BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Analisis Reservoar Pada Lapangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan. Seismik Multiatribut Linear Regresion

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA. Pada penelitian ini data seismik yang digunakan adalah data migrasi poststack 3D

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015

RANGGA MASDAR FAHRIZAL FISIKA FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 17 November 2014 sampai dengan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH

BAB IV PENGOLAHAN DATA

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitan dilaksanakan mulai tanggal 7 Juli September 2014 dan

menentukan sudut optimum dibawah sudut kritis yang masih relevan digunakan

KARAKTERISASI RESERVOAR FORMASI BELUMAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVERSI IMPENDANSI AKUSTIK DAN NEURAL NETWORK PADA LAPANGAN YPS.

BAB IV METODE DAN PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Deteksi Lapisan Hidrokarbon Dengan Metode Inversi Impedansi Akustik Dan EMD (Empirical Mode Decompotition) Pada Formasi Air Benakat Lapangan "X"

V. PEMBAHASAN. dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

S t = W t * RC t...(1) Dimana : S t = Trace Seismik

Estimasi Porositas pada Reservoir KarbonatMenggunakan Multi Atribut Seismik

Analisis Atribut Seismik dan Seismic Coloured Inversion (SCI) pada Lapangan F3 Laut Utara, Belanda

Chendrasari Wahyu Oktavia Dosen Pembimbing : DR. Widya Utama,DEA Jurusan Fisika- FMIPAITS, Institut Teknbologi Sepuluh Nopember Surabaya

Youngster Physics Journal ISSN: Vol. 6, No. 2, April 2017, Hal

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA

DAFTAR ISI. BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Pengumpulan Data viii

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai

KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT DENGAN APLIKASI SEISMIK ATRIBUT DAN INVERSI SEISMIK IMPEDANSI AKUSTIK

BAB IV METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Penulis. 1. TUHAN YESUS KRISTUS yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian yang mengambil judul Analisis Seismik dengan

Aplikasi Inversi Seismik untuk Karakterisasi Reservoir lapangan Y, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur

ARTIKEL RISET. Zulfani Aziz dan Ari Setiawan *

Deteksi Lapisan Hidrokarbon dengan Metode Inversi Impedansi Akustik dan EMD (Empirical Mode Decomposition) pada Formasi Air Benakat Lapangan "X"

KARAKTERISASI RESERVOAR HIDROKARBON PADA LAPANGAN TAB DENGAN MENGGUNAKAN PEMODELAN INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK

BAB IV RESERVOIR KUJUNG I

PEMODELAN ATRIBUT POISSON IMPEDANCE

Analisis Sifat Fisis Reservoar Menggunakan Metode Seismik Inversi Acoustic Impedance (AI) dan Multiatribut (Studi Kasus Lapangan F3)

inversi mana yang akan digunakan untuk transformasi LMR nantinya. Analisis Hampson Russell CE8/R2 yaitu metoda inversi Modelbased Hardconstrain,

Karakterisasi Reservoar Menggunakan Inversi Deterministik Pada Lapangan F3 Laut Utara, Belanda

Analisis dan Pembahasan

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

INVERSI IMPEDANSI ELASTIK UNTUK MENGESTIMASI KANDUNGAN RESERVOIR BATUPASIR LAPANGAN Ve FORMASI CIBULAKAN CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA

ANALISIS INDEPENDENT INVERSION GELOMBANG PP DAN PS DENGAN MENGGUNAKAN INVERSI POST-STACK UNTUK MENDAPATKAN NILAI Vp/Vs

Rani Widiastuti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut t Teknologi Sepuluh hnopember Surabaya 2010

3.3. Pengikatan Data Sumur pada Seismik-3D (Well Seismic Tie)

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Kata Kunci: Inversi impedansi akustik, Petrofisika, Porositas, Permeabilitas

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Program Studi Geofisika, FMIPA, Universitas Hasanuddin ABSTRACT

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 1, Januari 2016, Hal 1-12

KARAKTERISASI RESERVOAR KARBONAT FORMASI BATURAJA MENGGUNAKAN INVERSI AI DAN EI DI LAPANGAN GEONINE CEKUNGAN SUMATERA SELATAN SKRIPSI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN...

DAFTAR GAMBAR. Gambar 5. Pengambilan Conventinal Core utuh dalam suatu pemboran... Gambar 6. Pengambilan Side Wall Core dengan menggunakan Gun...

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya 2) Pertamina Asset 3

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT.

APLIKASI INVERSI SEISMIK UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR

BAB IV PERMODELAN POISSON S RATIO. Berikut ini adalah diagram alir dalam mengerjakan permodelan poisson s ratio.

INTEGRASI INVERSI SEISMIK DENGAN ATRIBUT AMPLITUDO SEISMIK UNTUK MEMETAKAN DISTRIBUSI RESERVOAR PADA LAPANGAN BLACKFOOT SKRIPSI

BAB 3. PENGOLAHAN DATA

BAB V ANALISA. dapat memisahkan litologi dan atau kandungan fluida pada daerah target.

BAB IV UNIT RESERVOIR

BAB IV PENGOLAHAN DATA

KARAKTERISASI RESERVOIR BATU PASIR FORMASI KEUTAPANG MENGGUNAKAN ANALISIS AVO (AMPLITUDE VERSUS OFFSET) PADA STRUKTUR X SUMATERA BAGIAN UTARA

BAB IV INTERPRETASI SEISMIK

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density

IATMI 08-00X. East Java Indonesia

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. V.1 Penentuan Zona Reservoar dan Zona Produksi

BAB III TEORI DASAR Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi

Aplikasi Inversi AI dan EI Dalam Penentuan Daerah Prospek Hidrokarbon

III. TEORI DASAR. menjelaskan karakter reservoar secara kualitatif dan atau kuantitatif menggunakan

Pemetaan Penyebaran Reservoar Berdasarkan Metode Inversi Stokastik dengan Integrasi Multiatribut Seismik Lapangan MZ, Cekungan Sumatera Tengah

BAB 3 TEORI DASAR. Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk

AVO FLUID INVERSION (AFI) UNTUK ANALISA KANDUNGAN HIDROKARBON DALAM RESEVOAR

BAB V INVERSI ATRIBUT AVO

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian Gambar 2.2 Elemen Tektonik Kepala Burung... 6

INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, Januari 2014, Hal 31-38

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

BAB IV PEMAPARAN DATA Ketersediaan Data Data Seismik Data Sumur Interpretasi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISA INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE (AI) UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT PADA LAPANGAN X FORMASI PARIGI CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 3, Juli 2015 ISSN

STUDI INVERSI SPARSE SPIKE DENGAN LINIER PROGRAMMING DI LAPANGAN X

(Journal of Physical Science and Engineering) N F Isniarno 1*, W Triyoso 2, R Amukti 1 1.

EFEK MODEL FREKUENSI RENDAH TERHADAP HASIL INVERSI SEISMIK SKRIPSI RD. LASMADITYA ID Y

BAB III PEMODELAN GEOMETRI RESERVOIR

BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR

KARAKTERISASI RESERVOAR FEBRI-UNILA FIELD

Data dan Pengolan Data

Evaluasi Prospektivitas Menggunakan Pendekatan Impedansi Akustik: Studi Kasus Lapangan Penobscot, Nova Scotia, Kanada

APLIKASI ATRIBUT DAN INVERSI SEISMIK UNTUK MEMETAKAN DISTRIBUSI RESERVOAR. Studi Kasus Lapangan M, Cekungan Tarakan TESIS.

INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR

PEMETAAN POROSITAS PADA LAPISAN RESERVOIR KARBONAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEISMIK INVERSI

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Reinhard Leonard Riova Naibaho Tempat Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK UNTUK KARAKTERISASI RESERVOAR MINYAK DAN GAS BUMI DI SELAT MADURA SRI WAHYUNI

NOVRIANTO PAMILWA CITAJAYA

Transkripsi:

39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non Preserve. Data sumur acuan yang digunakan untuk inversi adalah sumur PRB-21, PRB-26 dan PRB-29 yang memiliki kelengkapan data log (checkshot, sonic, density dan neutron porosity). Sedangkan jumlah sumur yang ada pada lapangan PRB adalah 56 sumur dengan 9 sumur minyak, 6 sumur gas dan sisanya suspended well. Gambar 10. Base Map Area Penelitian

40 5.2. Analisis Crossplot Berikut analisis Crossplot yang dilakukan pada penelitian ini; AI AI Density Porosity Gambar 11. Crossplot Density vs AI (kiri) dan Porosity vs AI (kanan) dari layer TKF hingga BKF Pada analisis crossplot penelitian ini nilai untuk cut off Gamma Ray adalah 91 GAPI. Analisis Crossplot Density versus AI tidak dapat memisahkan sand dan shale, begitu juga pada analisis crossplot Porosity versus AI. Overlaping yang terjadi pada analisis crossplot ini dikarenakan window antara top marker hingga bottom marker yang terlalu lebar yaitu sekitar ± 450 ms. Penyebab lain dikarenakan formasi pada penelitian ini adalah sand dengan sisipan shale. Untuk mendapatkan analisis crossplot yang baik, pada penelitian ini crossplot digunakan pada TKF hingga TKF dan BKF hingga BKF.

41 Berikut analisis crossplotnya; Porosity Porosity Gambar 12. Crossplot Porosity vs AI (kiri) dari layer TKF TKF dan dari BKF BKF Pada (Gambar 12) sudah dapat dipisahkan antara shale dan sand dengan menggunakan marker bayangan dari TKF yaitu TKF, begitu pula dapat dipisahkan antara shale dan sand dengan menggunakan marker bayangan dari BKF yaitu BKF. AI AI 5.3. Ekstraksi Wavelet dan Well-Seismik Tie Proses ekstraksi wavelet dapat dilakukan dengan beberapa metoda. a. Dengan menggunakan cara statistik, yaitu dengan mengekstraksi wavelet dari volume data seismik disekitar zona target, dan b. Menggunakan data sumur, dimana wavelet diekstraksi disekitar lokasi sumur.

42 Sumur dikonversi dari kedalaman menjadi fungsi waktu dengan menggunakan data chekshot. Proses ekstraksi wavelet tersebut dilakukan secara berulang (try and error) hingga menghasilkan correlate yang tinggi. Tabel 6. Perbandingan Ekstraksi Wavelet Statistical dan Usewell Wavelet PRB- 21 PRB - 26 PRB 29 Rata- Rata Correlation Correlation Time Shift Correlation Time Shift Correlation Time Shift Usewell 0,704 0 0,518 0 0,460 0 0,5606 Statistical 0,704 0 0,834 0 0,613 0 0,7177 Korelasi adalah metode untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan dua peubah atau lebih yang digambarkan oleh besarnya koefisien korelasi. Koefisien korelasi adalah koefisien yang menggambarkan tingkat keeratan hubungan antar dua variabel atau lebih. Besaran dari koefisien korelasi tidak menggambarkan hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih, tetapi semata-mata menggambarkan keterkaitan linier. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi wavelet dengan metoda diatas. Dari beberapa metoda yang digunakan tersebut, korelasi yang paling baik untuk sumur PRB-21, PRB-26 dan PRB-29 adalah hasil ekstraksi wavelet menggunakan metoda statistical disekitar marker saja yaitu -15 ms dari TKF dan + 15 ms dari BKF.

43 Gambar 13. Bentuk geometri dan amplitudo hasil ekstraksi wavelet Wavelet hasil ekstraksi ini kemudian dikonvolusikan dengan impedansi akustik (sonic dikalikan density) untuk membuat seismogram sintetik yang akan digunakan dalam proses well seismic tie. Sebelum melakukan proses well seismic tie ini, data sumur (sonic) terlebih dahulu dikonversi dari domain kedalaman menjadi domain waktu dengan menggunakan data checkshot. Proses well seismic tie pada dasarnya banyak dipengaruhi oleh proses stretch/squeeze dengan toleransi pergeseran sekitar 10 ms. Batas pergeseran tersebut perlu diperhatikan karena jika melebihi 10 ms akan menyebabkan data sumur mengalami shifting. Hal ini akan berpengaruh pada saat penentuan nilai fasa dari data sumur tersebut, dimana nilai fasanya akan mengalami pergeseran dari nilai fasa sebenarnya. Proses pemilihan wavelet sangat mempengaruhi nilai korelasi yang didapatkan pada saat proses well tie. Korelasi yang baik antara seismogram sintetik yang dihasilkan wavelet pilihan dengan trace seismik dapat memudahkan dalam proses picking horizon dan analisis inversi.

44 Seismogram sintetic Trace Seismic Korelasi = 0,744 Gambar 14. Well Seismic Tie sumur PRB-21 pada crossline 467 dan inline 273. Seismogram sintetic Trace Seismic Korelasi = 0,834 Gambar 15. Well Seismic Tie sumur PRB-26 pada crossline 532 dan inline 484.

45 Seismogram sintetic Trace Seismic Korelasi = 0,674 Gambar 16. Well Seismic Tie sumur PRB-29 pada crossline 461 dan inline 575. 5.4. Identifikasi Patahan dan Penarikan Horison Picking horizon yang dilakukan pada penelitian ini adalah pada Top Keutapang dan Bottom Keutapang Formasi yang merupakan zona interest penelitian, dengan dipandu oleh well marker sumur PRB-21, PRB-26 dan PRB-29. Picking horizon pada Top Keutapang Formasi berada pada peak sedangkan pada Bottom Keutapang Formasi terletak pada Through. Pada picking horizon layer TKF dan BKF ini dilakukan pada software Petrel 2009.1. Hal itu disebabkan lebih baiknya tampilan kontras warna sehingga kemenerusan reflektor dan identifikasi patahan akan lebih baik. Kesulitan picking horizon pada penelitian ini dikarenakan data seismik yang digunakan dalam penelitian adalah data 3D maka diperlukan quality control pada inline. Output dari picking horizon ini yaitu time map.

46 TKF Gambar 17. Horizon pada layer TKF (biru) dan BKF (hitam) penampang seismik xline 467. BKF Gambar 18. Time Map layer TKF (kiri) dan layer BKF (kanan).

47 5.5. Inversi Model Based Hard Constrain 5.5.1. Model Inisial Model inisial merupakan nilai AI sumur yang diperoleh dari perkalian log densitas (RHOB) dengan log sonic. Model inisial direkonstruksi dari data tiga sumur acuan yaitu sumur PRB-21, PRB-26 dan PRB-29 yang telah terkorelasi secara baik sehingga dapat digunakan sebagai kontrol hasil inversi terhadap kemenerusan lapisan secara lateral. Gambar 19. Penampang Initial Model pada Xline 467 melewati sumur PRB -21 5.5.2. Analisis Inversi Pada peneltian ini menggunakan metode inversi Modelbased Hard Constrain, sebelumnya juga dilakukan perbandingan terhadap inversi Bandlimited dan Linier Sparse Spike. Teknik Inversi Modelbased Hard Constrain lebih baik dari teknik inversi lainnya dikarenakan metode ini pada saat dilakukan trial and error, metode ini memiliki tingkat error yang kecil dan memiliki korelasi yang besar apabila dibandingkan dengan metode inversi Sparse spike dan Bandlimited.

48 Tabel 7. Analisis Inversi Model Based, Bandlimited dan Sparse Spike pada tiga sumur acuan Teknik Inversi PRB-21 PRB-26 PRB-29 Error AI Korelasi Error AI Korelasi Error AI Korelasi Model Based 903,95 0,9842 769,63 0,9775 1521,23 0,9548 Bandlimited 1202,43 0,8537 1079,51 0,8438 1768,79 0,9331 Sparse Spike 966,79 0,9060 917,67 0,9470 1916,96 0,9179 5.6. Multiatribut Multiatribut bertujuan memodelkan log sumur dari hasil ektraksi/turunan data seismik untuk mencari atribut-atribut yang memiliki korelasi terbaik antara model log dengan log sumur (log daerah penelitian). Nilai error dan korelasi dihasilkan dari persamaan regresi linear antara data log dengan data atributnya. Pada multiatribut AI, porositas dan kecepatan sudah baik dan terlihat menerus (Gambar 20 s.d. 22). Pada multiatribut Acoustic Impedance didapatkan Correlation 0,919 dengan Average error 0,081 ((ft/s)*(g/cc)) dari Validation (Gambar 24), sedangkan hasil crossplot diperoleh nilai error 0,01 dan correlation sebesar 0,990 (Gambar 23). Multiatribut untuk Porosity didapatkan nilai Average error 0,203 (%) dengan correlation 0,797 dari Validation (Gambar 24), sedangkan hasil crossplot diperoleh nilai error 0,19 dan correlation sebesar 0,809 (Gambar 23). Pada Multiatribut density Average error 0,15 (gr/cc) dengan correlation 0,85 dari Validation, sedangkan hasil crossplot diperoleh nilai error 0,12 dan correlation 0,878. Pada Multiatribut P-wave didapatkan nilai Average error 0,07 (gr/cc) dengan correlation 0,93 dari Validation (Gambar 24), sedangkan hasil crossplot diperoleh nilai error 0,12 dan correlation 0,878.

49 Gambar 20. Penampang vertikal multiatribut AI pada X-line 467 Gambar 21. Penampang vertikal multiatribut Porosity pada X-line 467 Gambar 22. Penampang vertikal multiatribut P-wave pada X-line 467

50 38 Gambar 23. Analisis crossplot multiatribut dari porositas, densitas dan akustik impedansi

51 38 Gambar 24. Analisis validasi multiatribut dari porositas, densitas dan akustik impedansi

38 52 5.7. Ekstraksi Atribut RMS Setelah didapatkan peta struktur waktu dari hasil kontur pada layer TKF dan BKF kemudian dilakukan ekstraksi atribut seismik dengan bantuan Petrel 2009.1. Atribut seismik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu atribut amplitudo RMS. Ekstraksi atribut amplitudo RMS dilakukan pada volume Data awal 3D seismik Non Preserve. Penggunaan atribut ini dilakukan untuk melihat penyebaran sand. Berdasarkan anomali RMS amplitude yang tinggi di indikasikan mempunyai lapisan sand yang tebal. Gambar 25. Time map Overlay RMS Amplitude data segy Lingkungan yang kaya akan pasir umumnya mempunyai amplitudo yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang kaya akan serpih. Perbedaan rasio batupasirbatuserpih ini dengan mudah dapat dilihat pada peta amplitudo. Gambar atribut Amplitudo RMS diatas menunjukan bahwa anomali amplitudo tinggi merata di bagian NW - SE, yang ditunjukan dengan warna kuning sampai merah dengan

53 39 nilai amplitudo 45.000 hingga 65.000 (Gambar 25). Anomali tinggi ini disebabkan karena adanya kontras impedansi dari kontak antara batu pasir yang memiliki impedansi yang lebih tinggi dengan batu lempung yang memiliki impedansi lebih rendah. Alasan mengapa kontras impedansi yang dibandingkan adalah antara sand stone dengan shale karena pada umumya pada lapisan reservoir di lapangan PRB ini terdapat perselingan antara sand stone dengan shale. Dengan menghubungkan nilai atribut amplitudo serta overlay map dari hasil multiatribut pada lapangan PRB akan membantu dalam penentuan zona prospek secara lateral. Daerah anomali tinggi tersebut berada disekitar tutupan (antiklin) yang memungkinkan hidrokarbon terjebak didalamnya. 5.8. Penentuan Sumur Usulan Penentuan sumur usulan pada zona prospek hidrokarbon dilakukan berdasarkan peta atribut RMS Amplitude, peta porositas, peta AI, peta densitas dan peta kecepatan berikut adalah lokalisir sumur usulan pada zona prospek layer TKF dan BKF. Pada Penentuan sumur usulan ini diawali dari daerah yang mempunyai sand yang tebal dilihat dari sebaran RMS Amplitude. Setelah itu zona yang mempunyai daerah sand tebal di overlay pada daerah yang memiliki Low AI, Low Density, Low P-wave dan high Porosity. Pada Penelitian ini dilakukan 2 (dua) kali analisis zona prospek layer TKF dan layer BKF masih besarnya cadangan pada layer TKF sekitar 1954 juta barrel, sedangkan pada layer BKF memiliki nilai cadangan 1850 juta barrel. Hal ini dilakukan dikarenakan window antara layer TKF hingga layer BKF cukup besar yaitu sekitar ± 450 ms. Penelitian ini

40 54 menggunakan dua software yaitu Petrel 2009.1 dan Humpson Russel 8 untuk mengetahui sebaran property batuan yang di analisis multiatribut. Pada kenampakan sebaran property batuan dari hasil Petrel 2009.1 dan Humpson Russel 8 tidak ada perbedaan, hanya penampang pada Humpson russel 8 tidak di overlay pada time map. Maka dalam pengidentifikasian zona produktif pada hasil Petrel 2009.1 dan Humpson Russel 8 tidak ada perbedaan. Penentuan sumur usulan pada zona prospek layer TKF dan BKF ini diambil pada daerah reservoir sepanjang antiklin yang memanjang baratlaut-tenggara pada daerah tinggian yaitu sekitar 650 s.d. 750 m/s (Gambar 26). Sumur usulan pada layer TKF berada dekat sumur PRB-26 yaitu pada baratlaut dan dekat sumur PRB-29 yaitu pada arah Barat. Penentuan sumur usulan pada zona prospek layer TKF berdasarkan low acoustic Impedance sekitar 17.470 s.d. 18.600 ((ft/s)*(g/cc)), high porosity sekitar 25,5 s.d. 27 %, low Density sekitar 2,325 s.d. 2,478 (g/cc) dan low P-wave sekitar 2.300 s.d. 2.530 m/s (Gambar 27). Sumur usulan pada zona prospek pada layer BKF terdapat pada arah baratlaut dari sumur PRB-29 masih dalam daerah reservoir lapangan PRB memiliki nilai Low Acoustic Impedance sekitar 19.600 s.d. 20.800 ((ft/s)*(g/cc)), high porosity sekitar 21,58 s.d. 22,5 %, low Density sekitar 2,28 s.d. 2,456 (g/cc) dan low P-wave sekitar 2.700 s.d. 2.900 m/s (Gambar 28).

55 38 Gambar 26. Sumur usulan pada Time Map layer dan RMS Amplitude layer TKF dan BKF

56 38 Gambar 27. Sumur usulan pada slicing beberapa property layer TKF dari Software Petrel 2009.1.

57 38 Gambar 28. Sumur usulan pada slicing beberapa property layer BKF dari Software Petrel 2009.1