RANCANG BANGUN EVAPORATIVE COOLING

dokumen-dokumen yang mirip
UJI PRESTASI PENDINGINAN EVAPORASI KONTAK TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVAPORATIVE COOLING) DENGAN VARIASI TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN AIR

PENGARUH DEBIT AIR SEMBURAN TERHADAP EFEKTIVITAS DIRRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI HORISONTAL

Pengaruh Jenis Sprayer Terhadap Efektivitas Pendinginan Evaporasi Kontak Langsung

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN SEARAH

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP EFEKTIFITAS PENDNGINAN EVAPORASI DENGAN KONTAK LANGSUNG TANPA MENGGUNAKAN BANTALAN PENDINGIN

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN BERLAWANAN ARAH

PENGURANGAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CACL2) PADA WAKTU SIANG HARI DENGAN VARIASI SPRAYING NOZZLE

JTM Vol. 04, No. 1, Februari

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KINERJA SUATU MENARA PENDINGIN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

Analisa performansi cooling pad dengan penambahan saluran berbentuk silinder dan balok

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

Analisa performansi cooling pad tanpa saluran udara dan dengan saluran udara

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

PEMBUATAN ALAT PENGERING SERBUK TEMBAGA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

PENGARUH JENIS SPRAYER TERHADAP EFEKTIVITAS DIRECT EVAPORATIVE COOLING DENGAN COOLING PAD SERABUT KELAPA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA COOLING TOWER 8330 CT01 PADA WATER TREATMENT PLANT-2 PT KRAKATAU STEEL (PERSERO). TBK

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bayan 4 No. 20. Karakteristik bahan di sekitar lokasi Ke-1 didominasi oleh dinding

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012

PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC

STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI COOLING PAD BERBAHAN SUMBU KOMPOR DENGAN PENAMBAHAN VARIASI DUCTING BERBENTUK SILINDER DAN BALOK ABSTRAK

Analisa Performansi Cooling Pad Tanpa Saluran Udara dan dengan Saluran Udara

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

PENGARUH LAJU ALIRAN AIR SISTEM EVAPORATIVE COOLING

Ach. Taufik H., et al., Analisis Beban Kalor. 1

BAB V PENUTUP. Dari hasil penyelesaian tugas akhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Campuran udara uap air

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

ALAT VISUALISASI PROSES PENGKONDISIAN UDARA

BAB V ANALISA PERHITUNGAN DARI BEBERAPA ALAT. V.1 Hasil perhitungan beban pendingin dengan memakai TRACE 700

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

MODIFIKASI ALAT REFRIGERATOR DENGAN PENAMBAHAN PROSES PENGKABUTAN AIR UNTUK PENYIMPANAN SAYUR BAYAM

STUDI KINERJA MESIN PENGKONDISI UDARA TIPE TERPISAH (AC SPLIT) PADA GERBONG PENUMPANG KERETA API EKONOMI

BAB II LANDASAN TEORI

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

PENGARUH TEKANAN TERHADAP PENGKONDISIAN UDARA SISTEM EKSPANSI UDARA

Rancang Bangun Sistem Aeroponik Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

DISTRIBUSI KELEMBABAN UDARA DENGAN METODE PEMANAS 60, 70, 80, 90 WATT TERHADAP VARIASI KECEPATAN UDARA

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB III ANALISA PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air. Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei Juni 2015 di kandang ayam broiler milik

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATUBARA PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG

PENGARUH PROSES DEHUMIDIFIKASI TERHADAP TEMPERATUR UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CaCl2)

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KELEMBABAN RELATIF RUANGAN DARI SISTEM DEHUMIDIFIKASI MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUIDS DYNAMICS (CFD)

DAFTAR PUSTAKA. W. Arismunandar, Heizo Saito, 1991, Penyegaran Udara, Cetakan ke-4, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN


PENGGUNAAN WATER HEATING PADA MESIN PENGKONDISIAN UDARA SEBAGAI ALAT PENGENDALI KELEMBABAN UDARA DI DALAM RUANG OPERASI DI RUMAH SAKIT

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 5 No. 3, September 2016 (1-6)

Salah satu jenis pengering udara adalah regenerative desiccant air dryer. Gambar 2.2 merupakan salah satu contoh dari alat pengering udara jenis

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober

BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran. 60 DAFTAR PUSTAKA.. 61 LAMPIRAN. 62

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA SUHU COOLING TOWER PADA PENGELASAN CO2 PANA ROBO TA 1400

BAB II LANDASAN TEORI

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI COOLING PAD BERBAHAN SUMBU KOMPOR TANPA DUCTING DAN DENGAN DUCTING ABSTRAK

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB 4 HASIL & ANALISIS

LAPORAN TUGAS AKHIR REDESIGN OF AIR CONDITIONING TEST-BED FOR ENERGY CONVERSION LABORARORY

STUDI PERFORMANSI MESIN PENDINGIN SALURAN UDARA SERBAGUNA MENGGUNAKAN REFRIGERANT R-22

Analisis Performa Cooling Tower LCT 400 Pada P.T. XYZ, Tambun Bekasi

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

PENGARUH PERUBAHAN BEBAN TERHADAP SISTEM UAP EKSTRAKSI PADA DEAERATOR PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

BAB V PENUTUP Perancangan Tungku Pengecoran Alumunium dilakukan mulai dari. samping, rangka burner, rangka tungku, dan instrument.

PENERAPAN PENDINGIN UDARA EVAPORATIF UNTUK KENYAMANAN TERMAL

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

ALAT UKUR KELEMBABABAN UDARA

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II LANDASAN TEORI

PERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

Transkripsi:

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 12 No. 1 Januari 2016; 24-29 RANCANG BANGUN EVAPORATIVE COOLING Sunarwo Program Studi Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Semarang Jl.Prof Soedarto, S.H., Tembalang, Kotak Pos 6199/SMG, Semarang 503293 Telp. 024-7473417, 024-7466420 (Huntig), Fax. 024-7472396 Abstrak Tujuan dari rancang bangun ini adalah untuk mengkaji, menguji dan menganalisa kerja dari evaporative cooling (variasi temperatur air) itu sendiri. Dan juga untuk mengetahui apa pengaruhnya terhadap terhadap udara sekitar.metode yang digunakan adalah menguji evaporative cooling dengan memvariasikan temperatur air yang digunakan dan jarak peletakan higrometer untuk mengetahui terdapat perubahan RH atau kelembapan terhadap udara sekitarnya.hasil pengujian dengan temperature air 28 C, 18 C, dan 10 C. dan juga jarak higrometer 10 cm, 15 cm dan 20 cm. didapatkan penurunan temperature bola kering paling besar dimana saat masuk 33,5 C dan keluar 26 C dengan RH dari 36,5% menjadi 71%, yang didapatkan pada tanggal 24 juni 2015 dengan jarak 10 cm. Kata Kunci : Evaporative Cooling, kenaikan RH Pendahuluan Makhluk hidup di bumi memerlukan kondisi yang nyaman untuk mereka tinggali, tak terkecuali manusia. Di zaman modern seperti ini manusia membutuhkan berbagai fasilitas dalam menunjang kehidupan mereka seharihari. Salah satu fasilitas yang sekarang menjadi kebutuhan yaitu bagaimana mengkodisikan udara untuk memperoleh kenyamanan. Nyaman yang dimaksud adalah kondisi udara disekitar mereka yang mana tidak terlalau dingin ataupun panas, dan juga dapat menjaga kelembapan kulit mereka. Kondisi yang disebut nyaman ada di kisaran suhu antara 22 C - 27 C dan juga pada RH (relative humidity) antara 40% - 60%. Sehingga perlu adanya pengkondisian udara, dimana adalah perlakuan terhadap udara untuk mengatur suhu, kelembapan, kebersihan dan pendistribusiannya secara serentak guna mencapai kondisi nyaman yang diperlukan oleh orang yang berada di dalam suatu ruangan. Gambar 1. Diagram Psikrometrik Udara Nyaman Tujuan dari rancang bangun evaporative cooling ini adalah merancang dan membuat model evaporative cooling serta mengkaji unjuk kerja evaporative cooling. 24

Rancang Bangun Evaporative Cooling (Sunarwo) Metode penelitian Gambar 2. Desain instalasi Alat ini bekerja dengan cara air yang dimasukkan ke dalam bak atau tangki kemudian dipompakan menuju masukan nosel. Kemudian air disemprotkan melalui masukan nosel dan dikabutkan dengan tiupan angin dari fan yang masuk ke dalam ruang pencampuran udara. Didalam ruang pencampuran udara tersebut terjadi kontak antara uap air dingin dengan udara lingkungan yang masuk ke dalam ruang pencampur. Sehingga udara yang keluar dari ruang pencampur mempunyai kelembaban yang lebih tinggi daripada sebelum memasuki proses pencampuran dan udara dengan temperatur yang rendah dibandingkan dengan udara masuk. Alat ini terdiri dari ruang pengkabutan dan rangka bawah. Ruang pengkabutan terbuat dari triplek, ini berguna sebagai isolasi agar air yang mengabut tidak meresap dan luber kemana-mana.sedangkan rangka bawah terbuat dari rangka besi ini berguna untuk menopang ruang pengkabutan agar tidak jatuh dan tetap berdiri dengan kuat. Bagian terpenting dari alat ini adalah fan yang harus memiliki sapuan angin yang kuat agar dapat mengkabutkan uap air dengan sempurna. Cara mengambil data percobaan yaitu: Pelaksanaan langkah pengujian adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan antara lain Alat Evaporative Cooling, air 30 lt, es batu 10 kg, ember, gelas ukur kaca, higrometer dan termometer. 2. Mengecek alat ukur yang digunakan dengan cara mencatat semua kondisi awal alat ukur. 3. Mengisi reservoir dengan air 30 lt. Kemudian mengukur suhu air pada reservoir menggunakan termometer. 4. Kemudian memasang alat ukur (higrometer) 10, 15, dan 20 cm dari depan fan. 5. Kemudian menghidupkan pompa dan fan. 6. Mengatur fan dengan kecepatan 1 kemudian mengukur kecepatan fan dengan anemometer. 7. Membaca Higrometer dengan parameter yang dibaca yaitu Tdb dan Twb masuk dan keluar. 8. Mengatur fan dengan kecepatan 2 kemudian mengukur kecepatan fan dengan anemometer. 9. Membaca Higrometer dengan parameter yang dibaca yaitu Tdb dan Twb masuk dan keluar. 10. Mengatur fan dengan kecepatan 3 kemudian mengukur kecepatan fan dengan anemometer. 11. Membaca Higrometer dengan parameter yang dibaca yaitu Tdb dan Twb masuk dan keluar. 12. Setelah selesai mematikan pompa dan fan. 13. Mengisi reservoir dengan air 26 lt dan menambahkan es sebanyak 4 kg ke dalam reservoir dan mengukur suhu air dalam reservoir. 14. Kemudian mengulangi langkah 4-12. 25

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 12 No. 1 Januari 2016; 24-29 15. Mengisi reservoir dengan air 23 lt dan menambahkan es sebanyak 7 kg ke dalam reservoir dan mengukur suhu air dalam reservoir. 16. Kemudian mengulangi langkah 4-12. Data yang diambil adalah data temperature bola kering masuk dan keluar alat serta data temperature bola basah masuk dan keluar alat. Setelah membaca temperature bola kering dan basah pada hygrometer kemudian membaca tabel Humidity with air flow untuk melihat nilai kenaikan RH (Relative Humidity). Tabel 1. Data hasil percobaan tanggal 24 juni 2015 dengan jarak penempatan hygrometer 10 cm V ( f a n ) m / s W a k t u ( m e n i t ) T d b 1 T w b 1 R H 1 ( % ) T d b 2 T w b 2 R H 2 1.1 1 0 3 3 2 2. 5 4 0 2 7 2 2. 5 6 2. 2 5 ( % ) 1 0 3 3 2 2. 5 4 0 2 7 2 2. 5 6 2. 2 5 1.3 1 0 3 3. 5 2 2 3 6. 5 2 6. 5 2 2 6 8 1 0 3 3. 5 2 2 3 6. 5 2 6. 5 2 2 6 8 1.6 1 0 3 3. 5 2 2 3 6. 5 2 6 2 1. 5 6 1. 5 1 0 3 3. 5 2 2 3 6. 5 2 6 2 1. 5 6 1. 5 Hasil Dari percobaan yang telah dilakuka selama 3 hari dari tanggal 23-25 juni 2015 didapatkan hasil performa yang paling baik yaitu pada tanggal 24 Juni 2015 saat jarak penempatan higrometer 10 cm dan berikut adalah tabel hasil data percobaan yang diperoleh 25 20-15 * * U rz 5 udara masuk (suhu air = pengukuran 10 cm) B udara keluar (suhu air = pengukuran 10 cm) A udara masuk (suhu air = pengukuran 15 cm) X udara keluar (suhu air = pengukuran 15cm) 0 25 27.5 30 32.5 Tdb ( C) udara masuk (suhu air = pengukuran 20 cm) Gambar 3. Hubungan antara Jarak Penempatan Higrometer dengan Tdb (Temperatur Bola Kering) masuk dan Tdb(Temperatur Bola Kering) keluar pada tanggal 24 Juni 2015 dengan Temperatur Reservoir 10rC 26

Rancang Bangun Evaporative Cooling (Sunarwo) Dari hasil pengujian alat TA yang telah dilakukan, dengan menggunakan suhu air pada reservoir = 1 0 C(dengan penambahan es batu 7 kg dan 23 lt air) dan menggunakan kecepatan fan adalah 1,1 m/s, 1,3 m/s dan 1,6 m/s didapatkan grafik pengaruh Jarak sedikit. Hal ini dipengaruhi oleh udara luar atau udara lingkungan sekitar dan kecepatan fan. Semakin tinggi temperatur udara luar maka semakin kecil penurunan temperatur bola kering. Semakin besar kecepatan fan maka penurunan temperatur bola kering akan semakin besar. Pada Kecepatan fan 1,1 m/s nilai temperatur bola kering masuk 33 C serta 40 % 0,0128 kg ap air/kg udara kering dan keluar dengan temperatur 27 CC serta menghasilkan Relative Humidity (RH) sebesar 62,25 % sehingga ratio kelembaban (ro) sebesar 0,014 kg uap air/kg udara keringdengan jarak penempatan Higrometer 10 cm. Sedangkan kecepatan fan 1,3 m/s nilai temperatur bola kering masuk 33,5 C serta 36,5 % 0,012 kg uap air/kg udara kering dan keluar dengan temperatur 26,5 CC serta menghasilkan Relative Humidity (RH) sebesar 68 % 0,015 kg uap air/kg udara kering dengan jarak penempatan Higrometer 10 cm. Untuk kecepatan fan 1,6 m/s nilai temperatur bola kering masuk 33,5 CC serta menghasilkan Relative Humidity (RH) sebesar 36,5 % sehingga ratio kelembaban (ro) sebesar 0,012 kg uap air/k g dara kering dan keluar dengan temperatur 26 C serta menghasilkan Relative Humidity (RH) sebesar 61,5 % 0,0131 kg uap air/kg udara kering dengan jarak penempatan Higrometer 10 cm. Penempatan Higrometer (cm) terhadap Temperatur Bola Kering ( C) seperti diatas. Semakin besar jarak penempatan Higrometer maka semakin kecil penurunan Temperatur Bola Kering atau pergeseran Temperatur Bola Kering akan semakin Pada Kecepatan fan 1,1 m/s nilai temperatur bola kering masuk 32,5 C serta 39,5 % 0,01236 k g uap air/k g udara kering dan keluar dengan temperatur 28,5 CC serta menghasilkan Relative Humidity (RH) sebesar 57 % 0,01411 kg uap air/kg udara kering dengan jarak penempatan Higrometer 15 cm. Sedangkan kecepatan fan 1,3 m/s nilai temperatur bola kering masuk 32,5 C serta menghasilkan Relative Humidity (RH) sebesar 39,5 % 0,01236 k g uap air/k g udara kering dan keluar dengan temperatur 28,5 CC serta menghasilkan Relative Humidity (RH) sebesar 57 % 0,01411 kg uap air/kg udara kering dengan jarak penempatan Higrometer 15 cm. Untuk kecepatan fan 1,6 m/s nilai temperatur bola kering masuk 33 CC serta menghasilkan Relative Humidity (RH) sebesar 40 % 0,01279 k g uap air/k g udara kering dan keluar dengan temperatur 29 CC serta menghasilkan Relative Humidity (RH) sebesar 54 % 0,01373 kg uap air/kg udara kering dengan jarak penempatan Higrometer 15 cm. Pada Kecepatan fan 1,1 m/s nilai temperatur bola kering masuk 32,5 CC serta 39,5 % 27

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 12 No. 1 Januari 2016; 24-29 0,01236 k g uap air/k g udara kering dan l<cl licik dengan temperatur 28,5 C serta menghasilkan Relative Humidity (RH) sebesar 57 % 0,01411 kg uap air/kg udara kering dengan jarak penempatan Higrometer 20 cm. Sedangkan kecepatan fan 1,3 m/s nilai temperatur bola kering masuk 33 CC serta menghasilkan Relative Humidity (RH) sebesar 38 % 0,01213 k g uap air/k g udara kering d a n k e l u a r dengan temperatur 29 C serta menghasilkan Relative Humidity (RH) sebesar 54 % 0,01373 kg uap air/kg udara kering dengan jarak penempatan Higrometer 20 cm. Untuk kecepatan fan 1,6 m/s nilai temperatur bola kering masuk 33 CC serta menghasilkan Relative Humidity (RH) sebesar 40 % 0,01279 k g uap air/k g udara kering d a n k e l u a r dengan temperatur 29 C serta menghasilkan Relative Humidity (RH) sebesar 54 % 0,01373 kg uap air/kg udara kering dengan jarak penempatan Higrometer 20 cm. Jadi pada tanggal 24 Juni saat temperatur air di reservoir 10 C(dengan penambahan es batu 7 kg dan 23 lt air) nilai penurunan temperatur terbesar adalah pada saat jarak penempatan Higrometer 10 cm ketika kecepatan fan 1,6 m/s dengan Temperatur bola kering masuk adalah 33,5 CC dan keluar dengan temperatur 26 CC. Hal ini diikuti dengan kenaikan Relative Humidity (RH) paling tinggi adalah pada saat kecepatan fan 1,6 m/s dengan penempatan Higrometer 10 cm dengan nilai RH sisi masuk udara adalah 36,5 % menjadi RH sisi keluar adalah 71 %. Untuk ratio kelembaban, semakin besar kenaikan Relative Humidity dan semakin besar pergeseran atau penurunan temperatur bola kering maka nilai perbandingan ratio kelembaban akan semakin kecil. Dari hasil analisa pengujian yang didapat pada tgl 24 Juni bahwa performa uji terbaik adalah pada saat temperatur air dengan suhu 10 C(dengan penambahan es batu 7 kg dan 23 lt air)saat jarak penempatan higrometer 10 cm dari fan dengan kecepatan fan sebesar 1, 6m/s sehingga didapatkan nilai penurunan atau pergeseran temperatur bola kering paling besar yaitu temperatur bola kering masuk 33,5 Cdan keluar dengan temperatur 26 C. Ini diikuti dengan kenaikan Relative Humidity (RH) terbesar yaitu saat sisi masuk udara adalah 36,5 % menjadi 71 % untuk sisi keluar. Kesimpulan Setelah melakukan pengujian, dari tabel dan grafik dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dimensi model dari evaporative cooling adalah panjang ruang pengkabutan 75 cm dengan lebar 37 cm. Lebar fan yang digunakan 37 cm dengan tinggi 35 cm. Panjang penyangga yang digunakan 100 cm dengan lebar 37 cm dan tinggi 75cm. 2. Dari ketiga hari pengujian yang telah dilakukan yaitu pada tanggal 23 Juni, 24 Juni dan 25 Juni 2015 didapatkan hasil bahwa performa terbaik yaitu pada tanggal 24 Juni 2015 saat jarak penempatan higrometer 10 cm dari fan pada saat temperatur air dengan suhu 10 C (dengan penambahan es batu 7 kg dan 23 lt air) dengan penurunan atau pergeseran temperatur bola kering paling besar yaitu temperatur bola kering masuk 33,5 C dan keluar dengan temperatur 26 C. Ini diikuti dengan kenaikan Relative Humidity (RH) terbesar yaitu saat sisi masuk udara adalah 36,5 % menjadi 71 % 28

Rancang Bangun Evaporative Cooling (Sunarwo) untuk sisi keluar, faktor yang mempengaruhi penurunan temperatur dan kenaikan relative humidity adalah: a. Udara lingkungan atau udara luar, semakin tinggi temperatur udara lingkungan maka temperatur pada alat evaporative cooling akan semakin tinggi. b. Penempatan jarak pengukuran higrometer, semakin jauh jarak penempatan higrometer semakin kecil penurunan temperatur dan kenaikan nilai relative humidity akan semakin kecil. c. Temperatur air pada reservoir, untuk mendapatkan tingkat udara yang lebih dingin bisa ditambahkan es batu pada reservoir. Karena semakin dingin temperatur reservoir maka udara yang keluar dari alat evaporative cooling juga akan semakin dingin. d. Pemilihan fan, semakin besar tingkat kecepatan fan maka akan semakin dingin udara yang keluar dari alat evaporative cooling. Diploma III Teknik Mesin Universitas Diponegoro. 2. Boles dan Cengel. 1998. Thermodynamics: An Engineering Approach. New York: McGraw Hill. Co. 3. Engineeringstroom.2009.engineeringst room.blogspot.com/2009/03/sistem pendingin html. Diunduh pada tanggal 24 Juni 2015, Pukul 23.32 WIB. 4. Hara Supratman, Ir, Jones, J.W, Stocker,W.F1987. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara. Jakarta: Erlangga. 5. Hasan Syamsuri dan Widodo Sapto.2008. Refrigerasi dan Tata Udara.Jakarta: Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional 6. Wiranto Arismunandar dan Saito, H.1981.Penyegaran Udara Jakarta: Pradnya Paramita. Ucapan terima kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membatu, terutama dosen pembimbing. Daftar Pustaka 1. Afendi Achmad Arif, Fuadi Muh.Jamil, dan Sonhaji Muhammad.2012. Tugas Akhir.Perhitungan Beban Pendinginan, Pemilihan dan Pemasangan Air Conditioning DiRuang Autocad.Semarang: Fakultas Teknik Program Studi 29