BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reptil adalah salah satu fauna yang banyak terdapat di wilayah Indonesia. Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara yang memiliki jenis reptil paling tinggi didunia, yakni lebih dari 600 jenis. Reptil merupakan salah satu vertebrata yang memiliki berbagai macam spesies dengan berbagai karakteristik dan morfologis yang berbeda. Reptilia memiliki beberapa garis keturunan antara lain memiliki nenek moyang amfibi yaitu Labyrinthodont. Selanjutnya peneliti menemukan Cotylosaurus sebagai reptile-like amphibian sekitar 300 juta tahun yang lalu. Setelah Cotylosaurus punah, bersama dengan keturunan dinosaurus yang lainnya dengan ditunjukkan munculnya Sphenodon dan kadal modern seperti Anolis. Karakteristik reptil berbeda dengan kelas amfibi dan ikan yaitu memiliki tiga selaput ekstraembrional (Kent, 1969). Sistem saraf terdiri dari beberapa organ saraf yang saling berkoordinasi. Sistem saraf berperan dalam mengontrol dan mengatur kemampuan iritabilitas, sensitivitas, konduktivitas, dan kemampuan dalam mentransmisikan respon suatu stimulus. Upaya pengontrolan dan pengaturan tersebut melibatkan sistem saraf perifer (Peripheral Nervous System/PNS) dan sistem saraf pusat (Central Nervous System/CNS). Sistem saraf perifer terdiri atas saraf sensorik dan motorik yang bekerja secara sadar (saraf somatis) maupun bekerja secara tidak sadar (saraf otonom) sedangkan sistem saraf pusat/cns terdiri dari otak dan medulla spinalis (Sloane, 2003). Sistem saraf menerima stimulus atas satu atau lebih reseptor dan mentransmisikan informasi pada satu atau lebih efektor untuk merespon stimulus. Efektor 1
terdiri efektor mekanis seperti otot dan efektor kimia seperti kelenjar (Kardong, 2002). Medulla spinalis vertebrata, terbagi atas dua daerah yang dapat dilihat dari kenampakan pada preparat utuh yang masih segar yaitu bagian gray matter (bagian yang berwarna abu-abu) yang berisi badan sel saraf. Bagian dorsal dan ventral dari gray matter sedikit memanjang sehingga dinamakan tanduk dorsal dan tanduk ventral. Bagian dorsal berisi badan saraf yang menerima informasi sensoris sedangkan bagian ventral berisi badan saraf motorik. Selain bagian gray matter, terdapat pula bagian white matteryang berada pada bagian tepi dan berisi banyak serabut saraf dengan selubung myelin sehingga memberikan warna putih pada bagian tersebut (Kardong, 2002). Medulla spinalis atau spinal cord memiliki peran penting dalam mengendalikan aktivitas yang berhubungan dengan saraf. Secara lebih spesifik, medulla spinalis berperan dalam mengendalikan berbagai aktivitas refleks di dalam tubuh dan proses transmisi impuls dari otak dan menuju otak melalui saraf sensorik dan saraf motorik (Sloane, 2003). Sistem saraf pusat berisi neural circuit yang dapat menghasilkan berbagai pola aktifitas. Medulla spinalis merupakan sistem saraf pusat yang dapat mengendalikan pola aktifitas untuk lokomosi (terkait afferent feedback) yang apabila mengalami kerusakan dapat berpengaruh pada fisiologis lokomosi dan gerak refleks karena gangguan koordinasi sistem saraf pusat (Mulloney B and Smarandache C, 2010; Caggiano V, et al., 2014; Hubli M and Dietz V, 2013; Thompson AK and Wolpaw JR, 2014). Pada Penelitian Matthews (1991) dapat diketahui bahwa medulla spinalis berperan dalam pusat kontrol lokomosi dan gerak refleks karena memiliki gray matter yang berisi neuron untuk membentuk suatu reflex pathway. Hal ini mendukung penelitian Rooij (1915) di dalam Hajizah (2014) menyatakan bahwa Ahaetulla prasina atau ular pucuk merupakan ular yang gesit dan memiliki tipe peegerakan (tipe lokomosi) yang variatif untuk 2
mendukung pergerakannya pada habitat arboreal karena memiliki proporsi gray matter yang relatif besar dengan ukuran neuron yang juga relatif besar. Selain itu pada penelitian Guertin (2005), pada hewan mammalia khususnya tikus memiliki daerah gray matter yang mampu menghasilkan simple reflex pathway yang berperan dalam kontrol lokomosi dan aktifitas refleks. Penelitian mengenai struktur histologis medulla spinalis Vertebrata yang memiliki ekstremitas sudah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian mengenai struktur histologis medulla spinalis pada anggota reptilia seperti tokek dan cicak belum banyak dikembangkan. Tokek atau Gekko gecko merupakan hewan nokturnal yang memiliki pergerakan yang sedikit agresif sehingga sukar dalam handling serta dapat menggigit sebagai pertahanan diri karena memiliki rahang yang sangat kuat. Tokek merupakan anggota ordo squamata yang dapat tumbuh memanjang hingga 15 inci (sekitar 37 cm). Tokek memiliki kemampuan untuk mimikri atau kamuflase untuk menghindari predator (Baker, 2014). Tokek dapat bergerak dan berpindah menggunakan empat tungkai dengan jari yang dilengkapi pads dan serabut elastis yang memungkinkan tokek untuk menempel pada suatu permukaan. Pada setiap jari tungkai, terdapat sekitar ribuan hair-like setae yaitu sejenis seta yang berukuran mikroskopis (Baker, 2014). Hampir sama dengan Gekko gecko, spesies Hemidactylus platyurus merupakan anggota ordo squamata dengan empat tungkai dan dapat tumbuh memanjang hingga 14 cm. Ekor cenderung datar atau flat dengan kulit yang cenderung pucat keabu-abuan. Aktif pada malam hari dan memakan insekta kecil yang biasanya terlihat pada cahaya. Habitat didaerah daratan, area hutan dan pertanian. Spesies ini biasanya tersebar merata di seluruh Asia Tenggara termasuk Indonesia (Myers, 1943). 3
B. Rumusan Masalah Medulla spinalis secara spesifik berperan dalam pengendalian gerak refleks. Tokek dan cicak mempunyai tipe habitat yang hampir sama tetapi memiliki cara pergerakan yang berbeda. Perbedaan pergerakan ini menyebabkan adanya perbedaan adaptasi dari dua spesies tersebut. Penelitian mengenai struktur histologis pada cicak dan tokek masih belum banyak dikembangkan.berdasarkan permasalahan tersebut timbul suatu pertanyaan penelitian : 1. Bagaimanakah struktur histologis medulla spinalis cicak (Hemidactylus platyurus) dan tokek (Gekko gecko)? 2. Apakah ada perbedaan struktur histologis medulla spinalis cicak (Hemidactylus platyurus) dan tokek (Gekko gecko)? C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur histologis medulla spinalis cicak (Hemidactylus platyurus) dan tokek (Gekko gecko). D. Manfaat Penelitian ini bersifat observatif dan eksploratif serta menghasilkan data deskriptif mengenai struktur histologis medulla spinalis cicak (Hemidactylus platyurus) dan tokek (Gekko gecko). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi ilmiah dan dijadikan sebagai acuan penelitian lain yang berkaitan mengenai struktur histologis medulla spinalis cicak dan tokek, sehingga menambah dan melengkapi khasanah ilmu. Penelitian ini juga merupakan tambahan informasi bagi masyarakat luas mengenai struktur histologis medulla spinalis untuk memaparkan pergerakan 4
dan perilaku dua spesies yang berbeda berdasarkan aktivitas refleks serta dapat digunakan sebagai referensi mengenai cara handling yang tepat. 5