VOLUME I No 1 April 2013 Halaman Status Gizi Anak Baru Masuk Sekolah di Kota Denpasar

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVERSITAS UDAYANA HUBUNGAN STATUS ANEMIA DAN INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWI SMK KESEHATAN GANA HUSADA

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO STUNTING PADA BALITA 2-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PETANG II, KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

BAB II LANDASAN TEORI

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN NUTRITIONAL STATUS OF POOR AND NON-POOR HOUSEHOLDS

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi lebih dapat terjadi pada semua tahap usia mulai dari anak -

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh*

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 7 MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

Perilaku Makan Dan Pengasuhan Gizi Anak Balita di Kawasan Pemukiman Kumuh Kota Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

Yolanda Syahfitri Yanti Ernalia Tuti Restuastuti ABSTRACT

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

PERANAN TENAGA KESEHATAN DALAM MEMPERBAIKI INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) REMAJA MELALUI PROGRAM SCHOOL HEALTH REPORT

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN...ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI...iii. KATA PENGANTAR... iv

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

ABSTRAK. Diella Natasha Wijaya, 2016, Pembimbing I: Grace Puspasari,dr.,M.Gizi Pembimbing II: Penny Setyawati M,dr.,SpPK.MKes

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

Copyright 2005 by Medical Faculty of Diponegoro University ARTIKEL ASLI

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

ABSTRAK PERBANDINGAN GAMBARAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD X KOTA BANDUNG DENGAN SD Y KOTA JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK TK DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS BLAHBATUH II KABUPATEN GIANYAR TAHUN Program Studi Pendidikan Dokter, 2

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KONSUMSI ENERGI BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS EMPANG KABUPATEN SUMBAWA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

ISSN Vol 2, Oktober 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI BATITA UMUR 1-3 TAHUN DI DESA MOPUSI KECAMATAN BOLAANG MONGONDOW INDUK SULAWESI UTARA 2014

HUBUNGAN POLA MAKAN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 3-5 TAHUN DI DESA PLOSOSARI KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO ANITA ROSADI NIM.

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

Gambaran Status Gizi Balita di Posyandu RT 5 RW V Perumahan Villa Tembalang Bulusan, Tembalang, Semarang

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

STATUS GIZI PADA BALITA DAN ANAK VEGETARIAN DI KOMUNITAS ASRAM SRI SRI RADHA MADHAVA, DESA SIANGAN, KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Gambaran kejadian karies gigi berdasarkan body mass index pada anak-anak usia bulan di TK Negeri Pembina Denpasar

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGOLAHAN MAKANAN DENGAN STATUS GIZI BALITA

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

ABSTRAK HUBUNGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIFITAS (GPPH) TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG RSUP SANGLAH DENPASAR

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

OLEH : DARIUS HARTANTO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Asupan Energi, Asupan Protein, Status Gizi, Pelajar SMP

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

UPAYA PENGUKURAN STATUS GIZI ANTROPOMETRI PADA ANAK PAUD PPT BUNGA BANGSA SURABAYA

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

FREKUENSI PENIMBANGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

Transkripsi:

Community Health VOLUME I No 1 April 2013 Halaman 37-42 Artikel Penelitian Status Gizi Anak Baru Masuk Sekolah di Kota Denpasar Ni Made Ayu Suastiti * 1, Ni Ketut Sutiari 1 Alamat: PS Ilmu Kesehatan Masyarakat Fak. Kedokteran Universitas Udayana Email: ayusuastiti@yahoo.com *Penulis untuk berkorespondensi ABSTRACT The proportion of newly enrolled elementary students at age 6-9 years in city of Denpasar in 2007 that consider as stunted was 36,1%. Proportion of thin boys was 9,2% and thin girls 7,4%. Meanwhile, boys and girls who were overweight was 18,3% and 11,5%, respectively. Newly enrolled elementary students are risk of getting nutritional problem either under or overweight. The aim of this study was to analyze the nutritional status of newly enrolled elementary students in City of Denpasar in 2011 based on antropometric indexes including weight for age, height for age and BMI for age. This was an observational study that applying cross sectional desigen. There ware 300 samples in the study that were selected by cluster random samplin method. The data for determining the nutritional status of the children was obtain and analyzed from report of the newly enrolled elementary students health screening in 2011. It than was presented in either table or description. It was found that based on BMI for age index more than half of the children 59,30% had normal nutritional status, 26,70% was overweight and 14,00% was undernourishhed. Key Words: newly enrolled elementary students, body weight, nutritional status PENDAHULUAN Permasalahan gizi pada anak sekolah dasar merupakan masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2008). Masalah gizi kurang sering luput dari penglihatan ataupun pengamatan biasa serta seringkali tidak cepat dalam penanggulangannya, hal ini dapat memunculkan masalah besar (BAPPENAS, 2006). Status gizi dapat dinilai melalui ukuran fisik salah satunya dengan pengukuran Tinggi Badan Anak Baru masuk Sekolah (TBABS), yang dilakukan setiap 5 tahun. Hasil pengukuran TBABS secara nasional tahun 1999 menunjukkan prevalensi anak baru masuk sekolah usia 6 9 tahun yang tergolong pendek/stunted sebesar 36,1 % (Pedoman Pengukuran TBABS, 2000). Secara umum gambaran Provinsi Bali untuk status gizi anak usia 6-14 tahun berdasarkan indeks masa tubuh (IMT) Community Health 2013, II:1 37

menurut umur (U) melaporkan di Kota Denpasar prevalensi anak kurus laki-laki 9,2% dan perempuan adalah 7,4%, anak normal laki-laki 72,5% dan perempuan adalah 81,1% serta anak BB lebih laki-laki 18,3% dan perempuan adalah 11,5% (Riskesdas Provinsi Bali, 2007). Berdasarkan laporan Riskesdas Nasional (2010) untuk Provinsi Bali yaitu sangat kurus 5,9%, kurus 5,6%, normal 81,4% dan gemuk 7,1%, maka terlihat bahwa status gizi normal mengalami sedikit penurunan. Penyebab langsung status gizi anak juga dipengaruhi oleh faktor tidak langsung, antara lain ketersediaan bahan makanan, pola konsumsi dan pola asuh (Riskesdas Provinsi Bali, 2007). Prilaku dan kebiasaan orang tua dalam menyediakan makanan keluarga di pengaruhi oleh faktor budaya, sehingga akan memepengaruhi sikap suka tidak suka seorang anak terhadap makanan. Pola makan anak juga dipengaruhi oleh media masa dan lingkungan(riskesdas, 2010). Aktivitas yang tinggi pada anak sekolah membutuhkan intake pangan dan gizi yang cukup dan berkualitas (Sudayasa, 2010). Makanan dengan kandungan gizi seimbang cukup energi dan zat gizi sesuai kebutuhan gizi anak sekolah sangat dianjurkan karena berguna untuk perkembangan fisik dan kognitif yang optimal (Muhilal dan Damayanti, 2006). Berakhirnya Program TBABS di Indonesia tahun 1999/2000 yang disebabkan oleh keterbatasan dana. Penilaian status gizi atau program TBABS secara berkesinambungan sangat dibutuhkan untuk mendeteksi kejadian masalah gizi lebih dini dan mengetahui kecendrungan pertumbuhan fisik penduduk, guna dapat melakukan tindakan intervensi dan pencegahan masalah gizi ABS. METODE Artikel ini merupakan hasil analisis data skunder dari data hasil penjaringan kesehatan anak sekolah di Kota Denpasar tahun 2011. Populasi pada penelitian ini adalah anak SD/MI kelas 1 yang masuk Tahun Ajaran 2011/2012, di Kota Denpasar, dengan besar sampel yang akan diambil adalah 300 sampel, menggunakan teknik cluster random sampling (Sudigdo dan Ismael, 2008). Data yang dikumpulkan adalah data BB, TB dan umur ABS serta pendidikan dan pekerjaan orang tua yang diperoleh dengan melihat catatan buku register kelas 1 sekolah dasar di Kota Denpasar tahun 2011 Data status gizi ditentukan dengan melihat hasil pengukuran BB dan TB kemudian diolah menurut indeks IMT/U menggunakan program modifikasi WHO Anthro 2005 dan WHO Anthro 2007, dengan klasifikasi sebagai berikut : Kurus bila z-score - 2 ; Normal bila z-score > -2 <1 SD ; BB lebih bila z-score 1. Analisis jenis kelamin Community Health 2013, II:1 38

terhadap status gizi menggunakan uji chisqure, sedangkan beda rata-rata nilai antropometri (indeks BB/U, TB/U, IMT/U) menggunakan uji t (independent t test) dengan α = 5%. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. HASIL Karakteristik Sampel ABS yang dianalisis adalah sebanyak 300 sampel, dengan usia terbanyak adalah 6 tahun berjumlah 73,40% dengan 125 (73,96%) berjenis kelamin laki-laki serta 95(72,52%) berjenis kelamin perempuan. Orang tua sampel lebih banyak berpendidikan SMA/SMK 138 (46,00%) dan berprofesi/ bekerja sebagai pegawai swasta 166 (55,33%). Pada tabel 1. dapat dilihat rata-rata pencapaian BB ABS menurut jenis kelamin yaitu 21,98+4,81kg, ada perbedaan yang bermakna antara laki dan perempuan (p=0,03), pada TB ABS juga terdapat perbedaan yang bermakna antara laki dan perempuan (p=0,00) dengan ratarata TB ABS, 118,10+7,58 cm, dan ratarata IMT ABS menurut jenis kelamin, perbedaan yang bermakna antara laki dan perempuan (p=0,62). Status Gizi ABS Menunjukkan status gizi dalam penelitian ini adalah sebagian besar normal 178 (59,30%), status gizi tidak normal terdiri dari sangat kurus, 16(5,30%); kurus 26(8,70%); BB lebih 42 (14,00%) dan obesitas 38(12,70%). Berdasarkan uji statistik dengan uji Chi Square (X2) pada CI 95% diperoleh nilai p = 0,21 (p>0,05) dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap status gizi menurut IMT/U pada ABS di Kota Denpasar DISKUSI Indikator IMT/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut dengan identifikasi masalah kekurusan dan dapat juga memberikan indikasi kegemukan (WHO, 2007 ; Supariasa, et al). Pada penelitian ini tidak ada perbedaan rata-rata IMT ABS (15,75 Kg/m2 + 3,06) antara lakilaki dan perempuan dengan disebabkan hanya membandingkan BB an TB tanpa Table 1. Rata-rata Pencapaian BB,TB,IMT berdasarkan Jenis Kelamin. 15,75+3,05kg/m2, dimana tidak terdapat melihat umur maka anak yang pendek dan Community Health 2013, II:1 39

kuruspun terlihat berstatus gizi normal sebesar (59,30%). Secara nasional Riskesdas(2010) ditemukan masalah kegemukan pada anak umur 6-12 tahun masih tinggi yaitu 9,20% dan Bali khususnya 7,10% masih di atas 5,00%, pada penelitian ini bahkan sangat tinggi yaitu 26,70%.( 14,00% BB lebih dan 12,70% obesitas). Meskipun prevalensi gizi lebih sudah menghawatirkan tetapi keberadaannya sebagai suatu ancaman nyata bagi kesehatan belum banyak disadari masyarakat, sehingga gizi lebih bisa dikategorikan sebagai ancaman yang tersembunyi bagi kehidupan manusia. Anak dengan kegemukan akan memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit kardiovaskuler dan diabetes melitus di kemudian hari. Ketut Sutiari, et al (2010) menemukan bahwa anak kelebihan BB sebesar 12,82% disebabkan karena kebiasaan makan anak yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji, makanan dalam kaleng dan makanan yang mengandung soda. Padmiari dan Hadi fast food yang biasa dikonsumsi semakin tinggi risiko anak untuk menderita obesitas. Selain gizi lebih yang juga mengkhawatirkan adalah status kurang gizi (14,00%) sebagai diinterprestasi dari kekurangan gizi saat ini (akut) misalnya: terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang mengakibatkan anak menjadi kurus dimana riwayat gizi sebelumnya baik. (BAPPENAS, 2006). Anak usia sekolah dasar yang kurang pemenuhan gizinya menjadi kurus, pendek, tidak aktif bergerak hal ini akan terbawa sampai Sekolah Menegah Atas. Akibatnya anak menjadi tidak maksimal dalam penyerapan ilmu, sehingga anak menjadi susah konsentrasi, cenderung malas, sering menguap, dan tidak kreatif mencari pemecahan masalah selama sekolah, serta saat lalu atau usia balita mengalami pola asuh yang kurang akibat pendidikan yang belum memadai (5,00% SD), kependekan disertai kekurusan pada usia dini dapat berakibat pada rentannya terhadap berbagai penyakit degeneratif pada usia dewasa (Riskesdas, 2010) Table 2. Distribusi ABS berdasarkan Status Gizi IMT/U menurut Jenis Kelamin. (2001) menyatakan semakin banyak jenis Community Health 2013, II:1 40

Untuk mengatasi gizi lebih dan gizi kurang diperlukan perubahan sosial baik gaya hidup, aktivitas fisik, perilaku makan dan penyiapan lingkungan yang mendukung. Perubahan yang paling efektif dilakukan adalah sejak usia dini salah satunya anak baru sekolah, melalui monitoring dan evaluasi hasil penjaringan anak sekolah14, 15. Makanan dengan kandungan gizi seimbang cukup energi dan zat gizi sesuai kebutuhan gizi anak sekolah sangat dianjurkan karena berguna untuk perkembangan fisik dan kognitif yang optimal8 Dukungan media massa dalam hal informasi asupan gizi seimbang, peran guru untuk menumbuh kembangkan kesadaran dan kemampuan dalam memberikan edukasi tentang asupan gizi seimbang, serta keberpihakan organisasi profesi dan asosiasi/lembaga lainnya dalam kegiatan terkait dengan asupan gizi seimbang sebagai wujud nyata dukungan berbagai pihak kepada pemerintah dalam pencegahan dan penanggulangan gizi lebih. SIMPULAN DAN SARAN Masalah gizi ganda pada ABS berdasarkan indeks IMT/U dewasa ini didominasi oleh status gizi BB lebih (26,70%) bahkan hampir dua kali dari status gizi kurus (14,00%). Perlu analisis lebih lanjut mengenai pencapaian BB dan TB ABS (6-18 tahun), penyedian sarana dan prasarana UKS, pemantauan dan evaluasi proses pengukuran oleh petugas puskesmas, penyuluhan gizi anak sekolah secara rutin dan dimasukannya gizi anak sekolah sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah agar diperoleh pola pertumbuhan dan pencapaian kesehatan yang optimal melalui program penjaringan kesehatan anak sekolah. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh kepala sekolah di Kota Denpasar yang telah bersedia memberikan data hasil Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar dan semua pihak yang membantu hingga penelitian ini selesai. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. (2010). Panduan Pelaksanaan UKS.http://knikwno.files.wordpress.co m/2010/panduan-pelaksanaan-ukspdf. Accessed Mei 17, 2012. 2. Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2008). Pedoman Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Pemerintah Provinsi Bali, Denpasar 3. Meningkatkan Pemahaman tentang Gizi, Kesehatan dan Keafiatan di Kalangan Murid-Murid Sekolah di Seluruh Dunia http://www.nestle.co.id/ina/csv/gizida nkesehatan/pages/meningkatkanpema hamantentanggizi.aspx. Accessed 26 Juni 2012. Community Health 2013, II:1 41

4. Muhilal & Damayanti, D. (2006) Hidup Sehat dalam Gizi Seimbang dalam Hidup Manusia. PT. Prima Media Pustaka, Jakarta 5. Padmiari, E. & Hadi, H. (2001) Konsumsi Fast Food sebagai Faktor Risiko Obesitas pada Anak SD. http://www.tempo.co.id/medika/online /tmp.online.old/art-3.htm Accessed Mei 16, 2012 6. Pedoman Pengukuran TBABS. (2000). Pedoman Pemantauan Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah Tahun Anggaran 1999/2000. from http://www.dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/pedoman. Retrieved Desember 1, 2011 7. Riskesdas Provinsi Bali. (2007). Laporan Riskesdas Provinsi Bali. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.RI., Jakarta. 8. Riskesdas. (2010). Laporan Riskesdas. http//www.riskesdas.litbang depkes.go.id/laporan 2010/reg.php. Accessed Januari 6, 2012. 9. Sudayasa, (2010). Penjaringan Kesehatan Anak Usia Sekolah. http//disdik.kepri.com/makalah-a- artikel/181-usaha-kesehatan- SEKOLAH. html Accessed Mei 16, 2012 10. Sudigdo & Ismael. (2008). Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis. Sagung Seto, Jakarta. 11. Sulistyoningsih. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu & Anak. Graha Ilmu, Yogyakarta 12. BAPPENAS. (2006). Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta 13. Supariasa, Bakri & Fajar. (2001). Penilaian Status Gizi. Buku. Kedokteran EGC, Jakarta Anonim (2012) 14. Sutiari, N.K., Kusumadewi, A., Swandewi, P.A. dan Padmiari, I.A. (2010). Pola Makan & Aktivitas Fisik pada Siswa Gizi Lebih JIG. Volume 1 2010, Denpasar. 15. WHO. (2007). Child Growth Standards. http//www.who.intr/growthref/growthr efrence/pdf. Accessed Januari 2, 2012. Community Health 2013, II:1 42