BAB IV HASIL DAN ANALISA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI. berpenampilan seperti program aplikasi lainnya yang berbasis windows.

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi. Salah satu pemanfaatan batubara adalah sebagai bahan

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

A. JUDUL KAJIAN TEKNIS TERHADAP SISTEM PENIMBUNAN BATUBARA PADA STOCKPILE DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA PT. GLOBALINDO INTI ENERGI KALIMANTAN TIMUR

Dasar Teori Tambahan. Pengadukan sampel dilakukan dengan cara mengaduk sampel untuk mendapatkan sampel yang homogen.

5(C6H10O5) > C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

UJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON

1. MOISTURE BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang cukup melimpah, yaitu 105.2

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

PROPOSAL TUGAS AKHIR ANALISA KUALITAS BATUBARA

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

Gambar 4.1 Grafik nilai densitas briket arang ampas tebu

DAMPAK PEMBAKARAN BATUBARA INDONESIA TERKAIT KANDUNGAN PRODUK GAS BUANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Masa berlaku: Alamat : Jl. Raya Indarung, Sumatera Barat Februari 2010 Telp. (0751) Faks. (0751)

Prosiding SNRT (Seminar Nasional Riset Terapan)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengujian minimum sistem ditunjukkan pada tabel 4.1.

BAB IV HASIL ANALISIS SAMPEL BATUBARA

ANALISA PROKSIMAT TERHADAP PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DURIAN DAN KULIT PISANG SEBAGAI BRIKET BIOARANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran I Data Pengamatan. 1.1 Data Hasil Pengamatan Bahan Baku Tabel 6. Hasil Analisa Bahan Baku

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

PENGARUH LAMA WAKTU DAN TEMPERATUR TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA MUDA (LIGNIT) DENGAN MENGGUNAKAN OLI BEKAS DAN SOLAR SEBAGAI STABILISATOR

PEMBUATAN PROGRAM PENAMPIL NILAI TERUKUR PENCEMARAN UDARA DENGAN PEMROGRAMAN BORLAND DELPHI 7.0. Tugas Akhir

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM. kadar karbon monoksida yang di deteksi oleh sensor MQ-7 kemudian arduino

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara yang terjadi.

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

Briket dari Char Hasil Pirolisa Tempurung Kelapa (Coconut Shells)

Bab II Teknologi CUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ANALISIS KIMIA PROKSIMAT BATUBARA

LAMPIRAN I DATA ANALISIS. Tabel 7. Data Hasil Cangkang Biji Karet Setelah Dikarbonisasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN EFESIENSI CFB BOILER TERHADAP KEHILANGAN PANAS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

BAB I PENDAHULUAN. Pollution Monitoring Network (BAPMoN) tahun 1960, Global Atmosphere Watch

BAB V EVALUASI SUMBER DAYA BATUBARA

Gambar 7.1 Sketsa Komponen Batubara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada masing-masing node ditunjukkan pada tabel 4.1.

BAB I PENDAHULUAN. vegetasi dan material karena ulah manusia (man made). Sedangkan menurut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Menjadi Briket Arang Menggunakan Kanji Sebagai Perekat

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

UJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA

LAMPIRAN II PERHITUNGAN. = 18 cm x 15 cm x 25 cm = 6750 cm 3 = 6,750 m 3

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran pernapasan atau pneumokoniosis yang merupakan penyakit

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

ANALISIS PROKSIMAT TERHADAP KUALITAS BATUBARA DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

TUGAS AKHIR PEMBUATAN BRIKET BIOCOAL DARI CAMPURAN BATUBARA LIGNIT, TONGKOL JAGUNG DAN TEMPURUNG BIJI KARET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR PEMBUATAN BIOCOAL DARI CAMPURAN BATUBARA LIGNIT, SEKAM PADI, DAN TEMPURUNG KELAPA (PENGARUH TEMPERATUR KARBONISASI DAN UKURAN MATERIAL)

ANALISIS PROKSIMAT TERHADAP KUALITAS BATUBARA DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Randemen Arang Tempurung Kelapa

KASUS KEBAKARAN PADA TAMBANG BATUBARA DAN PENANGGULANGANNYA

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

ANALISIS POTENSI SELF HEATING BATUBARA PADA LIVE STOCK DAN TEMPORARY STOCKPILE BANKO BARAT PT. BUKIT ASAM

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

METODE RAPID TEST PREPARATION

ANALISIS PEGARUH KOMPOSISI TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET BIOBATUBARA CAMPURAN AMPAS TEBU DAN OLI BEKAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET

BAB IV ANALISA SUMBER DAYA BATUBARA

BAB VI PROSES MIXING DAN ANALISA HASIL MIXING MELALUI UJI PEMBAKARAN DENGAN PEMBUATAN BRIKET

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

Oleh: Dosen Pembimbingh: Gaguk Resbiantoro. Dr. Melania Suweni muntini

PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN BIOSOLAR DAN MINYAK JELANTAH SERTA SUHU PEMANASAN TERHADAP PENINGKATAN MUTU BATUBARA LIGNIT

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA KUPANG KECAMATAN JABON SIDOARJO

Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Kota Surabaya Berbasis Android

PENGARUH SUHU SERTA KOMPOSISI CAMPURAN ARANG JERAMI PADI DAN BATUBARA SUBBITUMINUS PADA PEMBUATAN BRIKET BIOARANG

STUDI PENINGKATAN YIELD TAR MELALUI CO-PIROLISA BATUBARA KUALITAS RENDAH DAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. Hal 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan

BAB III TEORI DASAR. keterdapatannya sangat melimpah di Indonesia, khususnya di Kalimantan dan

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami kondisi geologi daerah penelitian.

PENGARUH ASAP TERHADAP SISTEM KOMUNIKASI PADA FREKUENSI 900 MHZ

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Tata Cara Pengambilan Data Pengambilan data volatile gas dari sensor sangat menentukan kehandalan diagnose yang akan didapatkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan data volatile gas, yaitu: Sensor yang digunakan dalam pengambilan data. Posisi tempat sensor diletakan. Kandungan volatile matter ditentukan berdasarkan pengukuran berat yang hilang bila batubara dipanaskan pada kondisi spesifik tanpa udara luar serta dikoreksi dari jumlah kadar air. Letak sensor terdapat pada sisi masuk (inlet) batubara menuju tempat penyimpanan (bunker) dan sisi keluaran (outlet) bunker. Sehingga terjadi dua kali pengambilan data yang dilakukan yaitu pada saat batubara masuk dan pada saat batubara keluar bunker. 34

35 Gambar 4.1 Inlet-Outlet Bunker Pengambilan data dilakukan pada sebuah tempat dimana tempat tersebut berpotensi tejadinya self combustion. Data tersebut diperoleh dari sebuah sensor yang kemudian sensor akan menirimkan data menuju modul dan selanjutnya akan di interfacing dan diolah datanya oleh aplikasi sehingga akan menunjukan keluaran berupa perintah penanggulangan yaitu spray water. Data inputan dari sensor akan diolah modul dan keluaran modul akan di interfacing. Data interfacing tersebut adalah Hidrocarboon (%), metan (%), dan karbon monoksida (%). Aplikasi Interfacing (delpi) akan mengolah data dan hasil keluarannya berupa Volatile Matter.

36 Dengan bantuan data laboratoium yang berupa ash content, fixed cabon, dan ukuran batubara (mesh). Nilai Harga volatile ratio dapat ditentukan dengan mengolah data pada aplikasi. 4.2 Pengolahan Data Aplikasi Pada pengambilan data telah dijelaskan bahwa hasil input dari sensor akan diolah oleh modul dan selanjutnya dikirimkan untuk di interfacig dan diolah oleh aplikasi. Pada Skripsi ini akan membahas cara aplikasi mengolah data. Data hasil sensing akan menampilkan harga Hidrokarbon (%), metan (%), dan ukuran batubara (mesh). Harga tersebut merupakan acuan pada perhitungan volatile matter (%). Volatile matter merupakan nilai rata-rata dari harga hasil sensing tersebut. Harga volatile matter akan menghasilkan volatile ratio. Harga volatile ratio >12% kemungkinan ledakan selalu ada. Aplikasi deteksi ini mebatasi output spray water, yaitu apabila nilai volatile ratio kurang atau sama dengan 12 % tidak ada perintah spray. Apabila nilai volatile ratio kurang dari 50% dan lebih dari 13% perintah spray selama 2 detik. Dan apabila harga volatile ratio lebih dari 50% perintah spray selama 5 detik.

37 Komponen abu juga sangat berpengaruh pada terjadinya bahaya ledakan. Kandungan abu lebih dari atau sama dengan 70% maka tidak ada perintah spray. Apabila kandungan abu kurang dari 70% dan lebih dari 30% perintah spray selama 2 detik. Dan apabila kandungan abu kurang atau sama dengan 30% perintah spray selama 4 detik. Partikel ukuran batubara juga merupakan salah satu penyebab terjadinya ledakan. Apabila nilai partikel lebih atau sama dengan 150 mesh, perintah spray pada aplikasi selama 3 detik. Apabila partikel ukuran kurang dari atau sama dengan 100 mesh tidak ada perintah spray. Dan apabila partikel kurang dari 150 mesh dan lebih dari 100 mesh maka perintah spray selama 1 detik. 4.3 Langkah Pengujian Aplikasi 1. Buka aplikasi, maka akan muncul tampilan layar gambar 4.2 2. Run program, kemudian masukan nilai data kondisi dari hasil laboraturium, 3. Masukan nilai gas sensing I, 4. Klik analyze untuk mengetahui waktu spray tingkat pertama, 5. Masukan nilai data gas sensing II, 6. Klik analyze gas yang kedua untuk hasil akumulasi waktu kedua, 7. Tombol clear untuk menghapus data, 8. Tombol close untuk keluar.

38 Gambar 4.2 Tampilan Aplikasi Gambar 4.3 Tampilan sensing I

39 Pada langkah pengujian gambar 4.3 hydrocarbon terbaca pada sensor sebesar 60%, gas methan 50% dan gas carbon monoksida 40% maka akan didapat nilai volatile matter sebesar 50%. Pada hasil pengujian batubara di laboratorium didapatkan nilai ash containt, ukuran partikel dan fixed carbon. Data hasil laboratorium berupa fixed carbon merupakan sebuah nilai yang bersama dengan volatile matter dapat dikonversi menjadi volatile ratio. Pada gambar 4.3 nilai fixed carbon sebesar 44% dan hasil perhitungan data volatile matter sebesar 50%. Maka dapat diketahui nilai volatile ratio yaitu 53.1914%. Dalam gambar tetulis data batubara hasil laboratorium yaitu ash contain (5.9%), ukuran partikel (200 mess) dan fixed carbon (44%). Dan nilai hasil perhitungan main program 1 dan main program 2 didapat hasil volatile matter (50%) dan volatile ratio (53.1914%). Berdasarkan main program 3, perhitungan output berupa spray dapat diketahui. Volatile ratio kurang dari atau sama dengan 12 % tidak ada perintah spray. Volatile ratio kurang dari 50% dan lebih dari 13% perintah spray selama 2 detik. Volatile ratio lebih dari 50% perintah spray selama 5 detik. Jadi pada volatile ratio spray sebesar 5 detik. Main program 3 juga mengolah data ash containt dan nilai partikel batubara. Kandungan abu lebih dari atau sama dengan 70% maka tidak ada perintah spray. Kandungan abu kurang dari

40 70% dan lebih dari 30% perintah spray selama 2 detik. Kandungan abu kurang dari atau sama dengan 30% perintah spray selama 4 detik. Nilai ukuran partikel lebih dari atau sama dengan 150 mesh, perintah spray selama 3 detik. Partikel ukuran kurang dari atau sama dengan 100 mesh tidak ada perintah spray. Partikel kurang dari 150 mesh dan lebih dari 100 mesh perintah spray selama 1 detik. Jumlah spray pada gambar 4.3 merupakan penjumlahan dari total spray volatil ratio, ash contain dan nilai spray berdasarkan ukuran partikel batubara. Jumlah spray dari volatile ratio sebesar 5 detik, jumlah spray dari ash containt sebesar 4 detik, dan jumlah spray dari ukuran partikel batubara sebesar 3 detik. Dan hasil penjumlahannya sebesar 12 detik. Sedangkan pada gambar 4.4 sensing data yang kedua didapat nilai hydrocarbon (20%), gas methane (10%), dan carbon monoksida (10%). Sehingga didapat nilai volatile matter 13.333%. perhitungan: Dan didapat nilai volatile ratio sebesar 23.2558% dengan proses Setelah hasil tersebut didapat, main program 3 sensing kedua dapat mengolah data yang hasilnya adalah volatile ratio selama 2 detik, pada ash

41 containt selama 4 detik, dan pada ukuran partikel batubara spray sebesar 3 detik. Sehingga pada gambar 4.4 hasil penjumlahannya adalah 9 detik. Gambar 4.4 Tampilan Sensing II 4.4 Data Sample Ledakan debu batubara disebabkan oleh ukuran partikel debu (>20 mesh atau 0,833 mm) dan hubungan antara zat terbang dan derajat peledakan. Apabila volatile ratio >0,12 maka kemungkinan terjadinya ledakan batubara selalu ada. Bila komponen abu dalam debu batubara > 70% - 80% maka tidak perlu takut bahaya ledakan. Kondisi akan meledak terjadi bila partikel-partikel halus cukup waktu mengembang (floating time). Juga adanya gas-gas pembakar dalam udara dapat membantu terjadinya peledakan.

42 Pengambilan data volatile diambil pada area yang berpotensi adanya ledakan. Area Scrapper Conveyor merupakan tempat strategis terjadinya ledakan. hal ini dikarenakan pada area tersebut merupakan tempat berkumpulnya batubara menuju bunker dan tempat berkumpulnya udara panas. Table 4.1 Data Penyulut Ledakan ukuran partikel (mesh) debu air zat terbang karbon tetap abu 35-48 41,5 0,70 45,58 49,10 4,62 48-65 47,5 0,64 45,11 50,20 4,05 65-100 51,2 0,33 44,65 50,44 4,58 100-150 65,5 0,30 44,73 49,73 5,24 150-200 76,2 0,30 44,41 49,72 5,57 200-270 80,0 0,34 45,47 46,36 7,83 >270 82,0 0,48 46,68 44,41 8,43 Data yang diterima sensor selanjutnya akan diproses oleh aplikasi computer dan akan memberikan cara penanganan atas kondisi tersebut. Penanganan berupa spray water yang memiliki tekanan sekitar. 4.5 Analisa data Dari hasil percobaan data yang dilakukan pada batubara dari tambang Adaro dan bukit asam yang memiliki data sebagai berikut:

43 Tabel 4.2 Sampling and Analysis Adaro Parameter Unit Result Total Moisture % Inherent Moisture % 10.26 Ash Content % 5.97 Volatile matter % 41.33 fixed carbon % 42.44 total Sulfur % 0.60 Gross Calorific Value Kcal/Kg 6111 Dari hasil sampling tersebut dapat diketahui ash content, Carbon, dan ukuran batubara yang di distribusikan. Dengan menggunakan Persamaan dibawah ini, analyze spray water akan memiliki data: Jumlah spray pada volatile ratio kurang dari 50% dan lebih dari 13% perintah spray selama 2 detik. Jumlah spray pada ash containt kurang dari 30% perintah spray selama 4 detik. Jumlah spray pada ukuran partikel batubara 150 mesh, perintah spray selama 3 detik. Maka total jumlah spray adalah 9 detik.

44 Tabel 4.3 Tabel gas sensing I Parameter satuan Result volatile ratio % 32.258 Hydrocarbon % 20 Methane % 20 As Content % 5.9 Volatile matter % 20 fixed carbon % 42 monoxide carbon % 20 Spray second 9 ukuran partikel mesh 150 Tabel 4.4 Tabel Sensing II Parameter Unit Result volatile ratio % 26.315 hydrocarbon % 15 methane % 15 As Content % 5.9 Volatile matter % 15 fixed carbon % 42 monoxide carbon % 15 spray second 9 ukuran partikel mesh 150 Pada tabel 4.4 dilakukan sensing kedua dengan hydrocarbon (15%), methane (15%), dan monoxide carbon (15%). Volatile matter sebesar 15% yang diperoleh dari perhitungan: Nilai volatile ratio sebesar 32.258% yang merupakan keluaran dari perhitungan:

45 Jumlah spray pada ash contain selama 4 detik karena nilainya kurang dari 30%, jumlah spray pada ukuran partikel selama 3 detik karena ukuran batubara 150 mess, dan jumlah spray pada volatile ratio selama 2 detik karena nilainya kurang dari 50% dan lebih dari 13%. Maka jumlah spray adalah 9 detik.