TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2011

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2010

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2016 adalah 515,40 ribu atau 7,98 persen dari total penduduk.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2017 adalah 514,62 ribu jiwa atau 7,78 persen dari total penduduk.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN (KEADAAN SEPTEMBER TAHUN 2013)

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEPTEMBER TAHUN 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007

KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEPTEMBER TAHUN 2016

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015

BPS PROVINSI SUMATERA UTARA PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2015

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN

TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 SEBESAR 15,03 PERSEN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2014


PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016


TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2011

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT SEPTEMBER 2011 RINGKASAN

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015


KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2014 SEBESAR 15,00 PERSEN RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2011

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014


PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN (KEADAAN SEPTEMBER TAHUN 2015)

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016

TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2013 SEBESAR 15,43 PERSEN RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

Profil Kemiskinan Daerah Istimewa Yogyakarta Maret 2017

PROFIL KEMISKINAN DAN TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI ACEH MARET 2017

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 SEBANYAK 223,24 RIBU ORANG.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016


PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

BADAN PUSAT STATISTIK

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN MENURUN DARI SEPTEMBER 2015 KE MARET 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

Transkripsi:

No. 31/ 07/14/Th. X, 1 Juli 2011 TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2011 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2011 adalah 482.050 atau 8,47 persen dari total penduduk. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Riau Maret 2011 sebesar 482.050 jiwa (8,47 persen). Jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2010 yang berjumlah 500.260 jiwa (8,65 persen), penduduk miskin di Riau mengalami penurunan sebanyak 18.210 jiwa. Selama periode Maret 2010-Maret 2011, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 67.000 jiwa, sedangkan di daerah perdesaan mengalami kenaikan sebesar 48.800 jiwa. Meskipun demikian persentase penduduk miskin mengalami penurunan baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Jumlah dan persentase penduduk miskin di Riau memperlihatkan kecenderungan menurun pada periode 2005-2011. Jumlah penduduk miskin menurun dari 600.400 jiwa pada tahun 2005 menjadi 482.050 jiwa pada bulan Maret 2011. Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 12,51 persen pada tahun 2005 menjadi 8,47 persen pada bulan Maret 2011. Komposisi penduduk miskin menurut daerah tempat tinggal di Riau pada Bulan Maret 2010 di perdesaan sebesar 58,24 persen, sedangkan di perkotaan sebesar 41,76 persen dari total penduduk miskin. Komposisi ini mengalami pergeseran pada tahun 2011, dimana persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik menjadi 70,56 persen dan perkotaan turun menjadi 29,44 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan persentase penduduk miskin di perdesaan tidak secepat di perkotaan. Selama Maret 2010 Maret 2011, Garis Kemiskinan naik sebesar 10,03 yaitu dari Rp. 256.112,- per kapita per bulan pada Maret 2010 menjadi Rp. 282.479,- per kapita per bulan pada Maret 2011. Pada periode Maret 2010-Maret 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2) mengalami penurunan. Pada bulan Maret 2010, P 1 Riau sebesar 1,38, turun menjadi 1,21 pada Maret 2011, sedang P 2 nya pada Maret 2010 sebesar 0,37, turun menjadi 0,29 pada Maret 2011. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin bergerak mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin relatif menurun. Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No. 31/07/14/Th. X, 1 Juli 2011 1

1. PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN DI RIAU, 2006-2011 Jumlah dan persentase penduduk miskin di Riau pada periode 2006-2011 menunjukkan kecenderungan menurun. Pada periode 2006-2009, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 37.410 jiwa yaitu dari 564.900 jiwa pada tahun 2006 menjadi 527.490 jiwa pada tahun 2009. Pada periode yang sama persentase penduduk miskin menurun dari 11,85 persen menjadi 9,48 persen. Trend dua tahunan yaitu periode 2010-2011, menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin juga mengalami penurunan sebesar 18.210 jiwa yaitu dari 500.260 jiwa pada tahun 2010 menjadi 482.050 jiwa pada tahun 2011. Pada periode yang sama persentase penduduk miskin mengalami penurunan dari 8,65 persen menjadi 8,47 persen. Tabel 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Riau menurut Daerah, 2002-2011 Tahun Jumlah Penduduk Miskin (ribu) Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa 2002 n.a n.a 635,0 n.a n.a 15,39 2003 n.a n.a 660,7 n.a n.a 14,97 2004 n.a n.a 658,6 n.a n.a 14,67 2005 199,9 400,5 600,4 8,26 16,82 12,51 2006 226,3 338,6 564,9 9,37 14,40 11,85 Maret 2007 246,4 328,1 574,5 9,53 12,90 11,20 Maret 2008 245,1 321,6 566,67 9,12 12,16 10,63 Maret 2009 225,6 301,9 527,49 8,04 10,93 9,48 Maret 2010 208,92 291,34 500,26 7,17 10,15 8,65 Maret 2011 141,92 340,13 482,05 6,37 9,83 8,47 Sumber: BPS, Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2. PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2010-MARET 2011 Jumlah penduduk miskin di Riau pada bulan Maret 2011 sebesar 482.050 atau 8,47 persen dari jumlah penduduk Riau. Jumlah ini mengalami penurunan sebanyak 18.210 jiwa atau sebesar 3,64 persen jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2010 yang berjumlah 500.260 jiwa atau 8,65 persen dari jumlah penduduk Riau. Jika dibandingkan antara daerah perdesaan dengan perkotaan, kecepatan penurunan penduduk miskin di daerah perdesaan tidak secepat daerah perkotaan. Jumlah penduduk miskin di Riau yang tinggal di daerah perkotaan Maret 2011 mencapai 141.920 jiwa, turun sebesar 67.000 jiwa atau sebesar 32,07 persen jika dibandingkan dengan Maret 2010 yaitu 208.920 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk miskin di Riau yang tinggal di daerah 2 Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No. 31/07/14/Th. IX, 1 Juli 2011

perdesaan Maret 2011 mencapai 340.130 penduduk, naik sebesar 48.800 penduduk atau sekitar 16,75 persen jika dibandingkan dengan Maret 2010 yaitu 291.340 jiwa. Meskipun demikian, persentase penduduk miskin mengalami penurunan baik di perkotaan maupun perdesaan (lihat Tabel 2). Komposisi penduduk miskin menurut daerah tempat tinggal di Riau pada Bulan Maret 2010 di perdesaan sebesar 58,24 persen, sedangkan di perkotaan sebesar 41,76 persen dari total penduduk miskin. Komposisi ini mengalami pergeseran pada tahun 2011, dimana persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik menjadi 70,56 persen dan perkotaan turun menjadi 29,44 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan persentase penduduk miskin di perdesaan tidak secepat di perkotaan. Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2010-Maret 2011 Jumlah/Persentase Penduduk Miskin Maret 2010 Maret 2011 Perubahan Jumlah Penduduk Miskin (000) Perkotaan 208.92 141.92-67.0 Pedesaan 291.34 340.13 48.8 Perkotaan+Pedesaan 500.26 482.05-18.2 Persentase Penduduk Miskin Perkotaan 7,17 6,37-0,80 Pedesaan 10,15 9,83-0,33 Perkotaan+Pedesaan 8,65 8,47-0,18 Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2010 dan 2011 3. PERUBAHAN GARIS KEMISKINAN (GK) MARET 2010- MARET 2011 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh GK, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah GK. Semakin tinggi GK, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Selama Maret 2010 Maret 2011, Garis Kemiskinan naik sebesar 10,03 yaitu dari Rp. 256.112,- per kapita per bulan pada Maret 2010 menjadi Rp. 282.479,- per kapita per bulan pada Maret 2011. Jika kita bandingkan menurut daerah tempat tinggal, kenaikan Garis Kemiskinan di perdesaan lebih tingi dari pada kenaikan Garis Kemiskinan di perkotaan yakni 13,49 untuk daerah perdesaan dan 10,08 untuk daerah perkotaan. Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No. 31/07/14/Th. X, 1 Juli 2011 3

Tabel 3. Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Menurut Daerah, Maret 2010 - Maret 2011 Daerah Maret 2010 Maret 2011 Persentase Perubahan Perkotaan 276.627 306.504 10,08 Pedesaan 235.267 267.007 13,49 Perkotaan+Pedesaan 256.112 282.479 10,03 Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2010 dan 2011 4. INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN DAN INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2010-Maret 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 1,38 pada keadaan Maret 2010 menjadi 1,21 pada keadaaan Maret 2011. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,37 menjadi 0,29 pada periode yang sama (Tabel 4). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin bergerak mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin mengalami penurunan. Jika dibandingkan antara daerah perdesaan dengan perkotaan, Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) di perdesaan mengalami penurunan dari 1,89 pada Maret 2010 menjadi 1,49 pada Maret 2011, sedangkan di perkotaan mengalami penurunan dari 0,88 pada Maret 2010 menjadi 0,77 pada Maret 2011. Hal ini berarti bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin baik di daerah perdesaan maupun daerah perkotaan sama-sama bergerak mendekati garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di daerah perdesaan mengalami penurunan dari 0,57 pada Maret 2010 menjadi 0,37 pada Maret 2011, sedangkan di daerah perkotaan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) relatif stabil. Hal ini berarti terjadi penurunan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di daerah perdesaan, sedangkan di daerah perkotaan relatif tidak mengalami perubahan. 4 Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No. 31/07/14/Th. IX, 1 Juli 2011

Tabel 4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di Provinsi Riau Menurut Daerah, Maret 2010- Maret 2011 Tahun Kota Desa Kota + Desa Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2010 0,88 1,89 1,38 Maret 2011 0,77 1,49 1,21 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2010 0,17 0,57 0,37 Maret 2011 0,16 0,37 0,29 Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2010 dan Maret 2011 5. PENJELASAN TEKNIS DAN SUMBER DATA a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Head Count Index (HCI), yaitu persentase penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. c. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung kemiskinan adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Maret 2010 dan Maret 2011. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditas pokok bukan makanan. Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No. 31/07/14/Th. X, 1 Juli 2011 5