BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun

SNI Standar Nasional Indonesia. Tata cara umum penyusunan laporan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

PEMETAAN GEOLOGI. A. Peta Geologi. B. Pemetaan Geologi

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

JUDUL TUGAS AKHIR PEMETAAN GEOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA ALOS DI DAERAH PEGUNUNGAN SELATAN ( Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Lingkup Kajian

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan, maka dibuat peta lahan. daya alam dan manusia serta memperluas lapangan pekerjaan dan

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI

PEMETAAN DAN SURVEY RAWAN BENCANA DI WILAYAH PEMBANGUNAN III KABUPATEN JAYAPURA PROVINSI PAPUA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Analisis Struktur Daerah Pasirsuren dan Sekitarnya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Provinsi Sulawesi Barat terletak di bagian barat Pulau Sulawesi dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. geologi secara detail di lapangan dan pengolahan data di studio dan laboratorium.

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

III. METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

Tabel 1. Jabaran Learning Outcome PS S1 Manajemen Sumberadaya Lahan (MSL) DITSL. Pernyataan kompetensi:

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB III PROSSEDUR PENELITIAN. Lokasi penelitian yang dijadikan tempat penelitian ini berada di

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

2.3.7 Analisis Data Penginderaan Jauh

III. BAHAN DAN METODE

Gambar 7. Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI

III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan

By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Batasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Pasuang-Lunai dan Sekitarnya Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Mata Kuliah : Sistem Informasi Spasial

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...

BAB I PENDAHULUAN. Zona Perbukitan Rembang merupakan daerah yang sudah dikenal

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Raden Ario Wicaksono/

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Undangundang Nomor 24 tahun 1992 tentang Tata Ruang Wilayah dan Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada pasal 1, ayat 5 tentang perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang., Undang-undang (UU RI) No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2010, Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gasbumi, Undang-undang Nomor 23 tahun 1997, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dengan dasar tersebut perlunya data-data aspek geologi terinformasi dan tercatat dengan baik menyangkut sumberdaya alam (mineral logam, bukan logam, batuan, minyak dan gasbumi) di wilayah pesisir Provinsi Papua. Tatanan kondisi geologi di Provinsi Papua mencerminkan manifestasi proses tektonik dan geodinamika yang menghasilkan potensi sumber daya alam (mineral logam, bukan logam, batuan, batubara, minyak dan gasbumi). Jika kondisi geologi permukaan dapat terekam atau terdata dengan baik melalui data penginderaan jauh/ citra satelit, maka akan terlihat dengan jelas pola tatanan geologi kaitannya dengan potensi sumber daya mineral di wilayah coastal Papua. Hasil ini akan bermanfaat sebagai acuan strategi perencanaan dan pengambilan kebijakan dalam pengembangan wilayah dan pengelolaanya pada kawasan pesisisr yang telah ditetapkan dalam RTRW Provinsi Papua. III - 1

UU 32, 2004, Pemerintah Daerah UU 26, 2006, Penataan Ruang UU 4, 2009, Mineral dan Batubara Sumber daya alam (Geologi) Data Satelit Peta Rupa Bumi Koreksi Geometri Digitasi Data sekunder Plotting Data Lapangan Laboratorium Klasifikasi Interpretasi dan Analisis Overlay Zona sebaran potensi sumber daya mineral (peta potensi bahan galian/ tambang) terindikasi, tereka Sebagai bahan acuan strategi perencanaan dan pengambilan kebijakan dalam pengembangan wilayah dan pengelolaa sumber daya mineral pada kawasan coastal di Provinsi Papua Gambar 3.1. Kerangka Pikir Pekerjaan Studi Potensi Sumber Daya Mineral di Wilayah Coastal Provinsi Papua. Pendekatan dan metodologi yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan kegiatan Studi Potensi Sumber Daya Mineral di Wilayah Coastal Provinsi Papua, maka secara umum melaksanakan identifikasi dan inventarisasi terhadap data-data geologi kaitannya dengan kondisi geologi permukaan, sumber daya mineral logam, non logam, batuan. Untuk III - 2

melaksanakan pekerjaan tersebut perlu dilakukan tahapan-tahapan untuk memperoleh data maupun klarifikasi informasi data geologi. 3.2. Metodologi Pendekatan dan metodologi yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan kegiatan Studi Potensi Sumber Daya Mineral di Wilayah Coastal Provinsi Papua, maka secara umum melaksanakan inventarisasi dan identifikasi terhadap data-data geologi kaitannya dengan potensi sumber daya mineral dan energi. Untuk melaksanakan pekerjaan tersebut perlu dilakukan tahapan untuk memperoleh data maupun klarifikasi informasi data geologi. Metode pengumpulan data untuk Pelaksanaan Studi Potensi Sumber Daya Mineral di Wilayah Coastal Provinsi Papua perlu dilakukan tahapan sebagai berikut : 1. Pengumpulan Data Sekunder 2. Review Data yang Didapat 3. Penyusunan Rencana Survei 4. Analisis Citra Satelit / Landsat 5. Penggambaran, digitasi 6. Pengecekan ke lapangan dengan melakukan pemetaan tinjauan geologi, pengamatan kondisi bentang alam, pengamatan potensi sebaran bahan tambang/galian di beberapa lokasi terpilih. 7. Pengambilan beberapa conto tanah/batuan untuk pengujian di laboratorium (sifat fisik dan kimia). 8. Kompilasi, Pengolahan dan Analisa data 9. Penyusunan Laporan Adapun diagram alir kerangka metodologi dan pendekatan analisis yang digunakan dalam Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua ini diilustrasikan pada Gambar 3.2. III - 3

MASUKAN PERSIAPAN METODE HASIL DISKUSI KEGIATAN Studi Pustaka Konsolidasi Tim Rencana Kerja Analisa Citra, digitasi Persiapan Survey lapangan Survey Sekunder Mobilisasi Cek Lapangan Survey Primer / Lapangan Hasil analisis Citra : Pemetaan geologi untuk sebaran galian mineral terpilih Pengambilan beberapa conto batuan/tanah Analisa Laboratorium Analisa data lapangan, laboratorium, pengolahan data Pengolahan dan sintesa data-data Diskusi Pertimbangan Perumusan Penyusunan dan Penyempurnaan KELUARAN Laporan Pendahuluan Laporan Antara Gambar 3.2. Bagan Alir Tahapan Pekerjaan Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Papua. III - 4

Studi Potensi Sumber Daya Mineral di Provinsi Papua 3.3. Interpretasi Geologi Sumberdaya Mineral Sumberdaya mineral dapat terbentuk dan terletakkan secara alamiah melalui prosesproses geologi yang panjang, mulai dari proses singkat hingga kompleks dan dalam waktu yang lama (jutaan tahun). Pembentukan endapan mineral dapat melalui proses pembekuan magma, pelapukan dan sedimentasi serta metamorfisme. Endapan mineral terbentuk dan tertempatkan dalam kondisi geologi, fisika dan kimia tertentu, dan akan membentuk suatu asosiasi mineral, batuan atau lingkungan geologi yang tertentu pula. Dengan memahami proses-proses geologi dan mengenali gejala gejala geologi kini, ditunjang dengan pengambilan dan analisis conto mineral /batuan, akan dapat memperkirakan keterdapatan suatu sumberdaya mineral yang mungkin ada. Data SIG luaran dijital yang dihasilkan melalui pengolahan, klasifikasi, interpretasi visual citra satelit dengan metodologi sebagai berikut ini: Penafsiran atau interpretasi geologi dilakukan pada layer data vektor yang ditindihkan di atas komposit citra dijital satelit ETM + dengan cara dijitasi di layar monitor (onscreen digitizing). Komposit citra yang digunakan untuk interpretasi visual adalah komposit RGB 457, yaitu band 4 ditempatkan pada saluran merah (RED channel), band 5 ditempatkan pada saluran hijau (GREEN channel), dan band 7 ditempatkan pada saluran biru (BLUE channel). Komposit citra satelit ini ditampilkan dengan standard enhancement, yaitu Linear Stretching. Kerangka kerja untuk menghasilkan data spasial ini mencakup serangkaian prosedur berikut ini : a). menentukan skema klasifikasi satuan batuan dan formasi serta sistem penamaan satuan batuan dan simbologinya. b). menampilkan komposit citra satelit RGB 457 untuk pengamatan visual dengan standard enhancement. c). menafsirkan satuan-satuan dan formasi batuan yang teramati secara visual. d). menafsirkan struktur geologi yang teramati secara visual. e). melakukan interpretasi kenampakan-kenampakan geologi yang spesifik dan berpotensi sumberdaya mineral dan energi. f). melakukan ground truth yang diperlukan atau pengkajian data sekunder yang ada. g). kompilasi data tematik geologi yang mencakup keseluruhan scene data citra satelit yang digunakan. h). peninjauan ulang hasil penafsiran. i). pengeditan data dijital vektor dan melengkapi data atribut. Laporan Pendahuluan III - 5

Luaran data spasial tematik geologi yang dihasilkan adalah peta dijital geologi dengan sekala 1 : 250.000 dan sebagian daerah tertentu dengan skala 1 : 50.000 dengan layerlayer data vektor yang dilengkapi data atributnya. Layer-layer data tematik dijital ini, sebagai berikut : 1. Layer formasi atau satuan batuan atau endapan permukaan diperoleh dengan melakukan interpretasi atau penafsiran secara visual dari data citra satelit ETM + dengan komposit citra RGB 457. Analisis formasi atau jenis batuan dengan mempertimbangkan kenampakan visual, antara lain rona, tekstur, struktur atau susunan tekstur, bentuk, pola, torehan permukaan, pola sungai atau alur, dan pertimbangan assosiatif suatu kenampakan dengan kenampakan lainnya. 2. Layer struktur geologi diperoleh dengan penafsiran atau interpretasi secara visual pada data citra satelit ETM + dengan komposit RGB 457 dengan menerapkan simbolsimbol struktur geologi yang lazim digunakan. Penarikan struktur geologi ditentukan dengan menafsirkan kenampakan kelurusan (lineament features), kenampakan melingkar (circular features), dan kenampakan geometris struktur geologi lainnya yang terbentuk oleh gejala-gejala dinamika geologi (endogenik atau ekstrogenik) yang pernah terjadi, serta tersingkapkan karena litologi-litologinya yang memiliki perbedaan komposisi dan kekerasan batuan mengalami proses penorehan permukaan (denudasi) yang telah dan sedang berlangsung. 3. Layer sumberdaya mineral dan energi diperoleh dengan mengkaji satuan-satuan batuan atau endapan-endapan permukaan yang memiliki nilai sebagai bahan galian (quarry), dan kenampakan-kenampakan geologi yang spesifik berpotensi sumberdaya mineral dan energi. Informasi sumberdaya mineral dan energi juga diperoleh dari data dan laporan sumberdaya mineral dari data sekunder dari Pemerintah Daerah, DSDME, yang telah ada dan upaya mengkaji informasi tersebut diasosiasikan dengan suatu litologi, formasi atau struktur geologi yang telah ditafsirkan. Pada akhir setiap penafsiran satu scene citra komposit, dilakukan peninjauan ulang (review) dan pengkajian informasi formasi-formasi atau satuan-satuan batuan dengan menggunakan peta geologi regional, laporan geologi, dan data sekunder lain yang telah ada. Informasi tentang nama geografi suatu formasi atau satuan batuan, kode formasi atau satuan batuan, komposisi batuan, dan deskripsinya ditempatkan dalam data atribut pada layer formasi atau satuan batuan. Informasi tentang nama geografi suatu struktur geologi, kode dan jenis struktur geologi, dan deskripsinya disimpan dalam tabel III - 6

data atribut pada layer struktur geologi. Informasi tentang sumberdaya mineral disimpan dalam tabel data atribut pada layer sumberdaya mineral. Potensi sebaran mineralisasi emas dan ikutannya Kontrol struktur, circular feature, fractures Potensi sebaran mineral energi (batubara, gambut) Kontruk struktur lipatan (antiklin-sinklin) Gambar 3.3. Peta Citra Landsat dan hasil penafsiran struktur geologi yang menggambarkan sebaran mineralisasi emas dan ikutannya dan struktur lipatan antiklin / sinklin adanya indikasi sebaran batubara. III - 7

Gambar 3.4. Peta jalur citra landsat untuk analisa potensi sumberdaya mineral wilayah coastal di Papua Gambar 3.5. Peta geologi regional untuk penafsiran sebaran potensi sumberdaya mineral wilayah coastal di Papua III - 8

Metodologi evaluasi potensi Sumberdaya Mineral Evaluasi data-data sumberdaya mineral akan dilakukan untuk diklasifikasikan tingkat keyakinan geologi dan kelayakan pengembangan berwawasan lingkungan. Parameter evaluasi mencakup azas kelaziman lingkungan dan gejala geologi, tahap dan metoda penyelidikan geologi, aspek kelestarian lingkungan, RUTR Provinsi, dan Tataguna lahan. Berdasarkan kelaziman dan tahap penyelidikan geologi, tingkat keyakinan sumberdaya mineral disusun mulai dari tingkat terendah hingga tertinggi sebagai berikut : 1. Sumberdaya informasi/interpretasi : data keterdapatan baru berupa informasi dan belum dilengkapi sampel atau merupakan hasil desk studi (interpretasi peta geologi dan citra satelit). 2. Sumberdaya indikasi : data keterdapatan sumberdaya merupakan hasil penyelidikan regional atau prospekting dan sudah dijumpai sampel sumberdaya walau narasi masih minim. 3. Sumberdaya hipotetik : data keterdapatan sumberdaya merupakan hasil penyelidikan pendahuluan disertai dengan pengukuran gejala geologi dan analisa kadar. 4. Sumberdaya terreka : data keterdapatan sumberdaya merupakan hasil penyelidikan semi detil disertai dengan pengukuran gejala geologi dan analisa kadar dengan spasi agak rapat. 5. Sumberdaya terunjuk : data keterdapatan sumberdaya merupakan hasil penyelidikan detil disertai dengan pengukuran gejala geologi dan analisa kadar dengan spasi lebih rapat. 6. Sumberdaya terukur : data keterdapatan sumberdaya merupakan hasil penyelidikan rinci disertai dengan pengukuran gejala geologi dan analisa kadar dengan spasi rapat dengan pemaduan metoda lengkap. 7. Sumberdaya terbukti : data keterdapatan sumberdaya merupakan hasil sudah pada tahap pengambilan / produksi hingga habis. Aspek kelestarian lingkungan, RUTR Provinsi, dan Tataguna Lahan untuk mengkaji kelayakan pengelolaan/pengembangan selanjutnya. Sumberdaya mineral selain untuk menunjang pembangunan, pengelolaannya perlu memperhatikan pelestarian lingkungan hidup yang bersih, sehat dan meminimalisasi konflik tataguna lahan. Pada kegiatan studi ini, dengan metodologi seperti diuraikan sebelum ini, melalui penafsiran citra dan pengechekan di lapangan khususnya pada wilayah coastal, maka tingkat keyakinan sumberdaya mineral hanya akan didapat dari tingkatan sumberdaya III - 9

informasi sampai indikasi. Sedangkan tingkatan sumberdaya yang lebih tinggi hanya diperoleh dari data sekunder yang telah tersedia dan bukan merupakan data primer dari kegiatan studi ini. III - 10