Ahmad Nur Rokman 1, Romy 2 Laboratorium Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau 1

dokumen-dokumen yang mirip
Abstract. Keywords: Performance, Internal Combustion Engine, Camshaft

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Seminar Nasional (PNES II), Semarang, 12 Nopember 2014

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Karakteristik Emisi Gas Buang Kendaraan Berbahan Bakar LPG untuk Mesin Bensin Single Piston

KARAKTERISTIK GAS BUANG YANG DIHASILKAN DARI RASIO PENCAMPURAN ANTARA GASOLINE DAN BIOETANOL

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

PENGARUH CAMPURAN METANOL TERHADAP PRESTASI MESIN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

I. PENDAHULUAN. Kata kunci - Bioetanol, Electronic Control Unit, Honda CB150R, rasio kompresi, RON.

: ENDIKA PRANNANTA L2E

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DARI VARIASI CAMPURAN ETHANOL-GASOLINE (E30-E50) TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH FUEL INJECTION 125 CC

I. PENDAHULUAN. Katakunci : Electronic Control Unit, Injection Control, Maximum Best Torque (MBT), Ignition Timing, Bioetanol E100.

PENGARUH IGNITION TIMING DENGAN BAHAN BAKAR LPG TERHADAP UNJUK KERJA MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH SATU SILINDER

PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

UJI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN CAMPURAN ZAT ADITIF-PREMIUM (C1:80, C3:80, C5:80)

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN CAMPURAN SOLAR DAN BIOSOLAR TERHADAP PERFORMANSI MESIN DIESEL

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN PERUBAHAN DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG MOTOR BENSIN BE50

PENGARUH CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM, HIDROGEN DAN ETANOL 96% TERHADAP PERFOMANSI DAN EMISI GAS BUANG MESIN GENSET OTTO

UJI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN UNJUK KERJA MOTOR OTTO BERBAHAN BAKAR PERTALITE DENGAN CAMPURAN PERTALITE-ZAT ADITIF CAIR

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

UJI PERFORMA PENGARUH IGNITION TIMING TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN BERBAHAN BAKAR LPG

KARAKTERISASI PERFORMA MESIN DIESEL DUAL FUEL SOLAR-CNG TIPE LPIG DENGAN PENGATURAN START OF INJECTION DAN DURASI INJEKSI

KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN ETANOL DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

BAB III METODE PENELITIAN. Daya motor dapat diketahui dari persamaan (2.5) Torsi dapat diketahui melalui persamaan (2.6)

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti mesin uap, turbin uap disebut motor bakar pembakaran luar (External

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan

PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN BAHAN BAKAR SOLAR-BIODIESEL (MINYAK JELANTAH) TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR DIESEL

EFISIENSI GAS ENGINE PADA BERBAGAI PUTARAN: STUDI EKSPERIMEN PADA JES GAS ENGINE J208GS

PENGARUH PERUBAHAN SUDUT PENYALAAN (IGNITION TIME) TERHADAP EMSISI GAS BUANG PADA MESIN SEPEDA MOTOR 4 (EMPAT) LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

PENGARUH CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM, HIDROGEN DAN ETANOL 99% TERHADAP PERFORMANSI DAN EMISI GAS BUANG MESIN GENSET OTTO

KARAKTERISASI UNJUK KERJA MESIN DIAMOND TYPE Di 800 DENGAN SISTEM INJEKSI BERTINGKAT MENGGUNAKAN BIODIESEL B-20

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

PERBANDINGAN VARIASI DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP EFISIENSI TERMAL DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR OTTO ENGINE BE50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. t 1000

M.Mujib Saifulloh, Bambang Sudarmanta Lab. TPBB Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN BIOETANOL PADA BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BENSIN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER

ABSTRAK. : I Made Sumaryanta

Kata kunci: campuran bioetanol-bensin, indikator kinerja mesin, emisi gas buang.

PENGARUH PENAMBAHAN UAP AIR KERING PADA LANGKAH HISAP TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDY PENGARUH CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN ETHANOL TERHADAP UNJUK KERJA MESIN MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH

BAB II TINJAUAN LITERATUR

RANCANG BANGUN POWERPLAN PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA SAPUJAGAD

PENGARUH PENGGUNAAN RESIRKULATOR GAS BUANG PADA KNALPOT STANDAR, TERHADAP PERFORMA MESIN SEPEDA MOTOR YAMAHA MIO J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi

ASPEK TORSI DAN DAYA PADA MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR CAMPURAN PREMIUM METHANOL

ANALISA VARIASI BAHAN BAKAR TERHADAP PERFORMA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

UJI PERFORMANSI MESIN DIESEL BERBAHAN BAKAR LPG DENGAN MODIFIKASI SISTEM PEMBAKARAN DAN MENGGUNAKAN KONVERTER KIT SEDERHANA

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN:

Pengaruh Penambahan Senyawa Acetone Pada Bahan Bakar Bensin Terhadap Emisi Gas Buang

ANALISA PENGARUH PENGATURAN VOLUME BIOETHANOL SEBAGAI CAMPURAN BAHAN BAKAR MELALUI MAIN JET SECARA INDEPENDENT TERHADAP EMISI PADA MESIN OTTO

PENGARUH PROSENTASE ETANOL TERHADAP TORSI DAN EMISI MOTOR INDIRECT INJECTION DENGAN MEMODIFIKASI ENGINE CONTROLE MODULE

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

PEMBAHASAN. 1. Mean Effective Pressure. 2. Torque And Power. 3. Dynamometers. 5. Specific Fuel Consumption. 6. Engine Effeciencies

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Liquefied Gas for Vehicle (LGV) terhadap Konsumsi Bahan Bakar, SFC dan Emisi Gas Buang Pada Mobil

KAJIAN UNJUK KERJA MESIN BENSIN TOYOTA TIPE KE20F DENGAN VARIASI PENAMBAHAN TEKANAN DAN SUHU UDARA MASUK PADA KARBURATOR

BAB II LANDASAN TEORI

KAJI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN UNTUK KERJA MOTOR BAKAR BERBAHAN BAKAR PERTALITE DENGAN CAMPURAN PERTALITE-BIOETANOL SAGU

TUGAS AKHIR. DisusunOleh: MHD YAHYA NIM

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR INJEKSI ABSTRAK

STUDI SIMULASI KONVERSI MOTOR BAKAR OTTO MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR CNG DENGAN VARIASI AIR FUEL RATIO DAN IGNITION TIMING

KATA PENGANTAR. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Medan Area. Dalam hal ini Tugas Sarjana yang penulis buat dengan judul ANALISA

Bagaimana perbandingan unjuk kerja motor diesel bahan bakar minyak (solar) dengan dual fuel motor diesel bahan bakar minyak (solar) dan CNG?

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGGUNAAN PORT FUEL INJECTION (PFI) SEBAGAI SISTEM SUPLAI BAHAN BAKAR MOTOR BENSIN DUA-LANGKAH SILINDER TUNGGAL

PENGARUH VARIASI TIMING INJECTION DAN CAMPURAN BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR DIESEL

PENGARUH PENAMBAHAN TURBULATOR PADA INTAKE MANIFOLD TERHADAP UNJUK KERJA MESIN BENSIN 4 TAK

Uji Unjuk Kerja dan Durability 5000 Km Mobil Bensin 1497 Cc Berbahan Bakar Campuran Bensin-Bioetanol

BAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin Penjelasan Umum

SKRIPSI MOTOR BAKAR. Disusun Oleh: HERMANTO J. SIANTURI NIM:

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS PADA MESIN SEPEDA MOTOR DITINJAU DARI ASPEK DAYA dan TORSI

PENGARUH VARIASI TINGKAT PANAS BUSI TERHADAP PERFORMA MESIN DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR 4 TAK

PENGARUH VARIASI UNJUK DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP KERJA MESIN

Setiawan M.B., et al., Pengaruh Molaritas Kalium Hidroksida Pada Brown Hasil Elektrolisis Terhadap.

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI SARINGAN UDARA KARBURATOR TERHADAP KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR

ANALISA VARIASI BENTUK JET NEEDLE KARBURATOR PADA MOTOR4 TAK 125 CC BERBAHAN BAKAR E 100 DENGAN SISTEM REMAPPING PENGAPIAN CDI

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN

Penambahan Pemanas Campuran Udara dan Bahan Bakar

KAJIAN PERFORMANSI MESIN DIESEL STASIONER SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR CAMPURAN BIODIESEL SESAMUM INDICUM

Contoh hasil dynotest di atas terlihat jelas bahwa diperlukan AFR 12.5 : 1, sehingga dari gambar tersebut bisa dilakukan beberapa analisa, sbb :


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH TIMING INJECTION TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR DIESEL 1 SILINDER PUTARAN KONSTAN DENGAN BAHAN BAKAR BIO SOLAR

KAJIAN STUDI PENGARUH JARAK MEDAN MAGNET 2500 GAUSS DENGAN RUANG BAKAR TERHADAP PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM

Transkripsi:

Studi Eksperimen Optimasi Sudut Pengapian Terhadap Daya pada Motor Bakar 4 Langkah 1 Slinder dan Rasio Kompresi 9,5:1 dengan Variasi Campuran Bensin Premium dan Bioetanol Ahmad Nur Rokman 1, Romy 2 Laboratorium Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau 1 romanolenk@yahoo.co.id, 2 romy_pku@yahoo.com Abstract Currently, the amount of fosil fuel in Indonesia is forecast limited, so that in the future will be likely fuel oil depletion that lead to increase the its price. Therefore, it is urgently to look for other alternative of fuel oil sources. Indonesia has a renewable alternative of fuel source that is bioethanol. The bioethanol can be blended with gasoline to improve the performance on gasoline. The purpose of this study is to determine the optimum angle for different concentrations of a mixture of ethanol and gasoline to produce optimal engine work. In this study, the effects of using unleaded gasoline (E0) and unleaded gasoline ethanol blends (E10, E20,E30, E40 and E50) on engine performance. The investigation was conducted on a Suzuki Shogun 125 R single-cylinder, fourstroke, spark ignition engine. The experiments were performed by varying the ignition angle (15 0, 20 0 and 25 0 ) and speed of the crankshaft (2000 rpm, 3000 rpm and 4000 rpm). A result for the maximum effective braking power was on E20, the ignition angle of 20 degrees before TDC (Top Dead Center) at the crankshaft speed of 2000 rpm that was 156.284635 Watt, minimum SFC (Specific Fuel Consumption) was on E10, the ignition angle of 15 degrees before TDC, at the crankshaft speed of 2000 rpm that was 5.63 x 10-7 kg / J. The thermal of maximum braking efficiency was on the E10, the ignition angle of 15 degrees before TDC at the crankshaft speed of 2000 rpm was 4.2%. Keywords: Internal Combustion Engine, Bioethanol, Ignition Angle 1. Pendahuluan Penurunan sumber daya minyak fosil dan tuntutan akan energi yang ramah lingkungan dan dapat diperbarui menyebabkan perlunya penelitian yang lebih mendalam terhadap etanol sebagai bahan bakar pada mesin pembakaran dalam. Topgul [1] mempelajari tentang pengaruh penambahan bioetanol pada bensin tanpa timbal terhadap performa mesin dan emisi gas buang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran bensin tanpa timbal dengan etanol akan sedikit meningkatkan torsi pengereman dan menurunkan emisi karbon monoksida (CO) dan emisi hidrokarbon (HC). Hasil penelitian juga menemukan bahwa pencampuran bensin dengan etanol memungkinkan untuk digunakan pada mesin dengan rasio kompresi yang tinggi tanpa terjadinya ketukan. Abdel-rahman et.al [2] membahas pengujian performa mesin dengan campuran bensin tanpa timbal-etanol dengan penggunaan berbagai rasio kompresi Menyatakan bahwa mencampur etanol dalam bensin akan meningkatkan nilai oktan campurannya namun menurunkan nilai LHV. Mesin menunjukkan peningkatan daya dengan penambahan etanol dalam bahan bakarnya. Campuran optimum yang ditemukan yaitu pada campuran 10% etanol dan 90% bensin. Dalam sebuah studi eksperimental, dilakukan oleh Al-Hasan [3], efek dari penggunaan campuran bensin-etanol pada kinerja mesin spark ignition dan emisi gas buang yang diselidiki. Ia menemukan bahwa menggunakan bensin tanpa timbal-etanol akan meningkatkan daya efektif pengereman, efisiensi termal pengereman, efisiensi volumetrik dan konsumsi bahan bakar dengan sekitar 8,3%, 9%, 7% dan 5,7%. Selain itu, emisi CO dan HC berkurang sekitar 46,5% dan 24,3. Bahan bakar 20% campuran etanol memberikan hasil terbaik dari performa mesin dan emisi gas buang. Penelitian ini bertujuan menentukan sudut optimum untuk konsentrasi yang berbeda dari campuran etanol dan bensin, sehingga menghasilkan kerja mesin yang optimal. 2. Metodologi Metode yang digunakan yaitu dengan cara memberikan pembebanan terhadap mesin agar kecepatan putaran mesinnya turun. Perubahan nilai kecepatan poros mesin dan besarnya pembebanan akan menghasilkan torsi dan daya sebagai parameter performa mesin pada motor bensin 4 langkah 1 silinder 125 cc dengan rasio kompresi 9,5:1. a. Pengambilan data Pengambilan data dilakukan dengan cara menggunakan alat uji motor bakar di laboratorium konversi energi, teknik mesin, Universitas Riau. Dengan variable pengujian yaitu: Sudut pengapian (15 0, 20 0 dan 25 0 ) Konsentrasi etanol pada bahan bakar (E10, E20,E30, E40 dan E50) Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 1

Kecepatan putaran poros engkol (2000 rpm, 3000 rpm and 4000 rpm) b. Pengolahan data Parameter pada penelitian ini adalah daya efektif pengereman (N e). Daya efektif pengereman didefinisikan sebagai laju kerja dan sama dengan perkalian antara gaya dengan kecepatan linier atau torsi dengan kecepatan angular [4]. 2. π. n. T Daya (N e ) = (W) 60 n = Kecepatan putaran poros (rpm) T = Torsi (Nm) Untuk mengetahui torsi yang bekerja pada poros digunakan persamaan [4]: T = μ. F 2. K 1. R m Dimana nilai µ adalah koefisien gesek sepatu rem. F adalah gaya yang bekerja pada piston besar cakram yang di hasilkan dari pembebanan yang diberikan pada piston master rem. Nilai (F), (K 1) dan (R m) di peroleh dari persamaan: F1 F2 A 2A F F.2A 1 2 2 A1 F 1 : Gaya yang bekerja pada piston rem kecil (N) F 2 : Gaya yang bekerja pada piston rem besar (N) A 1 : Luas penampang pada piston rem kecil (m 2 ) A 2 : Luas penampang pada piston rem besar (m 2 ) Dari Gambar 1, untuk mengukur nilai R 1, R 2, diukur dari titik pusat piringan cakram [4]. Gambar 1. Notasi untuk Cakram Rem [4] 2 RR. K 1 3sin R1 R2 R m R R 2 R 1 : jari-jari pusat cakram ke tepi dalam kampas rem R 2 : jari-jari pusat cakram ke tepi luar kampas rem Φ pada persamaan yaitu sudut kontak kampas rem dengan cakram, nilainya dalam radian. 3. Hasil dan Pembahasan Dari Gambar 2, penurunan grafik torsi sudut pengapian 15 o terhadap kecepatan poros dari tidak maksimum [5]. Akibat dari tekanan yang di hasilkan tidak maksimum, sehingga akan Penurunan nilai torsi dari bahan bakar E10 sampai E50 pada Gambar 2 dipengaruhi perbedaan nilai LHV antara bensin dan bioetanol, nilai LHV bensin lebih besar dibandingkan nilai LHV bioetanol. Pada pengujian bukaan throtlle dibuat tetap artinya campuran bahan bakar dan udara jumlahnya sama untuk semua beban, sehingga pada bahan bakar yang dicampur dengan bioetanol energi yang dihasilkan lebih sedikit. Semakin tinggi konsentrasi bioetanol maka nilai LHV yang terkandung di dalam bahan bakar lebih kecil, sehingga urutan nilai torsi yang dihasilkan dari bahan bakar yaitu E10, E20, E30, E40 dan E50 secara berurutan. Penurunan nilai torsi dari E10 sampai E50 pada Gambar 2 juga dipengaruhi oleh nilai kalor laten dari masing-masing bahan bakar, karena kalor laten akan mempengaruhi nilai AFR pada mesin bersistem distribusi bahan bakar karburator. Kalor laten yang tinggi akan menyebabkan massa jenis udara yang tercampur pada karburator akan semakin besar sehingga massa udara yang tercampur dengan bahan bakar akan semakin banyak. Terjadi anomali pada Gambar 2, dimana posisi E0 berada dibawah E10 dan E20 hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Dari Gambar 2, nilai torsi bahan bakar E0 berada dibawah nilai E10 dan nilai E20 karena nilai kalor laten dari E0 lebih kecil dari E10 dan E20 akibatnya massa udara pada Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 2

campuran E0 akan lebih kecil sehingga mengakibatkan proses pembakaran tidak terjadi secara sempurna sehingga menurunkan energi yang dihasilkan pada saat proses ekspansi dan berdampak pada penurunan torsi yang dihasilkan. Grafik hubungan torsi terhadap kosentrasi bahan bakar pada masingmasing rpm ditampilkan pada Gambar 3. perkalian kecepatan poros dengan torsi, meskipun nilai torsi turun terhadap kecepatan poros. Namun karena nilai gradien penurunan torsi ini kecil sedangkan nilai gradien kecepatan poros besar akibatnya penurunan nilai torsi tidak berpengaruh pada daya efektif pengereman. Daya efektif pengereman maksimum yang dicapai mesin pada saat pengujian yaitu dengan bahan bakar E10 pada kecepatan poros 4000 rpm yaitu 155,8038 Watt. Gambar 2. Grafik Kecepatan Poros Vs Torsi pada Sudut 15 o b. Nilai torsi E20 di bawah nilai torsi E10 hal ini terjadi karena nilai LHV E20 lebih rendah dari pada E10 sehingga energi yang dihasilkan saat proses ekspansi lebih kecil, walaupun kalor laten dari E20 lebih besar dari E10 namun semakin banyak udara dalam campuran apabila sudah melebihi dari yang dibutuhkan untuk terjadinya proses pembakaran sempurna tidak akan mempengaruhi energi yang dihasilkan pada proses pembakaran sempurna itu. Dari Gambar 2, bahan bakar yang paling tepat digunakan untuk mesin dengan sudut 15 o sebelum TMA adalah E10. Torsi maksimum E10 hasil pengujian yaitu pada kecepatan poros 2000 rpm yaitu sebesar 1,746966 Nm. Gambar 3. Grafik Hubungan Torsi Terhadap Kosentrasi Etanol pada Kecepatan Poros Dari Gambar 4, nilai daya efektif pengereman sudut pengapian 15 o ini dipengaruhi Kenaikan nilai daya efektif pengereman yang terjadi pada mesin ini di sebabkan hasil Gambar 4. Grafik Kecepatan Poros Vs Daya Efektif Pengereman pada Sudut 15 o Dari Gambar 5, penurunan grafik torsi sudut pengapian 20 o terhadap kecepatan poros dari tidak maksimum [5]. Akibat dari tekanan yang dihasilkan tidak maksimum, sehingga akan Terjadi anomali pada Gambar 5, dimana posisi E0 berada dibawah E10 dan E20 hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Dari Gambar 5, nilai torsi bahan bakar E0 berada dibawah nilai E10 dan nilai E20 karena nilai kalor laten dari E0 lebih kecil dari E10 dan E20 akibatnya massa udara pada campuran E0 akan lebih kecil sehingga mengakibatkan proses pembakaran tidak terjadi secara sempurna sehingga menurunkan energi yang dihasilkan pada saat proses ekspansi dan berdampak pada penurunan torsi yang dihasilkan. b. Nilai torsi E10 di bawah nilai torsi E20, ada dua kemungkinan hal ini bisa terjadi yang pertama karena akhir proses pembakaran dari bahan bakar E20 terjadi tepat pada saat TMA dan akhir proses pembakaran dari bahan bakar E10 terjadi setelah piston melewati TMA, sehingga tekanan untuk mendorong piston ke TMB yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar E10 tidak maksimal, sehingga Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 3

mengakibatkan terjadinya penurunan torsi yang dihasilkan. Kemungkinan kedua yaitu karena akhir proses pembakaran dari bahan bakar E10 dan E20 terjadi setelah TMA namun besar sudut akhir pembakaran pada E20 lebih kecil dibandingkan E10 sehingga tekanan untuk mendorong piston ke TMB yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar E10 tidak maksimal, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan torsi yang dihasilkan. Pada sudut pengapian 20 o bahan bakar E30, E40 dan E50 tidak dapat diambil data karena akibat ignitation delay yang kecil, saat diberi pembebanan mesin tidak menyala dengan baik sehingga kecepatan idle tidak tercapai. Akibatnya pada sudut 20 o data dari E30, E40 dan E50 pengujian tidak dilanjutkan karena di khawatirkan dapat merusak Dari Gambar 5, bahan bakar yang paling tepat digunakan untuk mesin dengan sudut 20 o sebelum TMA adalah E20. Torsi maksimum E20 hasil pengujian yaitu pada kecepatan poros 2000 rpmyaitu sebesar 1,746966 Nm. Gambar 5. Grafik Kecepatan Poros Vs Torsi pada Sudut 20 o Dari Gambar 6, nilai daya efektif pengereman sudut pengapian 20 o ini dipengaruhi Kenaikan daya efektif pengereman yang terjadi pada mesin ini di sebabkan hasil perkalian kecepatan poros dengan torsi, meskipun nilai torsi turun terhadap kecepatan poros. Namun karena nilai gradien penurunan torsi ini kecil sedangkan nilai gradien kecepatan poros besar akibatnya penurunan nilai torsi tidak berpengaruh pada daya efektif pengereman. Nilai daya efektif pengereman maksimum yang dihasilkan yaitu dengan bahan bakar E20 pada putaran poros 4000 rpm sebesar 184,687669 Watt. Gambar 6. Grafik Kecepatan Poros Vs Daya Efektif Pengereman pada Sudut 20 o Dari Gambar 7, penurunan grafik torsi sudut pengapian 25 o terhadap kecepatan poros dari tidak maksimum [5]. Akibat dari tekanan yang dihasilkan tidak maksimum, sehingga akan Nilai torsi E40 di bawah nilai torsi E50, ada dua kemungkinan hal ini bisa terjadi yang pertama karena akhir proses pembakaran dari bahan bakar E50 terjadi tepat pada saat TMA dan akhir proses pembakaran dari bahan bakar E40 terjadi setelah piston melewati TMA, sehingga tekanan untuk mendorong piston ke TMB yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar E40 tidak maksimal, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan torsi yang dihasilkan. Kemungkinan kedua yaitu karena akhir proses pembakaran dari bahan bakar E40 dan E50 terjadi setelah TMA namun besar sudut akhir pembakaran pada E50 lebih kecil dibandingkan E40 sehingga tekanan untuk mendorong piston ke TMB yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar E40 tidak maksimal, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan torsi yang dihasilkan. Pada sudut pengapian 25 o data dari E0, E10, E20, dan E30 tidak ada karena pada saat mesin menggunakan bahan bakar E0 sampai E30 mesin tidak berjalan normal dan terjadi knocking pada saat diberikan pembebanan, sehingga pengujian menggunakan E0 sampai dengan E30 tidak di lanjutkan karena dikhawatirkan mesinnya yang rusak. Pada Gambar 7, torsi tertinggi dihasilkan mesin pada putaran 2000 rpm dengan bahan bakar E50 yaitu 1,996 Nm. Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 4

Gambar 7. Grafik Kecepatan Poros Vs Torsi pada Sudut 25 o Pada Gambar 8, nilai daya efektif pengereman sudut pengapian 25 o ini dipengaruhi Kenaikan daya efektif pengereman yang terjadi pada mesin ini di sebabkan hasil perkalian kecepatan poros dengan torsi, meskipun nilai torsi turun terhadap kecepatan poros. Namun karena nilai gradien penurunan torsi ini kecil sedangkan nilai gradien kecepatan poros besar akibatnya penurunan nilai torsi tidak berpengaruh pada daya efektif pengereman. Daya efektif pengereman tertinggi yang dihasilkan mesin pada putaran 4000 rpm dengan bahan bakar E50 sebesar 128,041 Watt. emissions. Renewable Energi 31 (2006) 2534 2542. [2] Abdel-Rahman, AA, Osman, MM. 1997. Experimental investigation on varying the compression ratio of SI engine working under different ethanol gasoline fuel blends. Int J Energy Res 1997;21(1):31 40. [3] Al-Hasan, M. 2003. Effect of ethanol unleaded gasoline blends on engine performance and exhaust emission. Energy Convers Manage 2003;44(9) :1547 61. [4] Arismunandar, W. 1988.Penggerak Mula Motor BakarTorak. Edisi 5. Penerbit ITB Bandung. [5] Pratomo, R. 2008. Analisa Performa Sepeda Motor Empat Langkah Satu Silinder Dengan Variabel Sudut Pengapian Dan Campuran Bioethanol Dan Bensin. Jurnal Ilmiah Teknik Teknik Mesin Universitas Indonesia. Gambar 8. Grafik Kecepatan Poros Vs Daya Efektif Pengereman pada Sudut 25 o 4. Simpulan 1. Nilai maksimum daya efektif pengereman yang di hasilkan masing-masing pada: 1) Sudut pengapian 15 o di E10, kecepatan poros 4000 rpm sebesar 155,80376 watt. 2) Sudut pengapian 20 o di E20, kecepatan poros 2000 rpm sebesar 156,28463 Watt. 3) Sudut pengapian 25 o di E50, kecepatan poros 4000 rpm sebesar 128,04102 Watt. 2. Sudut dan bahan bakar yang optimal yaitu: 1) Sudut pengapian 15 o di E10. 2) Sudut pengapian 20 o di E20. 3) Sudut pengapian 25 o di E50. Daftar Pustaka [1] Topgul, T. 2006. The effects of ethanol unleaded gasoline blends and ignition timing on engine performance and exhaust Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 5