BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Inspektorat Daerah Kabupaten Barru

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VII. RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

LAPORAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2016

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Kondisi saat ini. Kondisi Yang diinginkan. Pembaharuan Sistem. Perencanaan. Pengembangan. Kompetensi MENGAPA PERLU KEGIATAN INI?

BAB III OBJEK PENELITIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB II GAMBARAN UMUM BPMPD KAB. SIAK

Kebijakan Diklat Satu Pintu

VI. EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN SUMBAWA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PANDEGLANG,

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA AKSI PER KELOMPOK SASARAN STRATEGIS TAHUN 2017 BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN JOMBANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

PERAN MENTOR & COACH PADA PROYEK PERUBAHAN DIKLATPIM IV

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

LKIP Badan Keuangan Daerah 2016 Page 1

Sasaran Indikator Kinerja Sasaran Satuan Target Tahun 2016 Keterangan

Program merupakan kumpulan kegiatan-kegiatan yang sistematis dan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

INDIKATOR KINERJA BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap organisasi, baik organisasi publik maupun organisasi swasta.

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SENTRALISASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SERANG

KEPPRES 108/2003, ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

Tabel 5.1 RENCANA STRATEGIS TAHUN SASARAN PROGRAM INDIKATOR PROGRAM FORMULASI

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian tentang manajemen pembiayaan pendidikan di

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 92 TAHUN 2016

RENCANA KERJA (RENJA)

WALIKOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

INDIKATOR KINERJA UTAMA INSPEKTORAT KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

Penyelarasan Arsitektur Informasi Kinerja dan Pengintegrasian Data Pelaporan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RGS Mitra 1 of 8 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TANGGAL 31 DESEMBER 2003

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

Bab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 96 TAHUN 2016

BPKP. Auditor. Jabatan fungsional. Perpindahan Jabatan. Perlakukan Khusus. Pengangkatan.

PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR ESDM MELALUI PENGEMBANGAN BPSDM-ESDM

Perubahan paradigma tata kelola pemerintahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (goodpublic governance) dalam berbagai aspek, salah satunya

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

2017, No masing-masing Kementerian/Lembaga mempunyai kewajiban untuk menyusun peraturan perundang-undangan yang mengatur pedoman penyusunan for

BAB X STAF AHLI. Pasal 833. Pasal 834. Pasal 835

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Tugas Pokok. melaksanakan kegiatan teknis operasional dinas dibidang Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Sistem Pengendalian Internal dan Pemeriksaan Pengelolaan Tanggungjawab Keuangan Negara. Oleh : Lutfi Harris, M.Ak., Ak. Satuan Pengawasan Internal

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 99 TAHUN 2016

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB VI INDIKATOR KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

PROYEK PERUBAHAN DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA TAHUN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 85 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Abstrak. Kata Kunci : Sistem perencanaan pembangunan, Proyek Perubahan, area perubahan, program kegiatan, dan indikator kinerja

SALINAN PERATURAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. pada tahun 1990-an berpengaruh terhadap konsep anggaran negara pada

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190 TAHUN 2014 TENTANG UNIT STAF KEPRESIDENAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Proses pengembangan SDM Aparatur di dinas Provinsi Jawa Barat belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa kebutuhan dalam bentuk analisis kebutuhan itu saja yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan, karena dinas pendidikan dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan aparatur tidak memiliki otoritas penuh, sebab otoritas pengembangan pegawai ada pada BKD dan Badan Diklat Provinsi sehingga perencanaan yang dilakukan oleh dinas pendidikan belum sesuai harapan dan belum sesuai dengan kebutuhan organisasi dan kebutuhan jabatan. Fase pelaksanaan pengembangan belum optimal karena pelaksanaan dilakukan di bawah koordinasi Badan Diklat dan BKD dan kerjasama dengan Perguruan Tinggi. Untuk proses Diklatpim belum dapat diandalkan atau belum efektif sebagai cara mengembangkan eselon III dan kurang disesuaiakan dengan formasi organisasi dan tuntutan tugas dan pengembangan melalui pendidikan lanjutannbelum sesuai dengan kebutuhan organisasi. Evaluasi yg dilakukan oleh dinas pendidikan dan BKD hanya bersifat administrasi dan pada kinerja aparatur secara umum dan DP3 tidak pada kontribusi hasil pendidikan dan pelatihan. Dinas pendidikan tidak melakukan evaluasi terhadap proses kegiatan pelaksanaan pengembangan SDM aparatur yang dilakukan oleh badan diklat maupun perguruan tinggi. 262

2. Kesimpulan Khusus a. Proses diagnosa pengembangan Aparatur eselon III Pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat disatukan dalam proses perencanaan yang sasaran kebutuhannya adalah jabatan, kelompok pengembangan adalah individu dan proses pengembangannya melalui pendekatan formal. Analisis kebutuhan antara sasaran tahunan dengan lima tahunan tidak ada perbedaan hanya ditujukan kepada pejabat eselon IV dan staf saja untuk eselon III tidak direncanakan. b. Proses Perencanaan pengembangan Aparatur eselon III Pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yaitu: 1) Dalam merencanakan hanya berdasarkan pada masalah yang dihadapi sekarang saja sementara tantangan baru yg diperkirakan akan timbul dimasa depan tidak dipertimbangkan. 2) Dalam Mengidentifikasi Kebutuhan Pihak Ketiga (Pegawai) Tidak Pernah Dilibatkan. 3) Mekanisme perencanaan yang dilakukan oleh dinas pendidikan, kebutuhan individu dan pertimbangan terkait potensi dari pejabat untuk terus mengembangkan diri serta peningkatan kinerja kelompok dan antar kelompok tidak menjadi bahan dalam mendiagnosa pengembangan SDM Aparatur. c. Proses Pelaksanaan pengembangan Aparatur eselon III Pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yaitu: 1) Pelaksanaan pengembangan yang dilakukan oleh dinas pendidikan belum sesuai dengan harapan, karena pelaksanaanya 263

dilakukan oleh instansi di luar Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat sehingga hasil tidak sesuai dengan yang diharapkan dikala pelaksana program tidak memenuhi standar mutu yang berlaku dan tidak profesional. 2) Dalam pelaksanaan antara pengembangan individu, unit dan pengembangan organisasi tidak ada keterkaitan. 3) Dalam pelaksanaan tidak dipenuhinya persyaratan bahwa Anggota staf profesional harus tahu cara berpartisipasi dan berhubungan dengan program; Materi yang digunakan harus cukup; berkualitas serta harus ada koordinasi; Rencana untuk mencapai tujuan harus logis; Arus komunikasi dan umpan balik harus menjadi bagian dari proses serta bagian dari program; Dukungan dan perubahan harus dapat diamati pada semua komponen yang ada pada sistem. d. Proses Evaluasi pengembangan Aparatur eselon III Pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, yaitu: 1) Dinas Pendidikan tidak menjalankan pertimbangan yang seharusnya dilakukan dalam evaluasi pengembangan staf seperti tujuan evaluasi, teori evaluasi, ukuran kriteria evaluasi dan hasil evaluasi terhadap pengembangan sumber daya aparatur. 2) Dinas pendidikan tidak melakukan evaluasi dampak dari Diklat terhadap tugas pekerjaannya. 3) Dinas pendidikan tidak melakukan pengumpulan data mengenai apakah masalah yang difokuskan dalam pengembangan dapat 264

dipecahkan dan apakah transaksi pembelajaran yang dipakai menghasilkan kinerja jabatan yang diingingkan. 4) Dinas pendidikan tidak mengukur ketercapaian proyek pengembangan berupa dampak peserta, dampak jabatan maupun dampak keorganisasian. e. Alternatif pengembangan SDM Aparatur eselon III Pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang ditawarkan adalah sebagaimana tertuang dalam gambar 4.4, dengan prasyarat intervensi politik tidak terlalu tinggi dan dengan orang yang memiliki otoritas dan kewenangan, tingginya komitmen pada level pimpinan pada saat membuat rencana kegiatan anggaran. Ada perubahan kebijakan terkait tentang pengembangan sumber daya aparatur pada dinas yang kurang efektif. Dibuatnya regulasi tentang pola pengembangan karir yang jelas. B. Rekomendasi 1. Proses diagnosa sebaiknya dilakukan sebelum perencanaan pengembangan dimulai, agar inventarisasi dan analisa kebutuhan terlepas dari pengaruh lingkungan politik dan kecenderungan politisasi. Agar proses diagnosa dilakukan dengan tepat, hendaknya dilaksanakan melalui beberapa pertimbangan, yaitu pertimbangan keseluruhan kebutuhan pengembangan organisasi; peningkatan yang dibutuhkan pada pengetahuan dan keterampilan pejabat serta pertimbangan potensi dari pejabat untuk mengembangkan diri dan juga pertimbangan kinerja kelompok dan antar kelompok. 265

2. Perencanaan pengembangan aparatur Eselon III sebaiknya melibatkan OPD agar apa yang menjadi kebutuhan SDM Aparatur eselon III di masing-masing OPD dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan organisasinya. Fungsi BKD dalam perencanaan pengembangan aparatur Eselon III sebaiknya sebagai fasilitator saja, supaya apa yang menjadi usulan masing-masing OPD mengenai SDM Aparatur eselon III yang diusulkan dan dibutuhkan sesuai dengan kebutuhannya. Dalam merencanakan pengembangan aparatur Eselon III karena posisinya yang strategis, maka pejabat yang mempunyai kewenangan/ instansi yang terkait, yaitu Badan Kepegawaian Daerah harus mengalokasikan anggaran dan merencanakan menyesuaikan dengan usulan dari Dinas Pendidikan agar terwujudnya perencanaan pengembangan yang sinergi antara pengembangan diri dan pola karir. Agar perencanaan pengembangan sumber daya aparatur eselon III dilakukan dengan tepat, hendaknya perencanaan berpedoman pada kebijakan sistem, hasil penelitian, arah nilai, jenjang karir, lingkungan eksternal dan berdasarkan format program. 3. Pelaksanaan untuk Diklat jabatan harus dibuka ruang dilaksanakan oleh lembaga di luar Diklat Provinsi seperti LAN RI dan Diklat Kemendagri dan institusi yang mempunyai sertifikasi untuk melaksanakan Diklat Jabatan dengan catatan anggaran diberikan atau diposkan di OPD masing-masing dengan tetap menjaga mutu atau kualitas pelaksanaannya sesuai dengan kebutuhan jabatan dan kebutuhan organisasi. Selain itu harus terus dilakukan audit baik internal maupun eksternal oleh lembaga 266

auditor yang memilki kewenangan mengaudit serta harus terus di akreditasi untuk menjaga mutu penyelenggaraan. Agar pelaksanaan pengembangan sumber daya aparatur eselon III dilakukan dengan tepat, hendaknya terjadi sinergi antara pengembangan individu, pengembangan unit serta pengembangan organisasi, dan adanya dukungan kebijakan administrasi yang luas dan jelas, serta materi yang digunakan harus berkualitas serta harus ada koordinasi. Di samping itu, arus komunikasi dan umpan balik (feedback) harus menjadi bagian dari proses dan program. 4. Evaluasi pengembangan aparatur Eselon III sebaiknya melibatkan seluruh stakeholder, dimana evaluasi tidak hanya sebatas pada waktu pelaksanaan, akan tetapi output dan outcome dari hasil pelaksanaan pengembangan itu sendiri harus dievaluasi, supaya terlihat apakah aparatur eselon III sudah sesuai dengan kompetensinya atau justru sebaliknya, yaitu output yang diharapkan tidak sesuai dengan kompetensi dan kebutuhan jabatan dan organisasi. Hal ini harus menjadi alternatif dalam pengembangan SDM Aparatur eselon III, karena evaluasi tidak hanya dari proses dan input saja. Evaluasi yang tepat hendaknya dilakukan berdasarkan pada tujuan evaluasi, teori evaluasi, Tipe Evaluasi, Kriteria, Ukuran kriteria, Evaluasi data dan Hasil. 5. Perlu adanya regulasi yang menjamin karir atau pengembangan karir yang jelas. 6. Dalam proses pelaksanaan Diklatpim III sebagai salah satu bentuk pengembangan aparatur eselon III, metode dan hasilnya perlu di evaluasi 267

dan dimonitoring / diaudit oleh lembaga yang profesional sehingga tujuan dari pengembangan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan dan Dinas Pendidikan melakukan evaluasi sendiri terhadap hasil Diklatpim tersebut. 268