BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kesuksesan didalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Risky Melinda, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Ada banyak sekagli pekerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI DUKUNGAN ORANGTUA PADA SISWA SMA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

DUKUNGAN PERHATIAN ORANG TUA, KONDISI EKONOMI DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS X SMK NEGERI 1 BANYUDONO BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. mempertajam keterampilan yang dimiliki serta menjalin pertemanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN ADVERSITY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Adapun alasan atau faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah harapan bagi setiap orang tua untuk dapat meneruskan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keunggulan suatu bangsa tidak lagi tertumpu pada kekayaan alam,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang, yang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang selalu menarik untuk dibahas.

BAB II LANDASAN TEORITIK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa saat ini diharapkan menjadi sosok manusia yang berintelektual

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2006: ) No. 22 tahun 2006 tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan modal utama pembangunan bangsa karena

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. perlu ditingkatkan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang,

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan tangguh bagi pembangunan nasional. Negara negara berkembang termasuk Indonesia. Selain masalah masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. sehingga sering dikatakan sekolah adalah tempat untuk menimba ilmu.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena ini muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang pendidikan. Untuk menghadapi tantangan berat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keahlian dan kemampuan yang unggul. Salah satu upaya pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I. PENDAHULUAN. perkembangan siswa karena siswa menghabiskan hampir sepertiga waktunya berada

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia untuk berusaha menyesuaikan diri dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mempercepat modernisasi di segala bidang. Perkembangan tersebut semakin pesat sejalan dengan tuntutan reformasi dan globalisasi, oleh karena itu itu diperlukan sumber daya manusia yang handal, siap bersaing dan memiliki mobilitas yang tinggi dalam berfikir dan bertindak, sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan negara ini. Manakala mempersiapkan generasi muda yang handal tersebut salah satunya adalah dengan memberi bekal pendidikan yang berguna dikemudian hari antara lain dengan bersekolah. Pendidikan tidak lepas dari belajar sebagai proses transfer ilmu antara pendidik dengan peserta didik dalam penelitian ini adalah antara guru dan siswa. Pada dasarnya belajar itu tidak bisa dipaksakan apalagi tanpa niat dari diri sendiri. Rendah kualitas pendidikan di Indonesia beragam sekali penyebabnya, misalnya: jumlah dan kualifikasi staf pengajar, kurangnya kuantitas staf administrasi yang memadai, fasilitas penunjang (lab, perpustakaan, IT) yang kurang dan atmosfir akademik yang kurang kondusif dan sertanya kurangnya motivasi berprestasi pada siswa. Jackson dan Farrugia (1997) menyatakan bahwa antara 30% sampai 50% anak didik yang didiagnosa mengalami ganggguan belajar yang berakibat pada indeks prestasinya akan berlanjut hingga mereka dewasa, dengan semakin 1

2 meningkatnya jumlah anak didik yang keluar dari sekolah maka penelitian mengenai prestasi anak didik karena problema dalam belajar lebih banyak terfokus pada awal dewasa. Penelitian ini diperkuat oleh Cronin, Patton, dan Polloway (Gerber, 1994), bahwa di samping karena pergeseran situasi sosial demografis yang baru, remaja ketika memasuki jenjang pendidikan menengah maka tuntutan kebutuhan hidupnya cenderung meningkat pula sebagai upaya tindakan preventif atas permasalahan yang akan dihadapinya kelak. Kebutuhan ini meliputi: karir-pendidikan, keluarga dan rumah, pengejaran kesenangan, keterlibatan masyarakat, emosional, kesehatan fisik, tanggung jawab dan hubungan pribadi. Para ahli dari Amerika telah melakukan penelitian di Universitas-universitas tentang kemajuan hasil prestasi belajar. Hasilnya sangat mengecewakan, karena harapan untuk mendapatkan visi dan misi tidaklah seimbang dengan kenyataan yang terjadi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Bemmelen (Gie, 1994), mengungkapkan: Di Kota Leiden pada tiap permulaan tahun ajaran baru muncul muka-muka baru, yang segar penuh kesungguhan, keberanian dan kepastian, tetapi pada akhir tahun antaranya kurang lebih 40% karena satu atau lain alasan jatuh dari cita-citanya. Sujana (2000) mengemukakan hasil belajar yang didapatkan oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datangnya dari luar siswa. bahwa hasil belajarnya siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa itu sendiri, dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Tetapi perlu ingat bahwa faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi dan politik,

3 kondisi psikis dan fisik mampu memberikan pengaruh. Mendukung uraian ini Dimyati dan Mudjiono (2006) dalam kegiatan sehari hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan siswa tersebut antara lain berupa (1) belajar pada akhir semester, (2) belajar tidak teratur, (3) menyia nyiakan kesempatan belajar, (4) bersekolah hanya untuk bergengsi, (5) datang terlambat bergaya pemimpin, (6) bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman, (7) bergaya minta belas kasihan tanpa belajar, sehingga kebiasaan belajar yang kurang baik tersebut menyebabkan prestasi belajar siswa rendah. Di Indonesia pada tahun 2000 Pusbang Kurrandik (Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan) Balitbang Dikbud melakukan penelitian terhadap 4994 siswa sekolah menengah atas di provinsi Jabar, Lampung, Kalbar dan Jatim, mendapatkan hasil bahwa 696 dari siswa SLTA (13,94 %) tersebut mengalami kesulitan dalam aktivitas belajar umum, dan 479 di antaranya di sebabkan oleh gangguan tingkah laku misalnya anak nakal, sulit diatur, suka melawan, sering membolos dan berperilaku antisosial. Anak dengan gangguan tingkah laku ini seringkali mempunyai prestasi akademik di bawah taraf yang diperkirakan (Wiguna, 2006) Gambaran tersebut ternyata terjadi pula pada SMK Negeri 1 Juwiring Klaten. Pada awal kelas 1 banyak siswa yang awalnya mengikuti proses belajarmengajar dengan semangat namun lama-kelamaan mereka menjadi malas. Banyak siswa yang mendapatkan nilai yang kurang baik, sering membolos bahkan ada yang harus tinggal kelas dan tidak melanjutkan sekolahnya.sesuai dengan pendapat Syah (2006) bahwa prestasi belajar siswa pada jenjang Pendidikan

4 Menengah dan Atas masih jauh dari harapan. Di Indonesia dilihat dengan jelas bahwa kualitas pendidikannya masih sangat jauh dari baik dan sempurna. Sekolah-sekolah yang dibiayai pemerintah memiliki sarana yang kurang memadai, sementara sekolah swasta mematok harga yang sangat mahal dan tidak terjangkau, sehingga banyak sekali anak-anak Indonesia yang tidak bersekolah. Gagalnya siswa dalam hal pencapaian prestasi merupakan persoalan penting yang perlu diperhatikan dan segera dibenahi karena jika tidak dibenahi akan semakin menurunkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu setiap siswa perlu memiliki karakteristik pribadi yang positif dan mengoptimalkan setiap aspek kecerdasan bukan hanya kecerdasan intelektual atau IQ namun kecerdasan dalam aspek afektif dan kognitif yaitu kecerdasan adversity, yang dalam penelitian diartikan sebagai kemampuan dalam menghadapi tantangan. Seseorang yang memandang dan mampu mengubah kesulitan atau hambatan sebagai suatu tantangan dan peluang menurut Stoltz (2000) adalah seseorang yang akan mampu terus berjuang dalam situasi apapun sehingga merekalah yang akan mencapai kesuksesan. Seseorang yang terus berjuang dan berkembang pesat adalah seseorang yang memiliki kemampuan menghadapi tantangan/adversity quotient yang tinggi. Seseorang dengan adversity quotient tinggi ini adalah individu yang merasa berdaya, optimis, tabah, teguh, dan memiliki kemampuan bertahan terhadap kesulitan. Adversity memiliki banyak manfaat, antara lain: 1) memberi tahu seseorang seberapa jauh seseorang mampu bertahan menghadapi kesulitan dan kemampuan untuk mengatasinya;

5 2) meramalkan siapa yang mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang akan hancur; 3) meramalkan siapa yang akan melampaui harapan-harapan atas kinerja dan potensi mereka serta siapa yang akan Nurdin (2006) menambahkan bahwa kemampuan untuk memahami, mengenali, sekaligus mengelola setiap episode kehidupan yang dihadapi akan sangat terkait dengan daya tahan atau daya toleransi seseorang terhadap masalah. Ciri-ciri lain individu yang mempunyai kemampuan menghadapi tantangan tinggi adalah tangguh. Individu yang tangguh cenderung memandang perubahan sebagai keuntungan (insentif) atau kesempatan untuk berkembang dan bukan sebagai ancaman keamanan Kemampuan menghadapi tantangan dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan karakteristik individu dan salah satu karakteristik individu yaitu antusiasme berprestasi. Pada dasarnya setiap orang ingin dipandang sebagai seseorang yang berhasil dalam hidupnya, dan tidak ada orang yang senang jika menghadapi kegagalan dalam hidupnya, ini adalah cerminan bahwa pada diri seseorang terdapat antusiasme. Antusiasme berkenaan dengan memberi seseorang suatu dorongan, rangsangan, atau membangkitkan sesuatu sedangkan memotivasi orang bukan hanya berhubungan dengan memperkaya sifat sifat positif, tetapi juga berhubungan dengan membuang sifat negatif (Martin, 2009) Antusiasme mendorong seseorang untuk mengatasi rintangan dan mencapai hasil yang lebih baik dari hasil sebelumnya dan juga akan mendorong seseorang untuk bersaing secara sehat. Antusiasme adalah perubahan energi yang

6 ditandai dengan munculnya Perasaan dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Antusiasme juga dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi kondisi tertentu sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan, dan bila tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu (Mc.Donald, dalam Muniroh, 2004). Mc. Clelland (1987) mengemukakan bahwa individu yang mempunyai antusiasme berprestasi tinggi akan mempunyai rasa tanggung jawab dan rasa percaya diri yang tinggi, lebih ulet dan giat dalam melaksanakan suatu tugas, mempunyai keinginan menyelesaikan tugasnya dengan baik dimana pelatihan motivasi berprestasi merupakan salah satu usaha untuk mengajarkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap tentang antusiasme berprestasi yang nantinya akan membawa perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif atau perasaan dan reaksi untuk mengatasi rintangan, melatih kekuatan dan untuk mencapai sukses. Rabideau (2006) pada penelitiannya yang berkaitan antusiasme berprestasi menyatakan bahwa dorongan dan motivasi berprestasi dapat menjadi pendorong semua tindakan individu. Motivasi membuat seseorang menjadi kuat untuk meraih tujuan yang diinginkan. Motivasi memiliki banyak bentuk diantaranya yaitu motivasi instrinsik, ekstrinsik fisiologis dan motivasi berprestasi. Keterkaitan dengan penelitian ini adalah motivasi dapat menjadikan individu memiliki sikap optimisme yang kuat untuk meraih prestasi belajar setinggi-tingginya dan akan membentuk sikap dan kepribadian yang kuat dalam megnhadapi tantangan.

7 Seifert (2004) pada peneltian yang dilakukan menyatakan bahwa untuk memahami motivasi pada siswa dapat dijelaskan melalui beberapa pendekatan, antara lain yaitu self-efficay theory, attribution theory, self worth theory dan achievement goal theory. Pada penelitian ini antusiasme berprestasi merupakan salah satu variabel yang digunakan untuk menjelaskan kemampuan menghadapi tantangan pada siswa. Magnesen (Martin, 2009) mengatakan 90% pemahaman belajar individu diperoleh dari melakukan sesuatu. Begitu pula di sekolah, perilaku siswa dalam belajar harus ditunjukkan melalui antusiasme berprestasi yang tinggi dan seyogyanya dapat dimiliki setiap siswa sebagai potensi untuk mengembangkan kemampuan menghadapi tantangan pada siswa, serta permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan proses perkembgan individu maupun dalam proses pembelajaran di sekolah. Ulasan terseabut dapat diasumsikan bahwa Apabila seorang itu ingin mendapatkan keberhasilan dan prestasi yang tinggi di sekolah maka ia ia memerlukan berbagai kecerdasan. Kecerdasan disini bukan hanya kecerdasan akademik saja, tetapi ada yang lebih berperan yaitu yang disebut dengan kecerdasan adversity. Kecerdasan ini memiliki komponen yang sangat komplek dan terkait dengan kemampuan seseorang dalam menggunakan kemampuan dan potensinya dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam kualitas kerja. Mendukung uraian di atas Kusuma (2004) mengemukakan seseorang yang mempunyai kecerdasan adversity tinggi, dimungkinkan untuk mengatasi hambatan/kesulitan ketika sedang melakukan proses pekerjaan. Ditambahkan oleh

8 Stoltz (2005) yang mengemukakan konsep Adversity Quotient/AQ (kecerdasan adversity) merupakan faktor yang paling penting dalam meraih kesuksesan. AQ adalah teori yang ampuh, sekaligus ukuran yang bermakna dan merupakan seperangkat instrument yang telah diasah untuk membantu individu supaya tetap gigih melalui saat-saat yang penuh dengan tantangan. AQ akan merangsang untuk memikirkan kembali rumusan keberhasilan yang sekarang ini. Namun, tantangantantangan yang ada sekarang membutuhkan lebih dari sekedar gagasan-gagasan baru sehingga akan lebih merangsang pikiran-pikiran yang tangguh dan mampu bersaing. Harapannya antusiasme berprestasi dapat digunakan sebagai potensi untuk meningkatkan kemampuan dalam menghadapi tantangan pada setiap siswa. Hal ini karena dalam antusiasme berprestasi terhadap tedapat aspek control, origin dan ownership, reach, endurance yang dapat dimanfaatkan karyawan untuk berpikir lebih kreatif, kritis dan menemukan jalan keluar dari permasalahan yang pekerjaan, selain itu pula diharapkan karyawan yang memiliki adversity tinggi lebih mampu mewujudkan cita-citanya dibandingkan orang yang adversity-nya rendah. Pada perilaku tampak individu yang tinggi antusiasme berprestasinya akan memperlihatkan perilaku individu yang cenderung mengejar atau mendekati kesuksesan dan individu dengan antusiame berprestasi rendah akan menonjolkan usaha untuk menghindari kegagalan atau ketakutan akan kegagalan Kenyataan yang terjadi pada kebanyakan sekolah adalah kurangnya perhatian terhadap sisi psikologis siswa, seringkali pihak sekolah memperhatikan

9 siswa dengan menitikberatkan pada aspek aspek fisik yang nampak saja, misalnya dari nilai yang diperoleh, keaktifan dalam kegiatan, persentase kehadiran dan lain sebagainya. Padahal setiap permasalahan dalam belajar mengajar tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan akademis semata tapi faktor lain, diantaranya yaitu antusiasme berprestasi. Berkaitan dengan siswa SMK 1 di Juwiring beberapa permasalahan selama ini yang muncul antara lain, terbentuk pandangan negatif para siswa terhadap jurusan tertentu yang dianggap kurang memberi kesempatan atau peluang siswa untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus sekolah. Hal ini tentu saja menimbulkan persoalan, siswa siswa menjadi kurang kurang percaya diri, kurang bergairah dalam belajar, dan terkesan tidak berani menghadapi tantangan pada masa depannya. Meskipun kondisi tersebut diketahui oleh para guru namun nampaknya belum ada upaya yang optimal untuk memotivasi semangat belajar siswa dan berusaha merubah pandangan negatif para siswa terhadap jurusan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menguji dan mengetahui secara empiris fenomena hubungan antusiasme berprestasi dan kemampuan menghadapi tantangan pada siswa SMK. Oleh karena itu penulis menindaklanjuti hal tersebut dengan melakukan penelitian dan memilih judul penelitian: Hubungan Antara Antusiasme Berprestasi dengan Kemampuan Menghadapi Tantangan Pada Siswa SMK.

10 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui hubungan antara antusiasme berprestasi dengan kemampuan menghadapi tantangan pada siswa SMK. 2. Mengetahui sumbangan atau peran antusiasme berprestasi terhadap kemampuan menghadapi tantangan pada siswa SMK. 3. Mengetahui aspek antusiasme berprestasi yang berpengaruh paling tinggi atau dominan terhadap kemampuan menghadapi tantangan. 4. Mengetahui antusiasme berprestasi pada subjek penelitian 5. Mengetahui tingkat kemampuan menghadapi tantangan pada subjek penelitian. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Bagi siswa, dapat dijadikan pedoman agar siswa dapat meningkatkan kualitas diri dengan berupaya meningkatkan antusiasme berprestasi sebagai salah satu potensi mengoptimalkan kemampuan mengatasi tantangan sehingga dapat menyelesaikan tugas akademiknya dengan baik. 2. Bagi para guru, diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai antusiasme berprestasi dengan kemampuan menghadapi tantangan sehingga guru dapat mengambil kebijakan-kebijakan akademis yang tepat sebagai upaya untuk mempelajari faktor-faktor utama yang mempengaruhi kesulitan siswa.

11 3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritik bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan untuk memperkaya khasanah ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan karena hasil penelitian ini memberi penjelasan tentang antusiasme berprestasi dan kemampuan menghadapi tantangan pada siswa SMK.