BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. lembaga penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Bank selaku badan

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor penentu dalam pelaksanaan pembangunan. pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat sebagai orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

ASURANSI DAN KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

UPAYA BANK DALAM PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/ 11 /PBI/2002 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT BANK UMUM PASCATRAGEDI BALI GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan, UU Nomor 10 Tahun 1998, LN No. 182 Tahun 1998, TLN No. 3790, Psl. 1 angka 11.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

Ronny Kusnandar ISSN Nomor

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Bank adalah menghimpun dana, menyalurkan dana, serta. memberikan jasa jasa perbankan kepada masyarakat. Peranan bank dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup

BAB I PENDAHULUAN. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa bank sangat penting dalam pembangunan nasional karena fungsi bank

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Guna

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan yang semakin maju, diperlukan penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi, termasuk perbankan. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan perekonomian nasional. Di dalam ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa: Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Perbankan yang mempunyai fungsi sebagai lembaga keuangan dan peranannya sebagai lembaga perantara sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam hal pembangunan. Pembangunan tersebut memerlukan tersedianya dana yang dapat digunakan untuk kehidupan masyarakat. Di dalam ketentuan Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan bahwa bank sebagai lembaga keuangan dan peranan sebagai lembaga perantara mempunyai fungsi sebagai menghimpun dana-dana masyarakat 1

2 dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank mempunyai peran melindungi dana yang disimpan oleh masyarakat, serta sebagai lembaga perantara dan menyelenggarakan dana masyarakat ke sektor-sektor usaha yang lebih produktif dengan tujuan pencapaian pembangunan ekonomi. Bank sebagai penghimpun dana melakukan beberapa kegiatan keuangan atau jasa yang berupa memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, mengadakan pengawasan dan bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga. Dengan adanya Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 atas Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, memberikan peningkatan jumlah usaha, memberikan produk dan jasa yang ditawarkan kepada masyarakat. Dana yang digunakan oleh bank bukan berasal dari modal bank, melainkan juga sebagian besar berasal dari masyarakat, dikarenakan terbatasnya modal bank. Dana yang dihimpun oleh bank berupa giro, sertifikat deposito, deposito, tabungan dan kredit yang kemudian di salurkan kepada masyarakat sebagai debitur. Kegiatan bank salah satunya adalah penyaluran kredit. Kredit sangat berpengaruh dalam kehidupan ekonomi dan perbankan.

3 Pendapatan dan keuntungan suatu bank lebih banyak bersumber dari pengeluaran kredit, yaitu berupa bunga atau provisi 1. Dalam pemberian kredit tesebut merupakan fungsi utama bank sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang menjelaskan bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat. Istilah Kata kredit berasal dari bahasa Romawi yaitu Credere yang artinya Percaya, diartikan bahwa bank selaku kreditur percaya meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah atau debitur 2, dan debitur dipercaya dalam hal kemampuannya untuk berkewajiban melunaskan pinjamannya dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 1 butir 11 diatur bahwa: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dari rumusan tersebut diketahui bahwa kredit merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang antara bank sebagai kreditur dengan Nasabah sebagai debitur. Dalam perjanjian pinjam-meminjam ini bank sebagai 1 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia (Bandung: Citra Adtiya Bakti, 2006), hlm.471 2 Gatot Supramono, Perbankan Dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis (Jakarta: Djambatan, 1996), hlm.2

4 kreditur percaya terhadap debitur bahwa dalam jangka waktu tertentu telah disepakati untuk berkewajiban melunasi hutang beserta bunganya. Dalam pemberian kredit, bank wajib memperhatikan dasar-dasar pemberian kredit yang telah diatur dalam kententuan Pasal 8 ayat 1 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undangundang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, diatur bahwa: Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan diperjanjikan. Dalam ketentuan Pasal 8 ayat 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 diatur bahwa: Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dari kedua ketentuan tersebut di atas, diperoleh penjelasan bahwa pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia wajib dimiliki dan diterapkan oleh bank dalam pemberian kredit dan pembiayaan, salah satunya adalah bahwa bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, maka bank harus melakukan penilaian dengan seksama terhadap watak, kemampuan, modal

5 agunan, dan proyek usaha dari nasabah debitor, yang kemudian dikenal dengan sebutan the five C of credit analysis atau Prinsip 5 C s. Sasaran Prinsip 5 C s ini adalah memberikan informasi mengenai itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. 3 Dalam praktek Perbankan di Indonesia, pemberian kredit umumnya di sertai dengan adanya jaminan oleh pemohon kredit, sehingga jaminan merupakan syarat mutlak yang diperlukan oleh bank kepada pemohon kredit untuk memperoleh kredit. Dalam perkembangan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi serta usaha dalam masyarakat menuju pembangunan nasional, maka pemerintah mengubah Undang-undang pokok Perbankan dengan Undang-undang yang baru Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah di perbaharui dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, menegaskan dan mengatur bahwa tidak ada lagi dalam pemberian kredit harus disertai dengan kewajiban pemohon kredit menyediakan jaminan materiil atau in-materiil. Dengan adanya Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998, bahwa persyaratan adanya jaminan tidak menjadi mutlak, bank hanya mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik dan kemampuan debitur untuk melaksanakan kewajibannya sesuai yang diperjanjikan. Ukuran daripada itikad baik tersebut sifatnya kualitatif dan tidak mudah untuk diukur, sedangkan kemampuan dapat dianalisa dari pendapatan debitur dalam 3 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2003), hlm.246

6 berusaha atau pekerjaan dari seorang pemohon kredit. 4 Dalam prakteknya bank tetap meminta adanya agunan dari pemohon kredit, menurut ketentuan Pasal 1 butir 23 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 diatur bahwa: Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. Kredit yang disertai jaminan dan agunan dalam prakteknya menimbulkan kendala di kemudian hari, jaminan yang diberikan oleh debitur tidak mencukupi dan tidak mempunyai kualitas nilai yang tinggi mengakibatkan kerugian bagi bank sehingga menimbulkan kredit bermasalah (Non Performing Loan). Kredit bermasalah timbul karena debitur tidak dapat melaksanakan kewajiban sebagaimana telah di perjanjikan antara bank sebagai kreditur dengan nasabah sebagai debitur dan telah melampui jangka waktu yang telah ditentukan. Langkah bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah (Non Performing Loan) tersebut dapat ditempuh dua cara yaitu penyelamatan kredit dan penyelesaian kredit. Langkah penyelamatan kredit ditempuh dengan melalui perundingan kembali antara bank sebagai kreditur dan nasabah peminjam sebagai debitur. Sedangkan langkah penyelesaian kredit ditempuh melalui lembaga hukum, yang dimaksud dengan lembaga hukum adalah Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dan Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN), melalui Badan 4 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank (Bandung:Alfabeta, 2005), hlm.140-141

7 Peradilan, dan melalui Arbitrase atau Badan Alternatif Penyelesaian Sengketa. 5 Tahap penyelamatan kredit bermasalah berpedoman kepada Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993 yaitu dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling), peryaratan kembali (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring). Sedangkan tahap penyelesaian kredit bermasalah merupakan tahap akhir apabila langkahlangkah penyelamatan berupa restrukturisasi tidak efektif lagi yaitu melalui lembaga hukum dan memerlukan waktu yang lama. Dalam perkembangannya masalah restrukturisasi kredit bermasalah bank menjadi kendala khususnya bagi bank milik negara (BUMN), kendala tersebut adalah menghapus bukukan kredit bermasalah debitur tanpa beban pada pembukuan bank. Di sisi lain adanya kendala disharmoni hukum yang mengakibatkan bank BUMN tidak mendapat kesamaan level of playing field dengan bank swasta dalam hal penghapus bukuan, karena menyangkut kekayaan negara. Dalam hal penghapus bukuan kredit bermasalah merupakan kekayaan negara, adanya kesenjangan penafsiran sistem hukum yaitu secara sempit dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN mengatur bahwa modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 mengatur bahwa pemerintah bertanggung jawab sebesar nilai saham yang 5 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.76

8 diambilnya, sehingga piutang bank BUMN bukan piutang negara karena ada piutang dari para pemilik saham. Secara luas Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara mengatur bahwa piutang bank BUMN adalah piutang negara. Pemerintah dengan melalui Departemen Keuangan mengumumkan pelaksanaan penyelesaian kredit bermasalah bank BUMN yang dituangkan dalam Peraturam Menteri Keuangan No. 87/PMK.07/2006 tentang Pengurusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah. Peraturan Menteri Keuangan tersebut merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2006 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah. Di dalam kedua peraturan tersebut menegaskan bahwa bank BUMN kini memiliki wewenang untuk menyelesaikan kredit bermasalah dan memberikan kepastian hukum bahwa kekayaan negara dipisahkan khususnya pengurusan kredit bermasalah di bank BUMN. Penyelesaian kredit bermasalah tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2006 dengan merujuk pada undang-undang yang mendukungnya, yaitu Undang-Undang Perserotan Terbatas dan Undang-Undang BUMN. Sebelum di revisi yaitu, PP No. 14 Tahun 2005, dalam pasal 19 mengatur bahwa segala Penghapusan bersyarat dan Penghapusan Secara

9 Mutlak atas Piutang Perusahaan Negara/Daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu, UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Pasal 20 mengatur bahwa, Tata Cara Penghapusan Secara Bersyarat dan Penghapusan Secara Mutlak atas Piutang Perusahaan Negara/Daerah yang pengurusan piutangnya diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan. Dengan adanya revisi PP No. 14 Tahun 2005 yaitu PP No. 33 Tahun 2006, konsekuensinya yaitu bank BUMN mempunyai kewenangan secara mutlak dalam hal melaksanakan penyelesaian kredit bermasalah di dalamnya melalui mekanisme pengelolaan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat berdasarkan peraturan UU Perseroan Terbatas dan UU BUMN sehingga penghapusan piutang bank BUMN tidak lagi dalam lingkup piutang negara dan pengurusan penyelesaian kredit bermasalah tidak secara mutlak kepada Panitia Urusan Piutang Negara. Penanganan penyelesaian kredit bermasalah pada bank BUMN merupakan Paket Kebijakan Sektor Keuangan yang ditetapkan dalam keputusan bersama Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Negara BUMN.

10 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan pokok yaitu: a. Bagaimana Penerapan PP No. 33 Tahun 2006 terhadap penyelesaian kredit bermasalah? b. Bagaimana upaya Bank Rakyat Indonesia Cabang Sleman dalam melaksanakan PP No. 33 Tahun 2006 dalam hal menangani kredit bermasalah? C. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini, yaitu 1. untuk mengetahui Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah di Bank Rakyat Indonesia Cabang Sleman. 2. untuk mengetahui Pelaksanaan Penyelesaian Kredit Bermasalah di Bank Rakyat Indonesia Cabang Sleman. D. Manfaat Penelitian Penelitian hukum ini disusun guna menambah sumbangan ilmu pengetahuan terutama dalam dunia Perbankan, dalam hal ini memberikan gambaran-gambaran tentang Pelaksanaan PP No. 33 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah.

11 E. Batasan Konsep Implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Pelaksanaan atau Penerapan. Penghapusan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah peniadaan atau proses pembatalan. Pengertian Kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pengertian Kredit Bermasalah menurut Sutan Remy Sjahdeini, ialah kredit-kredit yang tergolong sebagai kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Pengertian Bank menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak Dengan demikian yang dimaksud dengan Implementasi PP No. 33 Tahun 2006 terhadap Tata Cara Penyelesaian Kredit Bermasalah di bank adalah Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2006 terhadap

12 tata cara penyelesaian pinjaman yang kurang lancar di badan usaha penghimpun dana. F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian secara Normatif, yaitu penelitian yang berfokus pada hukum normatif yaitu berupa studi kepustakaan, wawancara dengan nara sumber. 2. Sumber data Sumber data penelitian diperoleh dari: a. Data primer Data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama berupa hasil wawancara dengan satu nara sumber yaitu, Ibu Asri Untari, SH. selaku Bagian ADK BRI Yogyakarta Cabang Sleman. b. Data sekunder Data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier a) Bahan hukum primer - Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. - Kitab Undang-Udang Hukum Perdata Pasal 1313. - Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587 tentang Perseroan Terbatas.

13 - Undang-Undag Nomor 19 Tahun 2003, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tentang Badan Usaha Milik Negara. - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan - Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4357 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia - Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah - Peraturam Menteri Keuangan No. 87/PMK.07/2006 tentang Pengurusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 12 DPNP tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

14 Nomor 13 DPNP tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit b) Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder berupa pendapat-pendapat hukum yang diperoleh dari buku-buku, majalah-majalah, makalah, jurnal, internet, seminar, dan wawancara langsung dengan nara sumber dilokasi obyek. 3. Metode pengumpulan data Dalam penelitian ini menggunakan metode berupa pengumpulan data berupa studi kepustakaan atau studi dokumen yaitu dengan mempelajari literatur serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti dan melakukan penelitian langsung ke lokasi dengan menggunakan metode wawancara dengan nara sumber 4. Metode analisis data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yang berarti data yang dikumpulkan di pisah-pisahkan kemudian di analisis secara kualitatif. Sedangkan untuk proses penalaran dalam menarik kesimpulan akan digunakan metode berpikir secara induktif, yaitu pola berpikir yang berdasarkan hal-hal yang bersifat khusus kemudian ditarik pada kesimpulan yang bersifat umum.

15 G. Sistematika Penulisan Hukum Bab I : Pendahuluan Dalam bab Pendahuluan ini akan diuraikan mengenai Latar Belakang Masalah yang menjadi dasar penulisan hukum, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Konsep, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Hukum. Bab II : Pembahasan Dalam bab Pembahasan ini akan diuraikan antara lain: Tinjauan umum mengenai Bank, Tinjauan umum mengenai kredit, mengenai jenis kredit bermasalah, akibat kredit bermasalah bagi perbankan serta Penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah; Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006 tentang Penyelesaian kredit bermasalah di Bank Rakyat Indonesia Cabang Sleman serta upaya penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan Bank Rakyat Indonesia Cabang Sleman sebelum dan sesudah Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006. Bab III : Penutup Dalam bab Penutup ini akan diuraikan mengenai kesimpulan yaitu berupa jawaban dari rumusan masalah yang diperoleh berdasarkan penelitian serta berisi mengenai saran-saran yang diajukan berdasarkan jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian hukum ini.