BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

BAB III TINJAUAN WILAYAH KULON PROGO

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah MASYARAKAT KABUPATEN KULON PROGO YANG MAJU,

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB IV GAMBARAN UMUM. 1. Letak Geografis Kabupaten Kulon Progo. wilayah ini, diharapkan akan lebih mudah memahami tingkah laku dan

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM KABUPATEN KULONPROGO. Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu dari lima kabupaten / kota di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu komponen dalam upaya

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur, ekonomi, kapasitas sumber daya, dan lain-lain.

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III GEDUNG KONSER MUSIK KLASIK DI YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN KAWASAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. telah tertuang rencana pembangunan jaringan jalur KA Bandara Kulon Progo -

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa sektor pertanian menempati posisi yang penting dalam

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB III TINJAUAN KAWASAN/WILAYAH YOGYAKARTA

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

BUPATI KULON PROGO TENTANG PEMBENTUKAN TIM PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO BUPATI KULON PROGO,

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

BAB III TINJAUAN KAWASAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB III TINJAUAN WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

Buletin Edisi September Tahun 2016 KATA PENGANTAR

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Kulonprogo. 1. Visi dan Misi Kabupaten Kulonprogo

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

I. PENDAHULUAN. Buah naga merupakan buah yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa khasiat

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA. 3.1 Tinjauan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi penyebaran penyakit demam berdarah dengue yang

Transkripsi:

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 4.1. Letak geografis wilayah Yogyakarta 1 Secara geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 7 33-8 15 Lintang Selatan dan 110 5-110 50 Bujur Timur. Ketinggian rata-rata DI Yogyakarta berkisar 113 meter dari permukaan laut dengan permukaan tanah relatif datar, walaupun kondisi topografi kota memiliki kemiringan 1% ke arah selatan. Bagian utara kota paling tinggi pada posisi 129 meter di atas permukaan laut, sedangkan bagian selatan terletak 95 meter di atas permukaan laut. Gambar 4.1: Peta D.I. Yogyakarta 4.1.1. Klimatologi wilayah Yogyakarta 2 Secara umum keadaan iklim DI Yogyakarta dipengaruhi oleh dua angin musim, sebagai berikut : Angin musim barat laut, bertiup pada bulan Desember hingga Maret, biasanya merupakan musim penghujan. 1 http://id.wikipedia.org/wiki/daerah_istimewa_yogyakarta 2 ibid 82

Angin musim tenggara,, bertiup pada bulan Mei hingga Oktober, biasanya merupakan musim kemarau. Berdasarkan statistik tahun 1994, temperatur dan suhu udara rata-rata DI Yogyakarta adalah 26,1 C, suhu maksimum mencapai 36,6 C bulan November, sedangkan suhu minimum 17 C pada bulan Juli. (Op.Cit.hal. 3) Suhu harian rata-rata maksimum berkisar antara 30 C hingga 33 C dan minimum berkisar 22 C hingga 25,6 C. Maka berdasarkan data, propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bersuhu sedang. Kecepatan angin rata-rata pada tahun 1994 berkisar 0,325 knots, dengan kecepatan masksimum 18 knots pada bulan Juli, November. Kecepatan minimum 0,2 knots pada bulan April, Juni. Sedangkan kecepatan angin rata-rata di DI Yogyakarta adalah 30 knots, dan curah hujan maksimum mencapai 2178 mm per tahun rata-rata. 4.2. Kondisi fisik dan non fisik wilayah Yogyakarta 4.2.1. Potensi daerah 3 Berdasarkan Simposium Perencanaan Kota Yogyakarta, tanggal 15-17 Maret 1979 hal.34, dinyatakan bahwa predikat kota Yogyakarta secara nyata adalah: Sebagai Kota Pendidikan. Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan kota pelajar memiliki sarana pendidikan yang berkualitas baik. Jumlah perguruan tinggi terus bertambah, dari data terakhir diketahui bahwa jumlah perguruan tinggi ada 55 perguruan tinggi (Panduan Industri, Jasa, Pariwisata dan Perdagangan DIY, PSI-UGM, 1995), belum termasuk sarana pendidikan non formal lainnya. Sebagai Kota Budaya dan Pariwisata. Yogyakarta juga dikenal memiliki potensi budaya dan seni yang besar. Potensi budaya dapat dilihat melalui peninggalan-peninggalan sejarah budaya yang masih terawat dengan baik dan adat istiadat serta tradisi kemasyarakatan masih terasa sekali dalam pola kehidupan sosial masyarakatnya. Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata, secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi perkembangan kota, kehidupan sosial dan dinamikanya, sehingga mempunyai tingkat perkembangan yang pesat. 3 ibid 83

4.2.2. Kepadatan penduduk 4 Kepadatan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 12.994 jiwa/km 2. Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi menjadi lima Daerah Tingkat II, 78 kecamatan, 393 desa, dan 45 kelurahan. Daerah Tingkat II DIY terdiri dari 1 Kotamadya dan 4 Kabupaten, antara lain: Kotamadya Yogyakarta, dengan luas 32,50 km² (1,03 %) Kab. Gunungkidul, dengan luas 1.485,36 km² (46,62 %) Kab. Sleman, dengan luas 574,82 km² (18,04 %) Kab. Kulonprogo, dengan luas 586,28 km² (18,40 %) Kab. Bantul, dengan luas 506,85 km² (15,91 %) 4.3. Tinjauan Kondisi Kabupaten Kulon Progo Kawasan Sekolah tinggi teknik penerbangan yang berlokasi di Kabupaten Kulon progo merupakan sekolah yang mewadahi para akademik yang bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia atau tenaga ahli dalam bidang Tekik Penerbangan, seperti Penerbang Pilot, Teknisi Pesawat Terbang, Petugas Keselamatan atau Petugas ATC, dan Manajemen Penerbangan yang berada di Kabupaten Kulon progo. 4 ibid 84

Gambar4.2 Peta Wilayah Kabupaten Kulon progo Sumber : Kabupaten Kulon progo dalam Angka 2014 Kabupaten Kulon progo yang memiliki ibukota di kota Wates ini, terdiri dari 12 kecamatan, 87 desa, 1 kelurahan, dan memiliki 917 dukuh, serta Kabupaten Kulon progo memiliki luas wilayah yaitu 58.627,512 Ha. Dalam Laporan Antara Penyusunan Master Plan Kawasan Terpadu Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta Tahun Anggaran 2012 disebutkan Kabupaten Kulon progo sebagai wilayah Hinterland Provinsi DIY, yang turut berperan dalam menyongsong pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Provinsi DIY. Upaya pemerintah untuk meningkatkan perkembangan perekonomian, pemberdayaan, dan kesejahteraan masyarakat, antara lain dengan pembangunan infrastruktur seperti : 1. Bandar Udara baru DIY di Kulon progo 2. Pembangunan Pelabuhan perikanan tanjung adi karto 3. Pengembangan sektor industri (pertambangan) pasiir besi 4. Penataan kawasan industri sentolo 5. Penataa kawasan pertumbuhan ekonomi koridor Temon-Wates-Yogyakarta- Prambanan 6. Pembangunan Pabrik baja 85

Gambar 4.3 Peta Pengembangan Wilayah Kabupaten Kulon progo Sumber : Laporan Antara Penyusunan Kawasan Kabupaten Kulon progo 4.3.1. Kondisi Administratif Kabupaten Kulon progo merupakan salah satu daerah tingkat 2 yang terletak di daerah administrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ibukota Kab. Kulon progo yaitu Wates. Kab. Kulon progo ini memiliki luas 58.627,512 Ha, dan terdiri dari 12 kecamatan, memiliki 87 desa, 1 kelurahan dan 917 dukuh secara administrasi. Kabupaten Kulon progo memiliki batas-batas wilayah Yaitu : 1. Batas Barat : Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah 2. Batas Timur : Kabupaten Sleman dna Bantul, Provinsi DIY 3. Batas Utara : Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah 4. Batas Selatan : Samudera Hindia Adapun batas topografi Kabupaten Kulon progo, yaitu : 1. Bagian Barat : 110⁰ Bujur Timur/ E. Longitue 1 37 2. Bagian Timur : 110⁰ Bujur Timur/ E. Longitue 16 26 86

3. Bagian Utara : 7⁰ Bujur Selatan/ E. Latitude 38 42 4. Bagian Selatan : 7⁰ Bujur Selatan/ E. Latitude 59 3 Pembagian wilayah kecamatan yang berada di Kabupaten Kulon progo yaitu terbagi atas 12 daerah kecamatan, yaitu sebagai berikut : Tabel 4.1. Perbandingan luas wilayah antar kecamatan di Kulon progo NO. KECAMATAN LUAS WILAYAH (HA) 1. Temon 3.626, 890 2. Wates 3.200, 239 3. Panjatan 4.459, 230 4. Galur 3.291, 232 5. Lendah 3.559, 192 6. Sentolo 5.265, 340 7. Pengasih 6.166, 468 8. Kokap 7.379, 950 9. Girimulyo 5.490, 424 10. Nanggulan 3.960, 670 11. Kalibawang 5.296, 368 12. Samigaluh 6.929, 308 Sumber : BAPPEDA Kulon progo 4.3.2. Kondisi Geografis Kondisi geografis Kab. Kulon progo : Bagian utara : merupakan dataran tinggi/ perbukitan menoreh dengan ketinggian antara 500-1000 meter dari permukaan laut. Dataran tinggi ini meliputi kecamatan Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang, dan Samigaluh. Bagian tengah : merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 m 500 meter dari permukaan laut. Dan bagian tengah ini meliputi kecamatan Sentolo, Pengasih, dan Kokap. Bagian selatan : merupakan dataran rendah yang memiliki ketinggian 0 100 meter dari permukaan laut. Kecamatan bagian selatan yang merupakan dataran rendah antara lain adalah kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, dan Lendah. 87

4.3.3. Kondisi Topografis Hamparan wilayah Kabupaten Kulon progo mencakup dataran rendah, dataran tinggi, serta daerah perbukitan. Presentase luas tanah di Kabupaten Kulon progo menurut ketinggiannya dari permukaan laut dan beberapa kelompok menurut ketinggian tanah, yaitu sebagai berikut: Tabel 4.2. Persentase ketinggian daerah permukaan Laut di Kulon progo Presentase Ketinggian (di atas permukaan laut) 17, 58 % < 7m 15, 20 % 8-25m 22, 84 % 26-100m 33,0 % 101-500m 11, 37 % > 500m Sumber : BAPPEDA Kulon progo Sedangkan distribusi wilayah Kab. Kulon progo menurut kemiringannya adalah sebagai berikut : 40,11 % berada pada kemiringan < 2⁰ 18,70 % berada pada kemiringan 3⁰ - 15⁰ 22,46 % berada pada kemiringan 16⁰ - 40⁰ 18,73 % berada pada kemiringan >40⁰ Secara geologis keadaan tanah Kab. Kulon progo merupakan tanahlempeng dan berpasir, karena berbatasan langsung dengan laut pada bagian selatan dan gunung pada bagian utara. 4.3.4. Kondisi Klimatologis Pada wilayah Kabupaten Kulon progo, rata-rata curah hujan perbulan adalah 187 mm, dan hari hujan adalah 14 hh per bulan. Keadaan rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari 2013 sebesar 490 mm dengan jumlah hari hujan 22 hh se bulan. Kecamatan yang mempunyai rata-rata curah hujan per bulan tertinggi pada tahun 2013 berada di Kecamatan Lendah sebesar 366 mm dengan jumlah hari hujan 9 hh per bulan. 88

KECAMATAN CURAH HUJAN HARI HUJAN TEMON 114 11 WATES 188 50 PANJATAN 144 9 GALUR 165 9 LENDAH 366 9 SENTOLO 155 12 PENGASIH 179 8 KOKAP 145 14 GIRIMULYO 190 9 NANGGULAN 200 9 KALIBAWANG 231 12 SAMIGALUH 161 11 RATA-RATA 187 14 4.3.5. Kondisi Kependudukan-Tenaga Kerja a. Kependudukan Tabel 4.3. Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan menurut masing-masing Stasiun Hujan di Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan sensus penduduk di Kabupaten Kulon progo pada tahun 2010 jumlah penududuk perempuan lebih banyak dari laki-laki. Mayoritas penduduk berada di Kecamatan Pengasih 11,62 %, Kecamatan Sentolo 11,45 %, dan Kecamatan Wates 11,31 %, sedangkan 9 kecamatan lainnya memiliki jumlah penduduk kurang dari 10 %. Sumber : BAPPEDA Kulon progo Komposisi penduduk menurut kelompok umur hampir merata di setiap level kelompok umur. Pada tahun 2010, jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun) sebanyak 89.691 jiwa (23,06 %), penduduk produktif (15-49 tahun) sebanyak 251.870 jiwa (64,77 %), sedangkan penduduk usia tua (65 tahun keatas) sebanyak 47.308 jiwa (12,17 %). Angka beban ketergantungan penduduk usia produktif sebesar 54, artinya setiap 100 penduduk umur produktif menanggung sebanyak 54 penduduk usia tidak produktif. b. Tenaga Kerja Jumlah pencari kerja baru di Kabupaten Kulon progo pada tahun 2013 sebesar 7.277 orang. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang mengalami penurunan sebesar 8,63 %. Di tahun 2012 pencari kerja di 89

Kabupaten Kulon progo masih didominasi oleh lulusan SMA sederajat sebanyak 20,39 %, terdapat sebesar 16,30 % pencari kerja dengan lulusan SD, 20,28 % merupakan pencari kerja dengan lulusan SMP. Sedangkan pencari kerja dengan lulusan sarjana muda (D I D III) dan sarjana masingmasing sebesar 13,43 % dan 14,70 %. Tingginya jumlah lulusan SMA yang mencari kerja karena banyaknya lulusan SMA sederajat yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi sehingga mereka memutuskan untuk langsung tejun ke dunia kerja. 4.3.6. Kondisi Pendidikan-Sosial-Budaya a. Pendidikan Belum adanya sekolah tinggi atau lanjutan di daerah Kabupaten Kulon progo menjadi salah satu permasalahan. Kebanyakan siswa/i yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, harus keluar kota seperti Yogyakarta, Solo, Semarang, dll. b. Sosial Kondisi dan perkembangan sosial di Kab. Kulon progo pada 2014 dapat dipantau melalui indikator agama, kesehatan, keamanan, yang ada pada masyarakat, karena hal tersebut mencerminkan adanya hubungan dan toleransi yang sangat terkait. Berdasarkan data dari kantor kementerian agama Kab. Kulon progo, mayoritas penduduk Kab. Kulon progo memeluk agama Islam sebesar 93,62 persen, kemudian agama Katolik 4,67 persen, agama Kristen 1,57 persen, agama Budha 0,14 persen, dan agama Hindu 0,03 persen. Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kab. Kulon progo terdiri dari 7 Rumah sakit umum dengan 81 dokter dan 304 paramedis. Dan 21 piskesmas dan 63 puskesmas pembantu dengan 71 dokter dan 347 paramedis. c. Budaya Kesenian daerah merupakan kekayaan budaya yang harus dilestarikan. Kab. Kulon progo mempunyai perkumpulan tari sebanyak 402 kelompok, seni musik sebanyak 651 kelompok, seni teater sebanyak 244 kelompok, dan seni rupa sebanyak 4 kelompok yang merupakan seni lukis. Dan jumlah 90

organisasi sosial/ LSM/ organisasi massa dan wanita tercatat sebanyak 226 organisasi. 4.4. Kebijakan Pemerintah Terkait Sekolah Tinggi 4.4.1. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah 4.4.1.1. PERDA Kabupaten Kulon Progo no. 2 Tahun 2014 Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo no 2 Tahun 2014 mengatur mengenai penyelenggaraan konstruksi. Penyelenggaraan konstruksi merupakan pembentukan lingkungan terbangun yang melibatkan teknologi, profesi, dan material. proses Proses konsturksi melibatkan proses pengkajian, perencanaan, perancangan, pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pengubahan, pembongkaran, atau pembangunan kembali. Dalam proses penyelenggaraan konstruksi, pelaku diharuskan untuk menggunakan material konstruksi yang sesuai dengan standar, memenuhi mutu input, proses, dan produk yang sesuai standar, mampu mengurangi dampak bencana, mampu mengurangi dampak lingkungan hidup, dan memelihara kelestarian lingkungan hidup dan dilakukan secara efektif, efisien, dan inovatif. 4.4.1.2. PERDA Kabupaten Kulon Progo no.4 Tahum 2009 Peraturan Daerah Kabupaten Kulon progo no.4 Tahun 2009 mengatur mengenai peraturan garis sepadan bangunan. Dalam pembangunan suatu bangunan di Kabupaten Kulon progo baik berupa pembongkaran renovasi, maupun pembangunan baru, harus mempertimbangkan perhitungan garis sepadan bangunan. Setiap rencana dan rancangan bangunan yang telah dibuat harus melalui proses perizinan dengan pihak pemerintah, yang disertai dnegan surat permohonan dan biaya administrasi. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam rancangan bangunan yaitu jarak suatu bangunan atau bagiannya dengan yang lain, luas bangunan, ukuran material dan campuran perekat yang digunakan dalam memasang pasangan baru, bukaan dan syarat-syarat untuk menghindari bahaya kebakaran. 4.4.2. Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJAD) Pemerintah Kabupaten Kulon progo, pembangunan di Kabupaten 91

Kulon progo disesuaikan dengan Laporan Antara Penyusunan Master Plan Kawasan Terpadu Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta Tahun Anggaran 2012 terdapat beberapa pengembangan dalam sektor Transportasi, dan Tambang. Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut, lebih baik diperlukan sebuah pengembangan dalam sektor Pendidikan. Jika dilihat dari RTRW Kabupaten Kulon progo dengan melihat syarat dan ketentuan pembangunan Sekolah Tinggi Teknik Penerbangan yaitu : 1. Angin tidak berubah 2. Tidak ada Terrain (penghalang) yang menjadikan hazard yang cukup besar disekitar radius 10 noticelmils 3. Tidak ada ganguan dari penerbangan lain (komersil atau militer) 4. Aksesibilitas mudah 5. Bukan daerah bandara 6. Tidak ada sengketa perang 5. Pemilihan tapak untuk lokasi Sekolah Tinggi Teknik Penerbangan didasari pada beberapa persyaratan dan ketentuan tersebut. Berdasarkan fungsi bangunan, bangunan ini merupakan bangunan Pendidikan yang memerlukan lokasi atau lahan yang cukup besar, mengingat kebutuhan akan ruang yang cukup banyak. Melihat rencana fungsi pusat pelayanan yang tertera pada RTRW Kab. Kulon progo Tahun 2012 dan melihat ketentuan khusus dari pemilihan lokasi untuk sekolah tinggi teknik penerbangan maka lokasi proyek berada pada kota Wates. 5 Faisal Akbar, Wawancara tentang Syarat dan Ketentuan Pembangunan Lokasi Sekolah Tinggi Penerbangan, Pilot, Yogyakarta, 20 Februari 2015 92

4.4.3. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Berdasarkan Peraturan Daerah No 1 Tahun 2012 tentang rencana tata ruang wilayah Kabupaten Kulon progo tahun 2012 2032 terdapat beberapa peta yang diperuntukkan untuk mengetahui lokasi site yang cocok untuk dibangun bangunan Sekolah Tinggi Teknik Penerbangan yang berlokasi di Kabupaten Kulon progo ini. Peta-peta dari rencana tata ruang wilayah yang cocok adalah sebagai berikut : Gambar 4.4 Peta Administrasi Kabupaten Kulon progo Gambar 4.5 Peta Struktur Ruang 93

Gambar 4.6 Peta Jaringan Transportasi Gambar 4.7 Peta Jaringan Sumber Daya Air 94

Gambar 4.8 Peta Prasarana Lainnya Gambar 4.9 Peta Pola Ruang 95

Gambar 4.10 Peta Kawasan Budidaya Gambar 4.11 Peta Kawasan Strategis 96