 November 2015. 118 Hasil Wawancara dengan Bapak Tohirin (sebagai penebas di Desa Pojok Winong), pada tanggal 5 Oktober 2015.

76 2. Penyebab Terjadinya Kompensasi Dalam Jual Beli Tebasan di Desa Pojok Winong Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan. Terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi praktik Kompensasi yang terjadi di Desa Pojok Winong. Setelah penulis mewawancarai beberapa penebas dan petani. Berikut ini beberapa alasan yang penebas paparkan. 119 : a. Setelah padi dituai/panen hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan, karena banyak padi yang rebah sehingga padi yang dihasilkan tidak sesuai dengan taksiran. Biasanya lahan seluas 1 bahu/7.000 M 2 bisa menghasilkan 6 ton, tetapi setelah dipanen padi hanya menghasilkan 7 ton, dengan harga jual menurun dan terdapat pemotongan timbang karena gabah sangat basah. b. Adanya tambahan biaya tenaga kerja karena jumlah padi yang rebah banyak. Dalam hal ini pada saat perjanjian padi belum rebah, namun ketika hendak dipanen padi rebah. Sehingga perlu tambahan tenaga untuk memanen padi, dan secara otomatis bertambah pula pengeluaran penebas. c. Penurunan harga gabah. Sebagai mana hukum ekonomi, semakin banyak barang, semakin menurun 119 Hasil Wawancara dengan Bapak Hartono (sebagai penebas di Desa Pojok Winong), pada tanggal 5 Oktober 2015.

77 pula harga barang tersebut. Begitu juga semakin banyak panen padi makin menurun harga pasaran gabah. Misalnya pada saat transaksi jual beli harga pasaran per kg Rp. 3.400,00 tetapi pada saat panen tiba harganya turun Rp.3.100,00 /kg. d. Penurunan harga beras, penurunan ini dikarenakan adanya intervensi pemerintah, dan jika harga beras menurun maka harga gabah ikut menurun. Sedangkan dari sisi petani, alasan berkenaan memberikan ganti rugi sebagai berikut. 120 : 1) Sungkan atau merasa tidak enak, karena masih tetangga satu desa. Karena merasa ditolong pembeli dalam menuai padi maka akan merasa bersalah jika tidak memberikan ganti rugi karena kebiasaan masyarakat memberi ganti rugi. 2) Tidak ingin adanya keributan dengan penebas, walaupun dalam hatinya kurang berkenan. Seandainya transaksi jual beli padi tebasan dibatalkan sepihak oleh petani maka petani akan dibebankan biaya operasional yang di keluarkan oleh penebas. 120 Hasil Wawancara dengan Bapak Ahli (sebagai petani di Desa Pojok Winong), pada tangga l 4 November 2015.

78 3) Terpaksa memberikan ganti rugi. Karena merasa sudah ditolong oleh penebas dengan menjual padinya dengan sistem tebasan. D. Praktik Taksiran Jual Beli Tebasan Di Desa Pojok Winong Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan. Menurut penuturan Bapak Hartono, dahulu praktik taksiran jual beli tebasan di Desa Pojok Winong menggunakan tongkat sepanjang 1,5 meter. Yang digunakan untuk mengukur panjang dan lebar lahan padi. Setelah panjang dan lebar diukur penebas menentukan kuantitas padi per kilonya, dan rata-rata satu tongkat 1,5 Kg, kemudian dikalikan per kilo harga pasaran gabah. Dapat dicontohkan panjang lahan sawah 20 tongkat dan lebar 15 tongkat, hasil per tongkat 1,5 Kg dan harga pasaran gabah Rp. 3.500,- per Kg berarti hasil padi 20 X 15 x 1,5 = 450 kg. dikali harga pasaran gabah Rp. 3.500,- hasilnya Rp. 1.575.000,00. 121 Seiring perkembangan zaman, taksiran yang dilakukan penebas dalam jual beli tebasan menggunakan jangkahan. Dengan mengukur panjang dan lebar menggunakan jangkahan. Setelah panjang dan lebar diukur menggunakan jangkahan penebas memperkirakan kuantitas padi per jangkahnya, dan rata-rata satu jangkahan sama 121 Hasil Wawancara dengan Bapak Hartono (sebagai penebas di Desa Pojok Winong), pada tanggal 5 Oktober 2015.

79 dengan 1 Kg. kemudian dikalikan harga pasaran gabah. Dapat dicontohkan jika panjang 30 jangkah, lebar 40 jangkah, 1 Kg/ jangkahan, dan harga gabah Rp. 3.500,00 per kilo, berarti 30 x 40 X 1 = 1200 dan dikali harga pasaran gabah Rp.3.500,00 per Kg hasilnya Rp. 4.200.000,00. Di Desa Pojok Winong para petani menjual padi dengan dua cara antara lain dengan sistem tebasan dan kedua menjual padi per kilo kepada penebas. Setelah wawancara dengan beberapa petani dan penebas terdapat beberapa alasan penjual dan pembeli menggunakan sistem tebasan. Berikut beberapa alasan petani menjual padinya dengan sistem tebasan: Pertama instan karena petani tidak perlu mencari tenaga kerja guna memotong/memanen padi dan mencari pembeli padi, setelah padi dipanen. Petani langsung mendapatkan hasil tanamnya setelah padi dituai/dipanen oleh penebas. Kedua sangat susah mencari tenaga guna memanen padi pada musim panen tiba. Dibandingkan membeli padi dengan cara kiloan penebas memilih membeli padi dengan sistem tebasan karena setiap penebas mempunyai beberapa pembeli yang akan membeli hasil tebasannya. Dengan sistem tebasan, penebas bisa memenuhi kebutuhan pembeli dengan cara membeli padi dari beberapa petani dan kemudian menggabungkan hasil panen dari beberapa petani.

80 Pembeli yang berasal dari daerah jauh semisal Cirebon, Indramayu dan lain sebagainya. Biasanya pembeli membeli hasil tebasan sekitar 19,5 ton perhari dan pembeli yang berasal dari daerah sekitar seperti Demak, Sragen dan lain sebagainya. Biasanya membeli hasil tebasan sekitar 7-8 ton perhari. 122 122 Hasil Wawancara dengan Bapak Hartono (sebagai penebas di Desa Pojok Winong), pada tanggal 5 Oktober 2015.