Kartika Purwitasari, Achfas Zacoeb, Siti Nurlina ABSTRAK Kata Kunci : 1. Pendahuluan

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN BERAT ISI DAN REMBESAN BATA BETON RINGAN DENGAN PENAMBAHAN MINERAL ALAMI ZEOLIT ALAM TERTAHAN SARINGAN NO.80

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN TEGANGAN-REGANGAN BATA BETON RINGAN DENGAN PENAMBAHAN MINERAL ALAMI ZEOLIT ALAM TERTAHAN SARINGAN NO.

Kata kunci : bata beton ringan, perawatan, kuat tekan, tegangan-regangan, zeolit.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

Pengujian agregat dan kuat tekan dilakukan di Laboratorium Bahan

Berat Tertahan (gram)

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN

BAB IV METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

PENGARUH PEMAKAIAN AGREGAT KASAR DARI LIMBAH AMP TERHADAP KUAT TEKAN BETON fc 18,5 MPa

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO DAN FLY ASH DENGAN MENGGUNAKAN FOAM AGENT

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK TERHADAP BERAT JENIS DAN KUAT TEKAN PADA BETON RINGAN RAMAH LINGKUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan cepat. Hal ini disebabkan karena beberapa keuntungan dari penggunaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

Scanned by CamScanner

untuk mencapai workabilitas dan nilai slump rencana terhadap kuat tekan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO SEBAGAI BAHAN CAMPURAN PADA PEMBUATAN BETON RINGAN DENGAN MENGGUNAKAN TAMBAHAN BUIH DAN SERAT ALAM

BAB I PENDAHULUAN. lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Secara struktural

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bidang konstruksi, pemakaian beton yang cukup besar memerlukan usaha-usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI PENGISI DALAM PEMBUATAN BETON

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

PEMBUATAN BATA RINGAN MENGGUNAKAN LIMBAH PENGGERGAJIAN BATU ANDESIT ABSTRAK

Beton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

Pemanfaatan Limbah Sludge Kertas PT.Adiprima Suraprinta dalam Pembuatan Batako ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat beton itu. Departemen Pekerjaan Umum 1989-(SNI ). Batako terdiri dari beberapa jenis batako:

BAB III LANDASAN TEORI

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

PEMBUATAN BATAKO DENGAN MEMANFAATKAN CAMPURAN FLY ASH DAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN KADAR YANG TINGGI

PEMANFAATAN LIMBAH GAS KOLEKTOR HASIL PENGOLAHAN LOGAM PT. KRAKATAU STEEL CILEGON SEBAGAI BAHAN CAMPURAN CONBLOCK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUANb Latar Belakang Permasalahan

LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN

ABSTRAK. Pengaruh Penambahan Tras Batu Bata Terhadap Kuat Tekan Mortar Sebagai Bahan Dasar Paving Block.

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KUALITAS BATA BETON DARI BAHAN PASIR KALIJALI DENGAN CAMPURAN SEMEN PADA BERBAGAI VARIASI CAMPURAN LEBIH DARI 28 HARI

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Berat Tertahan (gram)

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

Heri Sujatmiko Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkatnya suatu proses produksi dapat berpengaruh juga akan

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

Transkripsi:

PERBANDINGAN BERAT ISI DAN REMBESAN BATA BETON RINGAN DENGAN PENAMBAHAN MINERAL ALAMI ZEOLIT ALAM BERGRADASI TERTENTU DENGAN DAN TANPA PERAWATAN KHUSUS Kartika Purwitasari, Achfas Zacoeb, Siti Nurlina Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail: kartikapurwitasari@gmail.com ABSTRAK Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi, dibutuhkan kualitas bata beton yang lebih baik salah satunya lebih awet. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penyelesaian yang dapat memberikan keawetan namun dengan bahan yang dapat dengan mudah diindustrikan dan juga ramah lingkungan salah satunya zeolit karena mengandung banyak alumina silika (SiO 2 ) namun masih memiliki massa jenis yang cukup ringan. Penelitian dilakukan dengan membuat 3 buah sampel benda uji variasi kadar penambahan zeolit pada benda uji yaitu 0%, 10%, dan 20%, sedangkan variasi perlakuan benda uji yaitu dengan perawatan (DP) dan tanpa perawatan (TP). Zeolit yang digunakan memiliki gradasi tertentu (lolos saringan no. 80 (0,180 mm), no. 100 (0,149 mm), dan no. 200 (0,075 mm)). Pengujian berat isi dilakukan pada umur 7, 14, 21, dan 28 hari sedangkan pengujian dilakukan pada umur 28 hari. Hasil pengujian berat isi pada masing-masing variasi penambahan 0% TP, 0% DP, 10% TP, 10% DP, 20% TP, dan 20% DP pada umur 28 hari berturutturut adalah 0,699 gr/cm 3, 0,704 gr/cm 3, 0,684 gr/cm 3, 0,694 gr/cm 3, 0,722 gr/cm 3, 0,725 gr/cm 3. Dari hasil tersebut terlihat bahwa selalu terjadi peningkatan berat isi setiap penambahan kadar zeolit. Sedangkan pada pengujian didapatkan nilai dari masing-masing variasi penambahan 0% TP, 0% DP, 10% TP, 10% DP, 20% TP, dan 20% DP pada umur 28 hari berturut-turut adalah 2,315 cm 3 /menit, 2,685 cm 3 /menit, 2,870 cm 3 /menit, 2,963 cm 3 /menit, 1,574 cm 3 /menit, 2,222 cm 3 /menit. Berdasarkan hasil diatas didapatkan bahwa selalu terjadi penurunan setiap penambahan kadar zeolit. Dengan adanya penambahan zeolit yang ditambahkan menunjukkan semakin besarnya berat isi dan semakin menurunnya. Hal ini dikarenakan zeolit yang diberikan mengisi rongga-rongga kecil yang ada di dalam bata beton ringan sehingga kepadatan meningkat. Sehingga hal itu menyebabkan berat isi yang meningkat dan bata beton ringan yang lebih tahan terhadap. Kata Kunci : bata beton ringan, zeolit, berat isi,, perawatan, keawetan 1. Pendahuluan Material bata beton ringan khususnya di wilayah Indonesia masih jarang ditemui. Hal ini dikarenakan masih sedikitnya industri yang mengembangkan bata beton ringan. Saat ini, kebutuhan bata beton ringan di Indonesia sebagian besar masih didominasi oleh perusahaan asing yang mengimpornya ke Indonesia. Pemakaian yang masih populer digunakan di Indonesia adalah bata merah. Padahal pembuatan bata merah ini menggunakan pembakaran dimana akan menyebabkan polusi udara dan tentu saja hal itu sangat tidak ramah bagi lingkungan. Batu bata lebih banyak diproduksi karena industri di Indonesia lebih mengutamakan menggunakan sumber daya alam lokal. Terlihat bahwa penggunaan sumber daya alam di Indonesia untuk produksi bata beton ringan belum optimal. Namun seiring dengan semakin berkembangnya teknologi, dibutuhkan kualitas yang lebih baik salah satunya lebih awet. Dibutuhkan suatu penyelesaian yang dapat memberikan kekuatan dan keawetan bata beton ringan namun dengan bahan yang dapat dengan mudah diindustrikan dan juga ramah lingkungan. Zeolit adalah salah satu material yang dirasa tepat untuk digunakan sebagai bahan tambah karena mengandung 61,13% alumina silikat (SiO 2 ) didalamnya dimana unsur tersebut merupakan suatu unsur yang memiliki kekerasan cukup tinggi. Selain itu, zeolit alam merupakan salah satu material yang memiliki massa jenis yang cukup ringan jika dibandingkan dengan bahan tambang 1

sejenis lainnya. Dalam hal ini zeolit dapat mengisi celah-celah lemah yang masih terdapat di antara agregat pada campuran klasik yang tidak dapat teratasi oleh pasta semen biasa. Selain itu, di daerah Jawa Timur sendiri bahan ini banyak ditemukan di daerah Malang Selatan tepatnya di kecamatan Sumbermanjing. Zeolit berfungsi sebagai bahan tambah atau pengisi rongga kosong yang tidak dapat teratasi oleh pasta semen sehingga diharapkan dapat memberikan pengaruh pada dan berat isi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari penambahan zeolit alam terhadap berat isi dan bata beton ringan. Dalam penelitian ini akan digunakan zeolit yang berasal dari daerah kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang yang mempunyai gradasi tertentu (lolos saringan no. 80 (0,180 mm), no. 100 (0,149 mm), dan no. 200 (0,075 mm)). Variasi pada benda uji adalah kadar penambahan zeolit dan pelakuannya (dengan perawatan (DP) dan tanpa perawatan (TP)) yaitu 0% DP, 0% TP, 10% DP, 10% TP, 20% DP dan 20% TP. 2. Bahan dan Metode 2.1. Bahan a. Semen Portland Pozzolan Semen Portland Pozzolan adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogen antara semen Portland dan pozzolan halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan pozzolan bersama-sama dimana kadar pozzolan 15 hingga 40% massa semen Portland Pozzolan. Semen Portland Pozzolan memenuhi persyaratan SNI 15-0302-2004 type IP-U. b. Pasir Menurut Suseno (2010), pasir (sand) adalah suatu bahan bangunan yang diperoleh dari hasil penggalian lapisan tanah pembentuk kerak bumi (soil) yang berbentuk butiran, bersifat lepas tidak tersementasi, bersifat tidak kohesif (tidak saling berikatan) dan merupakan hasil letusan gunung berapi atau pelapukan dari batuan yang telah ada akibat pengaruh cuaca. Pasir yang digunakan adalah pasir Lumajang yang bergradasi pada zona 3. c. Foaming Agent Foaming agent adalah zat yang mampu memperbesar volume bata beton ringan. Macam foaming agent yaitu buatan dan alami. Pada penelitian ini akan digunakan chemical foam. d. Air Air diperlukan pada pembuatan bata ringan untuk memicu proses kimia semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan bata. Air mempunyai peranan penting dalam proses pencampuran, maka penambahan air harus disesuaikan dengan kebutuhan agar tercapai kemudahan pengerjaan serta tercapai mutu yang diinginkan. Air yang digunakan harus sesuai dengan SNI 03-6817-2002. e. Bahan Tambah Untuk keperluan tertentu, terkadang campuran baik beton maupun bata beton ringan masih ditambahkan bahan tambah berupa zat-zat kimia tambahan (chemical additive) dan mineral/material tambahan. Pada penelitian ini bahan tambah yang akan digunakan adalah zeolit. Zeolit berfungsi pengisi rongga kosong yang tidak dapat teratasi oleh pasta semen. 2.2. Komposisi Campuran Ukuran dari bata ringan yang dibuat adalah. Pembuatan benda uji dilakukan di pabrik pembuatan bata beton ringan PT Banon Con di Sidoarjo Jawa Timur. Perbandingan komposisi bahan campuran terlihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Perbandingan komposisi bahan campuran 2

* Pada pelaksaannya, terdapat kesalahan penambahan foaming agent menjadi 1,2 liter karena gangguan mesin foam generator. 2.3. Metode Pengujian a. Berat isi Langkah pengujian berat isi bata beton ringan dapat dilihat pada Gambar 2.1. Mulai Benda uji ( cm) yang telah melalui tahap perawatan dan tanpa perawatan diambil dari tempatnya. Benda uji masing-masing diberi tanda/nomor agar tidak saling tertukar. Benda uji yang permukaannya tidak rata diratakan dengan menggunakan ampelas beton Benda uji masing-masing ditimbang dan dicatat hasilnya Benda uji masing-masing diukur panjang lebar dan tingginya dan dicatat hasilnya Selesai Gambar 2.1. Diagram pengujian berat isi Dari hasil penimbangan dan pengukuran tersebut, dianalisa dengan menggunakan Persamaan 2.1 berdasarkan SNI-03-3402- 1994. (2.1) dengan: BI ( ) = Berat isi kering (kg/m 3 ) Bo = Berat benda uji dalam keadaan kering (kg) V = Volume benda uji (m 3 ) b. Rembesan Pengujian bata beton ringan diadopsi dari SNI-0096-2007 dan jurnal Karakteristik Fisik Campuran Batu Bata dengan Memanfaatkan Abu Sisa Pembakaran Limbah Kayu oleh Suryatmaja (2007). Langkah pengujian bata beton ringan dapat dilihat pada Gambar 2.2. Mulai Benda uji ( 5 9,5 cm) yang telah melalui tahap perawatan/tanpa perawatan diambil dari tempatnya. Benda uji masing-masing diberi tanda/nomor agar tidak saling tertukar. Benda uji yang permukaannya tidak rata diratakan dengan menggunakan ampelas beton Untuk benda uji dengan perawatan, benda uji diangin-anginkan dulu selama 24 jam baru kemudian diuji. Benda uji masing-masing ditimbang dan dicatat hasilnya Benda uji diletakkan pada alat uji dengan arah horisontal Setelah benda uji diletakkan pada alat uji, untuk mencegah air yang merembes secara cepat pada pinggir bata, maka pada pinggir kanan dan kiri bata ditambahkan malam (siller/silen). Lalu dituangkan air dari bagian atas benda uji setinggi 5 cm dari permukaan atas benda uji. Pengujian berlangsung selama 3 jam dalam suhu ruangan. Bila terjadi, catat waktu pada saat air mulai tampak merembes pada permukaan bata beton ringan. Catat pada saat air mulai menetes dari pada bata beton ringan. A 3

10 cm 5 cm A Benda uji diambil kemudian ditimbang Benda uji di oven selama 24 jam kemudian ditimbang Gambar 2.2. Diagram uji Dari hasil pengukuran tersebut, dianalisa dengan menggunakan Persamaan 2.2. (2.2) dengan v = Kecepatan (cm 3 /menit) Vol = Volume air yang masuk (cm 3 ) Br = Berat setelah (gram) B0 = Berat awal bata ringan (gram) air = Berat jenis air (kg/cm 3 ) t = Waktu (menit) Bata (25x20x10cm) Selesai 25 cm Air (5 cm) Cermin Gambar 2.3. Skema uji TAMPAK SAMPING ALAT UJI REMBESAN 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Uji Berat Isi Pengujian berat isi dilakukan pada umur 7, 14, 21, 28 hari. Setiap pengujian berat isi digunakan 3 benda uji untuk 6 macam komposisi. Data pengujian berat isi bata beton ringan dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan hubungan berat isi tiap variasi benda uji dengan umur benda uji terlihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Hubungan berat isi benda uji dengan umur Hasil perbandingan berat isi bata beton ringan tanpa zeolit dengan bata beton ringan dengan penambahan zeolit serta perbedaan antara beton ringan dengan perawatan dan tanpa perawatan pada umur 28 hari disajikan pada Tabel 3.2-3.4. Pada Tabel 3.2 dan tabel 3.3 dilakukan perbandingan dengan bata ringan penambahan 0%. Sedangkan pada Tabel 3.4 dilakukan perbandingan tiap variasi penambahan tanpa perawatan. Tabel 3.2. Perbandingan berat isi benda uji TP pada umur 28 hari Variasi bata ringan Rata-rata berat isi (gr/cm 3 ) Selisih berat isi (gr/cm 3 ) gr/cm 3 % Keterangan 0% TP 0,699 10% TP 0,684-0,016-2,240 Penurunan berat isi 20% TP 0,722 0,023 3,259 berat isi Tabel 3.3. Perbandingan berat isi benda uji DP pada umur 28 hari Tabel 3.4. Perbandingan berat isi benda uji pada umur 28 hari Tabel 3.1. Data berat isi bata ringan Umur Berat isi (gram/cm 3 ) (hari) 0% TP 10% TP 20% TP 0% DP 10% DP 20% DP 7 0,734 0,721 0,752 0,772 0,751 0,784 14 0,715 0,711 0,739 0,742 0,732 0,758 21 0,704 0,695 0,729 0,722 0,712 0,741 28 0,699 0,684 0,722 0,704 0,694 0,725 4

Dari perbandingan berat isi terlihat terdapat peningkatan berat isi pada benda uji yang diberikan penambahan zeolit 20% baik TP maupun DP. Sedangkan pada benda uji dengan penambahan mineral alam zeolit 10% TP dan DP mengalami penurunan berat isi. Bila tiaptiap variasi penambahan dibandingkan antara dengan perawatan dan tanpa perawatan selalu terjadi peningkatan berat isi. Adanya penurunan berat isi pada setiap variasi penambahan 10% dikarenakan adanya kesalahan teknis saat pembuatan benda uji di mana pemberian foaming agent oleh foam generator terlalu banyak sehingga pori yang dihasilkan semakin besar. Akibatnya benda uji menjadi terlalu ringan sehingga berat isi menjadi lebih kecil. Selain itu karena zeolit langsung ditambahkan bukan sebagai pengganti maka secara teoritis seharusnya terjadi peningkatan terhadap berat isi. Sehingga dapat dianggap bahwa variasi penambahan zeolit 10% dapat diabaikan karena kesalahan teknis tersebut. Besar prosentase perubahan berat isi seluruh variasi benda uji di setiap 7 hari dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Prosentase perubahan berat isi benda uji setiap 7 hari Umur Berat isi Dengan perawatan (DP) 0% 10% 20% gr/cm 3 % gr/cm 3 % gr/cm 3 % 7 0,772 0,751 0,784 14 0,742-3,875 0,732-2,667 0,758-3,343 21 0,722-2,583 0,712-2,557 0,741-2,180 28 0,704-2,399 0,694-2,467 0,725-1,999 Umur Tanpa perawatan (TP) 0% 10% 20% gr/cm 3 % gr/cm 3 % gr/cm 3 % 7 0,734 0,721 0,752 14 0,715-2,524 0,711-2,174 0,739-1,630 21 0,704-1,553 0,695-1,583 0,729-1,327 28 0,699-0,583 0,684-1,581 0,722-0,948 Berdasarkan Tabel 3.5, dapat ditarik suatu pola bahwa prosentase penurunan berat isi semakin hari akan semakin menurun. Terlihat pula bahwa pada bata beton ringan dengan perawatan (DP) penambahan zeolit 0% dan 20%, mengalami prosentase pengurangan yang lebih besar dibandingkan bata ringan tanpa perawatan (TP) a. Uji hipotesa perlakuan terhadap bata beton ringan selama perawatan terhadap berat isi. Hipotesis pengujian ini adalah: H 0A : Tidak terdapat pengaruh H ta : Terdapat pengaruh Kriteria dari pengujian ini adalah: Jika F hitung < F tabel, maka H 0 diterima dan H t ditolak Jika F hitung > F tabel, maka H 0 ditolak dan H t diterima Setelah dilakukan perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan ANOVA Fisher 1 arah, perhitungan dirangkum pada Tabel 3.6. Tabel 3.6. Rangkuman uji hipotesa perlakuan perawatan berat isi Maka untuk bata ringan dengan seluruh variasi penambahan H 0A diterima dan H ta ditolak. Dengan penjelasan bahwa tidak terdapat pengaruh pada seluruh variasi penambahan dari perlakuan bata beton ringan selama proses perawatan terhadap berat isi bata beton ringan. Terlihat bahwa perawatan yaitu dengan menutupinya menggunakan karung goni basah tidaklah diperlukan. Hal ini berlaku baik untuk bata beton ringan normal maupun bata beton ringan dengan tambahan mineral zeolit alam. b. Uji hipotesa kadar penambahan zeolit terhadap berat isi. Hipotesis untuk pengujian ini: H 0B : Tidak terdapat pengaruh H tb : Terdapat pengaruh Kriteria dari pengujian ini adalah : Jika F hitung < F tabel, maka H 0 diterima dan H t ditolak Jika F hitung > F tabel, maka H 0 ditolak dan H t diterima 5

Setelah dilakukan perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan ANOVA Fisher 1 arah, perhitungan dirangkum pada Tabel 3.7. Tabel 3.7. Rangkuman perhitungan uji hipotesa kadar penambahan zeolit terhadap berat isi Maka tidak terdapat pengaruh pada kadar penambahan zeolit untuk bata ringan dengan perawatan (DP) terhadap berat isi pada bata ringan, namun terdapat pengaruh kadar penambahan zeolit untuk bata ringan dengan tanpa perawatan (TP) terhadap berat isi pada bata ringan. Keganjilan hasil penelitian pada bata beton ringan dengan penambahan 10% mineral zeolit alam ini dikarenakan adanya kesalahan teknis di saat pembuatan benda uji. Kadar foaming agent yang tidak akurat atau berlebihan menyebabkan rongga udara pada bata beton ringan tersebut membesar. Hal ini menyebabkan penurunan berat isi bata beton ringan bersamaan dengan mengecilnya berat volume dari bata beton ringan itu sendiri. Namun karena dengan penambahan mineral zeolit alam sebesar 20% berat isi bata beton ringan masih meningkat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belum didapatkan nilai optimum prosentase penambahan zeolit alam terhadap bata beton ringan. Hasil dari penelitian ini adalah penambahan zeolit alam pada bata beton ringan akan meningkatkan berat isi dari bata beton ringan sehingga kekuatan dari bata beton ringan tersebut juga meningkat. berat isi ini dikarenakan celah-celah yang terdapat pada bata beton ringan ini terisi oleh butiran-butiran zeolit sehingga bata beton ringan memiliki kemampatan lebih tinggi. 3.2. Uji Rembesan Pengujian dilakukan pada umur 28 hari. Setiap pengujian digunakan 3 benda uji untuk 6 macam komposisi. Untuk benda uji yang diberikan perawatan, benda uji dianginanginkan selama 24 jam sebelum diuji. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3.8 dan hubungan rata-rata dan persen penambahan zeolit terlihat pada Gambar 3.2. Tabel 3.8. Data bata ringan Gambar 3.2. Hubungan dan persen penambahan zeolit Tabel 3.9. Lama pada benda uji tanpa perawatan Hasil perbandingan antara bata beton ringan tanpa tambahan zeolit dengan bata beton ringan dengan penambahan zeolit serta perbedaan antara beton ringan dengan perawatan dan tanpa perawatan pada umur 28 hari disajikan pada Tabel 3.10-3.12. Pada Tabel 3.10 dan Tabel 3.11 dilakukan perbandingan dengan bata ringan penambahan 0%. Sedangkan di Tabel 3.12 dilakukan perbandingan tiap variasi penambahan tanpa perawatan. 6

Tabel 3.10. Perbandingan benda uji TP Variasi bata ringan Rata-rata merembes (cm 3 /menit) 0% TP 2,315 Selisih (cm 3 /menit) cm 3 /menit % 10 % TP 2,870 0,556 24,000 20% TP 1,574-0,741-32,000 Tabel 3.11. Perbandingan benda uji DP Variasi bata ringan Rata-rata merembes (cm 3 /menit) 0% DP 2,685 Selisih (cm 3 /menit) cm 3 /menit % 10% DP 2,963 0,278 10,345 20% DP 2,222-0,463-17,241 Keterangan Penurunan Tabel 3.12. Perbandingan Variasi bata ringan Rata-rata merembes (cm 3 /menit) 0% TP 2,315 Selisih (cm3/menit) cm 3 /menit % 0% DP 2,685 0,370 16,000 10 % TP 2,870 10% DP 2,963 0,093 3,226 20% TP 1,574 20% DP 2,222 0,648 41,176 Keterangan Penurunan Keterangan Terdapat penurunan pada benda uji dengan penambahan zeolit 20% TP dan DP mengalami penurunan. Sedangkan untuk benda uji yang dengan penambahan 10% TP dan DP mengalami peningkatan. Namun hasil dari benda uji dengan penambahan 10% dapat diabaikan karena kesalahan teknis. Dibandingkan dengan bata ringan yang diberikan penambahan zeolit 0%, 10% dan 20% terlihat terdapat peningkatan pada DP dibandingkan TP. a. Uji hipotesa perlakuan terhadap bata beton ringan selama perawatan terhadap. Hipotesis untuk pengujian ini: H 0A : Tidak terdapat pengaruh H ta : Terdapat pengaruh Kriteria dari pengujian ini adalah : Jika F hitung < F tabel, maka H 0 diterima dan H t ditolak Jika F hitung > F tabel, maka H 0 ditolak dan H t diterima Perhitungan dirangkum pada Tabel 3.13. Tabel 3.13. Rangkuman uji hipotesa perlakuan perawatan Pada benda uji seluruh variasi tidak terdapat pengaruh dari perlakuan bata beton ringan selama proses perawatan terhadap. Ketahanan terhadap dalam hal ini ditunjukkan dengan semakin kecilnya. Dari hasil penelitian terlihat pada seluruh prosentase pada benda uji DP lebih tinggi dibandingkan dengan benda uji TP, yang dimana dapat diartikan bata ringan lebih tidak tahan. Maka dapat disimpulkan bahwa perawatan pada bata beton ringan yaitu dengan menutupinya menggunakan karung goni basah tidaklah diperlukan. b. Uji hipotesa kadar penambahan zeolit terhadap. Hipotesis untuk pengujian kali ini adalah : H 0B : Tidak terdapat pengaruh H tb : Terdapat pengaruh Kriteria dari pengujian ini adalah : Jika F hitung < F tabel, maka H 0 diterima dan H t ditolak Jika F hitung > F tabel, maka H 0 ditolak dan H t diterima Setelah dilakukan perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan ANOVA Fisher 1 arah, perhitungan dirangkum pada Tabel 3.14. 7

Tabel 3.14. Rangkuman uji hipotesa kadar penambahan terhadap Tidak terdapat pengaruh pada kadar penambahan zeolit untuk benda uji DP terhadap pada bata ringan, namun terdapat pengaruh kadar penambahan zeolit pada benda uji TP terhadap pada bata ringan. Keganjilan hasil penelitian pada bata beton ringan dengan penambahan 10% zeolit ini karena terdapat kesalahan teknis di saat pembuatan benda uji. Kadar foaming agent yang tidak akurat atau berlebihan menyebabkan rongga udara pada bata ringan tersebut membesar yang mengakibatkan nya semakin meningkat dibandingkan dengan bata ringan tanpa penambahan zeolit. Namun pada bata beton ringan dengan penambahan 20% terlihat berkurang. Maka peningkatan pada penambahan 10% mineral zeolit alam dapat diabaikan akibat kesalahan teknis. Sehingga belum didapatkan nilai optimum prosentase penambahan zeolit alam terhadap ketahanan pada bata ringan. Hasil dari penelitian ini adalah penambahan zeolit pada bata beton ringan akan meningkatkan ketahanan terhadap. Sehingga material zeolit mempunyai kapasitas yang tinggi sebagai penyerap. Zeolit memiliki struktur yang sangat berpori sehingga porinya dapat menyerap air yang mengenai bata beton ringan terlebih dahulu. Setelah jenuh air baru dirembeskan keluar dari bata beton ringan. 4. Penutup Tidak terdapat pengaruh dari perlakuan bata beton ringan pada seluruh variasi penambahan terhadap berat isi bata beton ringan. Di uji hipotesis pengaruh penambahan kadar zeolit, tidak terdapat pengaruh dari kadar penambahan zeolit yang diberikan perawatan (DP). Namun pada benda uji tanpa perawatan (TP) terdapat pengaruh terhadap berat isi bata beton ringan. Selain itu terdapat pola peningkatan berat isi dengan adanya peningkatan penambahan kadar zeolit. Pada uji, tidak terdapat pengaruh dari perlakuan bata beton ringan pada seluruh variasi penambahan selama proses perawatan. Pada uji statistik, tidak terdapat pengaruh dari kadar penambahan zeolit pada bata beton ringan yang diberikan perawatan (DP) terhadap bata beton ringan. Sebaliknya pada bata beton ringan tanpa perawatan (TP) terdapat pengaruh dari kadar penambahan zeolit. Selain itu terdapat pola penurunan dengan adanya peningkatan penambahan kadar zeolit. Terdapat beberapa saran yang perlu diperhatikan apabila mengadakan penelitian lebih lanjut. Pertama, pembuatan benda uji perlu dilakukan secara hati-hati sehingga tidak terjadi kesalahan. Selain itu, dibutuhkan adanya penambahan variasi untuk kadar penambahan zeolit alam dengan perbedaan 5% sehingga didapatkan hasil yang lebih teliti. Hal lainnya yaitu pengangkutan bata beton ringan sebaiknya dilakukan pada saat benda uji sudah berumur lebih dari 7 hari sehingga tidak merusak bata beton ringan itu sendiri. Daftar Pustaka SNI-03-3449-1994. Tata cara pembuatan campuran dengan agregat ringan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. SNI-0096-2007. Genteng Beton. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Suryatmaja, I.B. 2007. Karakteristik Fisik Campuran Batu Bata Dengan Memanfaatkan Abu Sisa Pembakaran Limbah Kayu. Jurnal Ilmiah Kurva Teknik. hal 88-97. Suseno, H. 2010. Bahan Bangunan Untuk Teknik Sipil. Malang: Bargie Media 8