BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan perubahan Kurikulum 2013 merupakan sebuah ikhtiar dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peran penting dalam kehidupan manusi,sebab

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

B. IDENTIFIKASI MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peran penting dalam kehidupan manusi,sebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 7915/D/Kp/2014 memutuskan tentang petunjuk teknis pemberlakuan kurikulum

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Di belahan bumi manapun terdapat

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. didik di perlukan proses belajar-mengajar. Belajar merupakan tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Pasal 1 Ayat (2) Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran (Munib, 2010: Hal.139). Pendidikan Nasional Bab I pasal 3 menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

Agusnoto. SD Negeri Ketitangkidul, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NI KOMANG MEGASARI SARENGAT MUNCARNO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan formal merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG

I. PENDAHULUAN. selanjutnya. Penyelenggaraan pendidikan dasar bertujuan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kita semua, baik orang tua, sekolah maupun masyarakat meningkatkan kualitas

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang mampu bersaing di dunia internasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih berjalan terus. (Ihsan, 2008:7) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia saat ini telah mengalami beberapa perubahan yang terjadi karena dilakukannya berbagai usaha pembaharuan dalam proses pendidikan. Salah satu permasalahan yang dihadapi pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Mutu pendidikan dikatakan baik jika proses belajar mengajar efektif dan efisien sehingga siswa dapat mencapai kemampuan intelektual, sikap, dan keterampilan yang diharapkan. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah dengan cara melalui perbaikan proses belajar mengajar. Kebijakan perubahan Kurikulum 2013 merupakan sebuah ikhtiar dan wujud dari prinsip dasar kurikulum change and continuity yaitu perubahan yang dilakukan secara terus menerus berupa hasil dari kajian, evaluasi, kritik, respon, prediksi, dan berbagai tantangan yang dihadapi. Kurikulum 2013 diyakini sebagai kebijakan strategis dalam menyiapkan dan menghadapi tantangan dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan. Kebijakan kurikulum 2013 akan mampu memerankan fungsi penyesuaian (the adjusted or adaptive function), yaitu kurikulum yang mampu mengarahkan peserta didiknya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang terus berubah.

2 Kurikulum 2013 mengintegrasikan tiga ranah kompetensi yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dalam implementasinya terangkum dalam Kompetensi Inti 1 (KI-1) berupa sikap spiritual, Kompetensi Inti 2 (KI-2) berupa sikap sosial, Kompetensi Inti 3 (KI-3) berupa pengetahuan, dan Kompetensi Inti 4 (KI-4) berupa keterampilan. Kurikulum memiliki fungsi dan peran yang sangat penting dan strategis. Meskipun bukan satu-satunya faktor utama keberhasilan proses pendidikan, kurikulum menjadi petunjuk dan arah terhadap keberhasilan pendidikan. Kurikulum menjadi penuntun (guide) para pelaksana pendidikan, tenaga kependidikan untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuannya dalam mengembangkan dan menjabarkan berbagai materi dan perangkat pembelajaran. Menurut Syaiful Sagala (2011 : 234) menyebutkan kurikulum adalah Seperangkat rencana dan peraturan mengenai sisi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Paradigma Belajar Abad 21 Perlu disadari bahwa dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini, maka guru kini bukan satusatunya sumber pengetahuan di kelas. Melalui perubahan struktur masyarakat, perkembangan metode pengajaran, dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, peserta didik bisa mendapatkan pengetahuan dari berbagai sumber. Tema Perubahan Kurikulum 2013 adalah dapat menghasilkan manusia Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Pengembangan kurikulum 2013 untuk mendorong peserta didik atau

3 siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang diperoleh atau diketahui setelah siswa menerima materi pembelajaran. Penelitian ini secara komprehensif akan mengkaji dan mewujutkan kan pada penguatan sikap dan pengetahuan yang dilaksanakan di kelas II. Aspek yang akan dikembangkan pada subtema ini adalah sikap percaya diri dan teliti, sedangkan aspek pengetahuannya adalah berupa tes tertulis yang ditunjukkan dengan nilai hasil belajar peserta didik. Menurut Thantawy dalam Balqis (2013 : 92) menyatakan bahwa Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan. DR. Robert Anthony dalam Balqis ( 2013 : 93) menyatakan bahwa Kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang yang diperoleh melalui monolog dengan dirinya sendiri yang bersifat internal, keyakinan yang mendukung pencapaian berbagai tujuan hidup untuk tidak berputus asa walaupun menemui kegagalan. Permasalahan kepercayaan diri dan kurang teliti siswa tentu akan berdampak terhadap hasil belajar siswa yang cenderung akan menurun dan kurang maksimal. Hal ini ditandai dengan saat proses kegiatan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam mengukur kemampuan penguasaan materi, siswa akan merasa enggan, malu serta tidak merasa percaya diri akan kemampuan yang di milikinya serta menjadi tidak cermat dan teliti dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Karena pada saat berlangsungnya pembelajaran siswa hanya duduk, diam serta tidak mau bertanya meski sudah dipersilahkan oleh guru untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Yang pada kenyataanya sebagian besar cara mengajar seperti ini ( teachers centered )

4 tidak efektif karena hanya sebagian siswa saja yang dapat menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Peneliti pada saat pembelajaran berlangsung di kelas II SDN Halimun pada subtema Hidup Rukun dengan Teman Bermain. Menunjukkan bahwa adanya kurang kepercayaan diri dan teliti siswa dalam aktivitas pembelajaran, kurangnya keberanian siswa untuk tampil didepan kelas, kurang berani dalam mengemukakan pendapat, tidak berani presentasi didepan kelas, ceroboh dan kurang berhati-hati dalam menyelesaikan tugas, serta kurangnya ketepatan dalam mengerjakan tugas yang diberikan sehingga berdampak terhadap hasil belajar siswa yang rendah. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) siswa pada kelas II disekolah ini yaitu 75 dengan jumlah siswa 32 orang. Siswa yang mencapai KKM 75 yaitu 47% sedangkan siswa yang masih belum mencapai KKM 75 yaitu 53%. Dari hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa penguasaan dan pencapaian hasil belajar siswa yang belum tuntas. Nana Sudjana (2010 : 3 ) menyebutkan hasil belajar adalah : Perubahan tingkah laku siswa setelah melalui proses pembelajaran. Semua perubahan dari proses belajar merupakan suatu hasil belajar dan mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah melakukan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Bloom ( dalam, Nana Sudjana 2010 : 23) hasil belajar dalam rangka studi yang dicapai melalui tiga katagori ranah yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: a) Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilian.

5 b) Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, karakterisasi, dengan suatu nilai atau kompleks nilai. c) Ranah Psikomotor Meliputi gerakan refleks, keterampilan pada gerakan-gerakan terbimbing, kemampuan perseptual (termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif, motorif, dan gerakan-gerakan skill). Beberapa faktor menyebabkan rendahnya hasil belajar kelas IIA SDN Halimun Bandung dikarenakan pembelajaran yang kurang bervariatif, pembelajaran hanya mengandalkan metode ceramah dan metode penugasan berupa menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas yang ada di buku siswa, proses pembelajaran terlihat sangat monoton dan tidak menarik bagi siswa sehingga membuat siswa menjadi mudah bosan dan kurang termotivasi. Cepi Ihwan Cahlian (2013), dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Discovery Learning dengan menggunakan media puzzle dapat meningkatkan percaya diri siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V SDN Pasirhuni I Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning dengan menggunakan media Puzzle dapat meningkatkan pemahaman konsep kerngka dimana jumlah siswa 30. Jumlah laki-laki 13 orang dan perempuan 17 orang pada siklus I hasil ulangan mencapai rata-rata 2,18 dan meningkat pada siklus II yaitu 3,70. Terdapat peningkatan pemahaman konsep kerangka manusia dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode pemelajaran Discovery Learning dimana terjadi peningkatan nilai dari siklus I 6,22 menjadi 8,80 pad siklus II.

6 Anyalintang A.R. (2012) dalam penelitiannya yag berjudul Peningkatan Hasil belajar siswa pada konsep benda dan sifatnya pada mata pelajarn IPA. Penelitian ini dilakukan di SDN Tarikolot Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang pada siswa kelas V dengan menggunakan metode Discovery Learning. Kondisi tersebut dipandang perlu diadakan perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran untuk menumbuhkan sikap percaya diri, teliti dan meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu cara untuk meningkatkan nilai hasil belajar siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran yaitu guru harus mampu memilih dan menggunakan metode yang tepat. Model yang akan digunakan pada penelitian kali ini yaitu model pembelajaran Discovery Learning. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat meningkat keaktifan dan hasil belajar siswa pada konsep benda dan sifatnya pada mata pelajarn IPA, hal ini dibuktikan dari hasil tes yang meningkat dari pengamatan awal yang dilakuakan peneliti kemudian pelaksanaan siklus I sampai pelaksanaan siklus II yang berhasil mencapai target KKM yaitu sebanyak 95,2% dari keseluruhan siswa. Oemar Hamalik dalam Takdir Illahi, (2012 : 29) menyatakan bahwa Discovery adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan. Menurut Takdir Illahi dalam bukunya (2012 : 33) mengemukakan bahwa Discovery Learning merupakan salah satu metode yang memungkinkan para anak didik terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mampu menggunakan proses mentalnya untuk menemukan suatu konsep atau teori yang sedang dipelajari.

7 Model pembelajaran Discovery merupakan suatu metode yang menitikberatkan pada aktivitas peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model ini, pendidik hanya bertindak sebagai fasilisator dan pembimbing yang mengarahkan peserta didik. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul Penerapan model discovery learning untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan teliti dalam meningkatkan hasil belajar siswa (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Tematik Tema Hidup Rukun Subtema Hidup Rukun dengan Teman Bermain Kelas II SDN Halimun Kecamatan Lengkong kota Bandung Tahun Ajaran 2016/2017). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Pembelajaran yang cenderung hanya menggunakan metode ceramah sehingga menyebabkan pembelajaran menjadi kurang menarik. 2. Proses pembelajaran yang belum sesuai dengan kompetensi yang terdapat dalam RPP. 3. Kurang kondusif siswa saat aktivitas belajar berlangsung. 4. Kurangnya keyakinan siswa terhadap kemampuan sendiri. 5. Tidak berani berpendapat, mengajukan dan menjawab pertanyaan. 6. Kurang berhati-hati pada saat menyelesaikan tugas.

8 7. Pada saat mengajar guru tidak menggunakan media pembelajaran, dikarenakan kurangnya kreativitas guru dalam membuat media pembelajaran, kebanyakan guru hanya terpacu pada buku buku. 8. Pembelajaran hanya berpusat pada guru (Teacher Center) sehingga siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. 9. Hasil belajar siswa pada pembelajaran subtema hidup rukun dengan teman bermain masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan sebesar 75. C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Untuk menjaga agar masalah terarah dan tidak meluas, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: a. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di kelas II SDN Halimun Kota Bandung. b. Penulis hanya menerapkan Model Pembelajaran Discovery Learning pada subtema Hidup Rukun dengan Teman Bermain. c. Tingkat ketercapaian dalam penelitian ini adalah menumbuhkan sikap percaya diri, teliti dan meningkatkan nilai hasil belajar siswa kelas II SDN Halimun Kota Bandung. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka dapat diajukan rumusan masalah adalah sebagai berikut :

9 1) Rumusan Masalah Umum Bagaimana penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan teliti dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas II SDN Halimun pada subtema Hidup Rukun dengan Teman Bermain? 2) Rumusan Masalah Khusus a. Bagaimana bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan teliti dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN Halimun pada subtema Hidup Rukun dengan Teman Bermain? b. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan teliti dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas II SDN Halimun pada subtema Hidup Rukun dengan Teman Bermain.? c. Bagaimana sikap rasa percaya diri dan teliti siswa setelah menerapkan model pembelajaran Discovery Learning pada siswa kelas II SDN Halimun pada subtema Hidup Rukun dengan Teman Bermain? d. Seberapa besar peningkatan nilai hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran Discovery Learning pada dikelas II SDN Halimun pada subtema Hidup Rukun dengan Teman Bermain?

10 D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah : Kegiatan penelitian ini secara umum bertujuan untuk menerapkan model pembelajaran Discovery Learning untuk menumbuhkan sikap percaya diri, teliti dan hasil belajar siswa pada subtema hidup rukun dengan teman bermain pada siswa kelas II SDN Halimun Kot Bandung. 2. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning untuk menumbuhkan sikap percaya diri, teliti dan meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema hidup rukun dengan teman bermain siswa kelas II SDN Halimun. b. Melaksanakan pembelajaran menggunaan Model Pembelajaran Discover Learning untuk menumbuhkan sikap percaya diri, teliti dan meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema hidup rukun dengan teman bermain siswa kelas II SDN Halimun. c. Menumbuhkan sikap percaya diri siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning pada subtema hidup rukun dengan teman bermain siswa kelas II SDN Halimun. d. Menumbuhkan sikap teliti siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning pada subtema hidup rukun dengan teman bermain siswa kelas II SDN Halimun.

11 e. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning pada subtema hidup rukun dengan teman bermain siswa kelas II SDN Halimun. E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang diperoleh, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan bagi pengembangan keilmuan oleh guru-guru Sekolah Dasar dalam sebuah proses pembelajaran. Selain itu juga untuk menambah wawasan keilmuan tentang penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam menumbuhkan Rasa Percaya Diri dan Sikap Teliti dalam Meningkatkan Hasil Belajar siswa di Kelas II SDN Halimun. 2. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu memberikan referensi dan manfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi beberapa pihak. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat bagi siswa 1) Mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, aktif dan tidak membosankan sehingga peserta didik dapat mengembangkan kreatifitas, kemampuan dan pendapatnya dalam proses pembelajaran. 2) Dapat melatih siswa dalam menumbuhkan rasa percaya diri dan pemahaman terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan belajar mengajar.

12 3) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan dalam proses pembelajaran. b. Manfaat bagi guru 1) Memperluas dan memperkaya pemahaman guru dalam penerapan model pembelajaran Discovery Learning dalam Proses Pembelajaran. 2) Meningkatkan kompetensi, profesionalitas serta kreatifitas guru sekolah dasar dalam proses pembelajaran. 3) Memberikan pengetahuan dalam menyusun dan mengola perencanaan dan kegiatan belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. c. Manfaat bagi sekolah 1) Dapat menambah referensi tentang model pembelajaran yang digunakan dalam membantu tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. 2) Dapat meningkatkan kualitas dan fungsi sekolah dasar sebagai sarana dan prasarana pendidikan dalam menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran. d. Manfaat bagi peneliti 1) Dengan melakukan penelitian secara langsung, penelitian bisa memperoleh pengalaman dan wawasan pembelajaran. Dari penelitian yang dilakukan tersebut diharapkan dapat memberikan masukan atau referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya tentang penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam upaya meningkatkan berbagai kemampuan peserta didik baik itu berupa, rasa percaya diri, Kemandirian, Rasa Ingin Tahu,

13 Motivasi, Pemahaman, Cara Berfikir, dan Kemampuan yang lainnya dalam pemahaman belajar Tematik. 2) Membantu peneliti dalam membuat karya ilmiah (skripsi/jurnal) dalam menempuh jenjang Sarjana Pendidikan S-1 program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. F. Definisi Operasional 1. Model Pembelajaran Discovery Learning Muhammad Takdir Illahi dalam bukunya (2012 : 33) mengatakan Discovery Learning merupakan salah satu metode yang memungkinkan para anak didik terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mampu menggunakan proses mentalnya untuk menemukan suatu konsep atau teori yang sedang di pelajari. Oemar Hamalik dalam Takdir Illahi, (2012 : 29) menyatakan bahwa Discovery adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan. Pembelajaran dengan model Discovery Learning menekankan proses mencari dan menemukan, sehingga peran siswa dalam model ini mencari dan menemukan sendiri konsep atau teori dari informasi yang diperoleh dalam memecahkan suatu permaslahan yang dihadapi, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan membimbing siswa. Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa Discovery berarti menemukan, dimana siswa memiliki peranan yang maksimal untuk menemukan cara pemecahan masalah yang sedang terjadi secara langsung dengan merumuskan sendiri pemecahan masalah yang sedang dipelajari.

14 2. Percaya Diri Thantawy dalam Balqis (2013 : 92) mengemukakan bahwa Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan. Menurut Sarastika (2014 : 49) orang yang percaya diri memiliki sikap atau perasaan yang yakin pada kemampuan sendiri. Keyakinan itu dapat muncul setelah seseorang tahu apa yang dibutuhkan dalam hidupnya. Lauster (2012 : 4) dalam skripsi Rama Wijaya (2011 : 31) berpendapat bahwa percaya diri adalah suatu sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun objek sekitarnya sedemkian rupa sehingga menimbulkan perasaan mampu, yakin, atau dapat melakukan sesuatu sesuai dengan yang di inginkan. Yang dimaksud percaya diri dalam penelitian ini yaitu timbulnya keyakinan yang ada pada diri sendiri terhadap kemampuan yang dimilikinya yang bertujuan untuk menumbuhkan keberanian dalam mengemukakan atau berbuat sesuatu sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan aktif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih maksimal. 3. Teliti Dalam kamus besar bahasa Indonesia, teliti di artikan dengan cermat, seksama, dan hati-hati, sedangkan cermat di artikan dengan seksama, teliti, berhati-hati dalam mengerjakan sesuatu. Alfath (2009 : 32) bahwa teliti adalah cermat atau seksama, berhati-hati, penuh perhitungan dalam berfikir dan bertindak, serta tidak tergesa-gesa dan tidak ceroboh dalam melaksanakan kegiatan.

15 Teliti berarti cermat dan saksama dalam menjalankan sesuatu. Orang yang teliti ditunjukkan dengan cermat, penuh minat, dan berhati-hati dalam menjalankan sesuatu agar tidak terjadi kesalahan. Jadi, yang dimaksud sikap teliti yaitu memiliki tingkat kepekaan yang tinggi sehingga sangat berhati-hati dalam menjalankan tugas, sikap teliti perlu dimiliki oleh setiap orang, sehingga pada setiap ingin melakukan ataupun memutuskan sesuatu selalu memikirkannya lebih hati-hati dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan. 4. Hasil Belajar Purwanto (2011 : 46), hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sudjana (2010 : 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnnya. Hasil belajar merupakkan bagian terpenting dalam pembelajaran. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.