BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan

ABSTRAK Pearson Alpha Cronbach

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk mengembangkan diri adalah melalui dunia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dalam dunia medis, telah membawa banyak

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu bangsa ke arah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhan kebutuhan (

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tiga tahun yang lalu, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu pengaturan individu yang sengaja dibentuk untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Tinggi Theologia adalah suatu lembaga pendidikan setingkat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap

Abstrak. i UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut H.Dadang Hawari, permasalahan pengkonsumsian alkohol. kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial-budaya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasuki era globalisasi ini, negara Indonesia dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Masyarakat Kristen (BIMAS Kristen, 2010) Departemen Agama Propinsi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan salah satu pondasi dasar suatu bangsa, sehingga pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan seluruh rakyat Indonesia. Sistem pendidikan nasional yang

LAMPIRAN. Lampiran 1

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi yang berpengaruh pada bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini menguraikan definisi dan teori-teori yang dijadikan landasan berpikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Siapakah saya? Apa potensi saya? Apa tujuan yang ingin saya capai di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang melibatkan penguasaan suatu kemampuan, keterampilan, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa saat ini diharapkan menjadi sosok manusia yang berintelektual

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan sumber daya yang memiliki potensi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam suatu perkembangan bangsa. Oleh karena itu, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang cacat, termasuk mereka dengan kecacatan yang berat di kelas pendidikan umum,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri. dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan berkualitas agar mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut, manusia akan melalui beberapa tahap perkembangan penting yang dimulai sejak masa prenatal hingga dewasa akhir. Pada setiap tahap perkembangan tersebut, manusia akan menghadapi tugas tugas perkembangan yang menunjang tahap perkembangan selanjutnya. Salah satu tahap perkembangan yang paling mendapat perhatian adalah masa remaja. Masa remaja memiliki ciri unik karena menghubungkan antara masa kanak kanak dan masa dewasa. Pada masa ini pula remaja mengalami proses perubahan secara kognitif dan dituntut untuk lebih mandiri dalam berpikir, misalnya mengambil keputusan mengenai jurusan yang akan diambilnya atau bidang pekerjaan yang akan digelutinya kelak ketika dewasa. Menurut Daniel Keating,1990, dalam buku Santrock, 2003), masa remaja adalah masa peralihan yang penting dalam perkembangan kemampuan berpikir dimana terjadi peningkatan penggunaan strategi untuk memperoleh pengetahuan, seperti perencanaan dan mempertimbangkan berbagai pilihan. Kemampuan berpikir mandiri pada masa remaja dirasakan semakin penting sejalan dengan berkembangnya dunia pendidikan saat ini dimana tuntutan kompetensi semakin tinggi. Hal tersebut dikarenakan semakin tingginya

persaingan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sebagai generasi yang sedang berkembang, remaja diharapkan dapat mengarahkan dirinya untuk mengembangkan prestasi dan kompetensinya secara akademik dalam hal belajar misalnya mengerjakan PR dan latihan tanpa disuruh oleh guru, berpartisipasi aktif menjawab pertanyaan dari guru, dan mengikuti pelajaran dengan baik di kelas. Salah satu usaha untuk meningkatkan kompetensi adalah melalui pendidikan akademik terutama melalui institusi formal yakni sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan membekali siswa dengan ilmu pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya. Remaja yang bersekolah biasanya berprestasi lebih baik dalam berbagai tugas kognitif dibandingkan dengan remaja yang tidak bersekolah (Cole & Cole, 1993; Farnham-Diggory, 1990, dalam buku Santrock, 2003). Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia yang ingin dicapai maka semakin tinggi pula tingkat pendidikan yang harus ditempuh. Mulai dari pendidikan sekolah dasar, menengah, menengah atas, hingga perguruan tinggi. Kualitas menjadi salah satu pertimbangan dalam pemilihan sekolah. Penilaian kualitas ini dapat dilihat misalnya dari nilai akreditasi sekolah, penyediaan fasilitas pendidikan serta kualitas guru. Sebagaimana diketahui, secara umum sekolah swasta dinilai memiliki kemampuan yang lebih baik bagi penyelenggaraan pendidikan, misalnya sarana pendidikan dan kualitas guru, sementara sekolah negeri sebaliknya (Litbang Kompas, 29 April 2005 dalam www.litbang-kompas).

Berdasarkan jajak pendapat Koran Kompas edisi 29 April 2005, sekitar 70% responden yang menyekolahkan anaknya menganggap penyediaan sarana pendidikan di sekolah-sekolah swasta dari tingkat SD hingga SMA dinilai memadai. Responden memandang hal tersebut dipengaruhi kemampuan finansial sekolah dalam menyediakan kelengkapan sarana pendidikan dan kualitas guru dalam memberikan pelajaran sehingga mereka memilih menyekolahkan anakanaknya di sekolah swasta. Memang, dengan ketersediaan biaya dan sarana sekolah, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah swasta diakui menjadi lebih baik ketimbang sekolah negeri (Toto Suryaningtyas / Litbang Kompas). SMA X merupakan salah satu sekolah swasta yang berkualitas di kota Bandung. Hal ini dapat dilihat dari nilai akreditasi yang diberikan oleh Dinas Pendidikan kota Bandung kepada SMA X yakni akreditasi A pada tahun 2005 dan berlaku hingga tahun 2010. Selain itu, berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru BP, pada tahun 2007 SMA X memperoleh peringkat pertama SMA terbaik dari seluruh SMA swasta yang ada di Bandung. Dengan nilai akreditasi dan peringkat terbaik tersebut, sekolah memiliki tuntutan standar dan harapan yang tinggi pada siswa-siswanya agar belajar secara lebih mandiri dan memiliki kualitas yang unggul dibandingkan dengan siswa-siswa dari sekolah lain. Siswa SMA X diharapkan memiliki kesadaran untuk belajar tanpa perlu disuruh oleh guru serta memiliki motivasi belajar yang tinggi yang bersumber dari dalam diri. Siswa-siswa yang bersekolah di SMA X pada umumnya telah mengetahui tuntutan dan harapan sekolah bahwa dalam belajar dituntut untuk mandiri dan memiliki regulasi yang bersumber dari dalam diri. Akan tetapi

berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru BP, siswa SMA X masih memiliki kecenderungan untuk didorong dan diarahkan dalam belajar meskipun bersekolah di sekolah dengan tingkat akreditasi yang sangat baik namun masih banyak siswanya yang belum memiliki regulasi belajar yang bersumber dari dalam diri. Sebagai siswa kelas XII SMA yang akan menghadapi Ujian Akhir Nasional, kemampuan untuk belajar secara lebih mandiri dibutuhkan guna mempersiapkan siswa agar dapat mengerjakan ujian akhir dengan optimal sehingga hasilnya juga optimal dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh sekolah. Selain itu siswa juga akan memasuki bangku perkuliahan, kemandirian dan motivasi yang tinggi dalam belajar dirasakan semakin penting mengingat sistem pengajaran yang diterapkan di perkuliahan sangat berbeda dengan SMA. Dalam perkuliahan, mahasiswa dituntut untuk aktif dalam mencari informasi di luar perkuliahan selain informasi yang diperoleh dari dosen di perkuliahan. Kemampuan untuk memotivasi diri dengan kesadaran diri sendiri selain mendukung kegiatan belajar juga tentunya memberikan kepuasan belajar tersendiri pada mahasiswa sebagai salah satu pemenuhan tugas perkembangannya dalam hal kemandirian. Jika ketika menjadi mahasiswa, seorang remaja belum mampu memotivasi diri secara mandiri dalam belajar dikhawatirkan akan mengalami kesulitan penyesuaian diri dan penurunan prestasi akademik. Hal ini dikarenakan motivasi merupakan daya penggerak utama yang memampukan seseorang dalam melakukan aktivitas belajar.

Berdasarkan sumbernya, motivasi dapat dibagi menjadi dua yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang bersumber dari dalam diri sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari luar diri. Siswa dengan motivasi intrinsik akan mengerjakan tugastugas dengan kesadaran diri sendiri. Siswa dengan motivasi ekstrinsik mengerjakan tugas-tugas karena ingin mendapat reward atau menghindari punishment dari guru, orangtua, atau teman. Motivasi akan menggerakkan siswa untuk mengatur dan mengarahkan dirinya dalam belajar. Kemampuan mengatur dan mengarahkan diri disebut juga kemampuan meregulasi diri dimana menurut Deci and Ryan (2001), regulasi diri merupakan suatu proses kontinum yang menggambarkan kemampuan individu dalam mengatur dan mengarahkan perilakunya untuk mencapai proses belajar yang optimal. Berdasarkan motivasi yang menggerakkannya tersebut, proses regulasi ini dibagi dalam beberapa gaya regulasi. Motivasi ekstrinsik akan menggerakkan external regulation akademik dan introjected regulation akademik, sedangkan motivasi intrinsik akan menggerakkan identified regulation akademik dan intrinsic regulation akademik. External regulation akademik yakni apabila siswa kelas XII SMA X kota Bandung melakukan kegiatan belajar atas dasar reward dan punishment, misalnya belajar dengan baik di kelas, mengerjakan PR dan latihan karena takut dihukum oleh guru, merasa sebagai keharusan/tanggungjawab sebagai murid, supaya bisa naik kelas, takut nilai kerajinan dikurangi, takut ditegur dan bahkan ada yang menyatakan tidak akan dikerjakan jika tidak disuruh. Introjected regulation

akademik yakni apabila siswa kelas XII SMA X kota Bandung belajar dengan baik di kelas, mengerjakan PR dan latihan karena malu terhadap teman-teman lain yang mengerjakan, ada juga yang ingin bersaing dengan teman-temannya untuk mendapat nilai bagus, dan bahkan ada yang takut diejek oleh temannya. Identified regulation akademik yakni apabila siswa kelas XII SMA X kota Bandung melakukan kegiatan belajar karena merasa bahwa hal tersebut penting bagi dirinya. Siswa belajar dengan baik di kelas, mengerjakan PR dan latihan karena ingin mendapat nilai yang baik dan nilai tersebut dianggap penting untuk menunjang prestasi akademiknya, supaya mengerti pelajaran dan sebagai latihan agar bisa mengerjakan ulangan. Selain itu, siswa merasa kalau mendapat nilai bagus akan menunjang masa depannya memasuki jurusan yang diinginkannya. Intrinsic regulation akademik yakni apabila siswa kelas XII SMA X kota Bandung melakukan kegiatan belajar karena minat dan rasa ingin tahu sehingga menimbulkan kepuasan apabila melakukannya, misalnya siswa belajar dengan baik di kelas, mengerjakan PR dan latihan karena merasa bahwa hal tersebut menyenangkan dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan mereka, ingin mempelajari informasi baru, merasa hal tersebut sebagai kebutuhannya, supaya menguasai bahan tersebut, tambah pintar sekaligus mengisi waktu luang, ada kebanggaan dan kepuasan tersendiri saat bisa menjawab soal-soal sulit. Berdasarkan survei awal kepada 32 siswa kelas XII SMA X di Bandung, sebanyak 13 siswa (40,625%) menyatakan bahwa mereka mengerjakan PR dan latihan karena takut dihukum oleh guru, 2 orang (6,25%) menyatakan takut

mendapat pengurangan nilai kerajinan dan merasa terpaksa agar mendapat nilai dari guru, dalam self-regulation akademik termasuk dalam external regulation akademik. Sebanyak 11 orang (34,375%) menyatakan bahwa mereka mengerjakan PR dan latihan supaya bisa menguasai materi pelajaran dan sebagai persiapan menghadapi ulangan, dalam self-regulation akademik termasuk identified regulation akademik. Sebanyak 1 orang (3,125%) menyatakan bahwa ia mengerjakan PR dan latihan karena teman teman yang lain juga mengerjakannya, dalam self-regulation akademik termasuk introjected regulation akademik. Sebanyak 5 orang (15,625%) menyatakan bahwa mereka mengerjakan PR dan latihan karena merasa bahwa hal tersebut menyenangkan dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan mereka, dalam self-regulation akademik termasuk intrinsic regulation akademik. Fakta tersebut menunjukkan bahwa ternyata siswa kelas XII SMA X memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas kelas sehingga menghasilkan gaya self-regulation akademik yang berbedabeda pula. Berdasarkan informasi yang diperoleh tentang gaya self-regulation akademik yang berbeda beda pada siswa kelas XII SMA X tersebut itulah menyebabkan peneliti tertarik dan ingin mengetahui bagaimana sebenarnya gambaran tentang self-regulation akademik pada siswa kelas XII SMA X kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran mengenai gaya self-regulation akademik pada siswa kelas XII SMA X kota Bandung 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Untuk mendapatkan gambaran mengenai gaya self-regulation akademik pada siswa kelas XII SMA X kota Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui secara lebih rinci mengenai gaya, serta faktor-faktor yang mempengaruhi self-regulation akademik pada siswa kelas XII SMA X kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis 1. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi dalam bidang psikologi pendidikan dan perkembangan mengenai self-regulation akademik 2. Hasil penelitian juga diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang self-regulation akademik

1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Hasil penelitian dapat memberikan informasi bagi sekolah terutama staf pengajar SMA X mengenai self-regulation akademik pada siswa-siswanya. Informasi dapat menjadi masukan agar staf pengajar dapat lebih memahami, memberikan perhatian dan dukungan kepada siswa dalam meregulasi dirinya dalam belajar agar hasil belajar optimal. 2. Hasil penelitian dapat memberikan informasi bagi para siswa SMA X mengenai self-regulation akademik mereka. Diharapkan mereka dapat meregulasi diri untuk belajar lebih mandiri dalam rangka mempersiapkan mereka memasuki bangku perguruan tinggi. 3. Hasil penelitian dapat memberikan informasi bagi orangtua siswa SMA X mengenai self-regulation akademik anak-anak mereka. Informasi dapat menjadi masukan agar para orangtua mempertahankan dukungan yang diberikan pada anak-anaknya. 1.5 Kerangka Pemikiran Siswa kelas XII SMA X berada pada tahap perkembangan remaja akhir berusia antara 17 hingga 20 tahun. Pada tahap ini remaja mengalami transisi antara masa anak anak dan masa dewasa yang mencakup proses perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 2003). Proses proses ini saling terjalin secara erat dan berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berpikir abstrak, sampai pada kemandirian berpikir dan berperilaku dan berlangsung sepanjang rentang kehidupan manusia.

Perubahan biologis pada remaja yakni perubahan secara fisik yang dipengaruhi oleh perubahan hormonal pada pubertas, ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat badan, perubahan bentuk tubuh, kematangan fungsi fungsi organ tubuh, serta keterampilan motorik (Santrock, 2003). Perubahan sosioemosional meliputi perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain, dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan (Santrock, 2003). Secara sosioemosional, remaja memiliki tuntutan untuk lebih mandiri dalam mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Perubahan kognitif meliputi perubahan dalam pikiran, intelegensi dan bahasa (Santrock, 2003). Secara kognitif, remaja telah memiliki kemampuan untuk dapat berpikir secara lebih mandiri mengenai bagaimana dirinya mempersiapkan diri menjadi individu dewasa yang matang dan mampu mengarahkan dirinya sendiri pada tujuan masa depannya dalam berbagai bidang kehidupan. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, remaja berada pada tahap operational formal dimana remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman nyata dan kongkrit sebagai landasan berpikirnya. Seiring dengan munculnya pikiran remaja yang lebih abstrak dan idealis, mereka juga berpikir lebih logis. Mereka mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun rencana pemecahan masalah dan secara sistematis menguji cara cara pemecahan yang dipikirkannya. Untuk memahami dunianya tersebut, remaja mengorganisasikan pengalaman mereka dengan cara menyesuaikan cara pikirnya (Piaget, 1954 dalam Santrock, 2003). Remaja pada tahap ini mengujikan hasil penalarannya pada realitas dan menjadi pemantapan cara berpikir operational formal.

Berdasarkan tahap perkembangan operational formal tersebut, siswa kelas XII SMA X kota Bandung mulai memikirkan penyesuaian dirinya secara lebih mandiri dan mampu untuk menentukan sikap mengarahkan perilakunya dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang akademik, misalnya menetapkan target prestasi sesuai kemampuan yang dimiliki. Perilaku siswa tersebut digerakkan dan diarahkan oleh motivasi. Motivasi terbagi menjadi dua berdasarkan sumbernya yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang bersumber dari dalam diri sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari luar diri. Siswa yang memiliki motivasi ekstrinsik sangat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal baik berupa reward, punishment maupun penilaian yang didasarkan pada norma dan aturan aturan dalam masyarakat. Jadi siswa mengerjakan PR dan latihan di kelas bukan atas inisiatifnya sendiri melainkan karena tuntutan lingkungan, ingin mendapat pujian, penghargaan, hadiah, dan menghindari hukuman dari orangtua, guru, maupun teman temannya. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi intrinsik mengarahkan dirinya untuk mencapai tujuan masa depannya, mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, menyukai tantangan, dan berusaha untuk meningkatkan standar dalam pengerjaan tugas tugas, ketertarikan untuk menghasilkan kompetensi perilaku dan penguasaan materi, serta memiliki kontrol personal yang menguntungkan bagi dirinya sendiri. Mereka menyadari bahwa hal tersebut didasari atas keinginannya sendiri dan bukan atas dasar reward dari lingkungan (Santrock, 2002). Siswa

menyadari kebutuhannya akan belajar dan mengintegrasikannya dalam dirinya sendiri tanpa dipengaruhi lingkungan eksternal. Motivasi akan menggerakkan dan mengarahkan siswa mencapai tujuannya dalam belajar. Proses bagaimana siswa mengatur dan mengarahkan dirinya dalam berperilaku mencapai tujuan merupakan suatu proses regulasi. Menurut Deci & Ryan (2001) Self Regulation Akademik adalah proses kontinum yang menggambarkan kemampuan siswa dalam mengatur dan mengarahkan perilakunya untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Berdasarkan kualitas regulasinya, Self regulation akademik memiliki 4 buah gaya regulasi, yakni External Regulation akademik, Introjected Regulation akademik, Identified Regulation akademik, dan Intrinsic Regulation akademik. Eksternal regulation akademik dan introjected regulation akademik merupakan regulasi yang didasari oleh motivasi ekstrinsik. Siswa dengan eksternal regulation akademik belajar dengan baik di kelas, mengerjakan PR dan latihan dikarenakan ingin menghindari hukuman dari guru misalnya penambahan tugas, ditegur, dan pengurangan nilai kerajinan, serta ingin mendapat nilai sebagai reward atas pengerjaan tugas tugasnya tersebut. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru karena ingin mendapat perhatian, nilai tambahan dan pujian dari gurunya. Siswa dengan introjected regulation akademik belajar dengan baik di kelas, mengerjakan PR dan latihan di kelas dikarenakan siswa tersebut merasa bersalah apabila tidak mengerjakan sedangkan semua teman mengerjakannya dan akan ketinggalan materi pelajaran. Tugas tugas dianggap sebagai suatu kewajiban

yang harus dikerjakan atas perintah dari guru. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru karena ingin dianggap pintar oleh teman temannya. Identified Regulation akademik dan Intrinsic Regulation akademik merupakan regulasi yang didasari oleh motivasi instrinsik. Siswa dengan identified regulation belajar dengan baik di kelas, mengerjakan PR dan latihan di kelas karena adanya kesadaran bahwa hal tersebut penting untuk mendapatkan nilai yang baik, selain itu tugas tugas dapat membantu mengingat materi yang telah diajarkan di kelas. Pengerjaan tugas tugas dipandang sebagai latihan untuk menjawab soal soal ujian dan ulangan, ia juga akan mendapat nilai yang baik dan menjadikannya siswa yang berprestasi. Dengan belajar pula ia akan menjadi pandai dan hal tersebut akan sangat menunjang masa depannya kelak karena dapat memilih jurusan yang diinginkannya. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru karena ingin menguji dirinya, ingin mengetahui sampai sejauh mana kamampuannya, siswa tersebut menilai pertanyaan dari guru sebagai sebuah tantangan untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya. Siswa dengan intrinsic regulation akademik belajar dengan baik di kelas, mengerjakan PR dan latihan di kelas karena adanya kesadaran bahwa belajar merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi dirinya serta keinginan untuk mempelajari hal baru. Siswa tersebut menaruh minat yang tinggi untuk belajar dan menganggapnya sebagai suatu usaha untuk lebih memahami materi pelajaran yang telah diberikan serta menambah wawasan. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru karena mendapatkan kesenangan dan kepuasan tersendiri serta rasa bangga atas kemampuan yang dimiliki.

Pada self-regulation akademik, untuk mengarahkan perilaku pencapaian prestasi belajar yang optimal dibutuhkan keselarasan antara pengintegrasian kekuatan dalam diri (internal) yakni kebutuhan (need) dan faktor lingkungan (external) yang disebut social context. Social context memiliki sifat yang berbedabeda tergantung bagaimana siswa mempersepsinya, ada yang dipersepsi sebagai informational dan ada pula yang dipersepsi sebagai controlling. Informational merupakan feedback positif yang diterima siswa dari guru, orangtua, atau teman sehingga akan mengarahkan siswa untuk mengembangkan kompetensi dan meningkatkan kapasitasnya dalam belajar. Dengan adanya feedback positif, maka siswa akan mampu meregulasi diri untuk belajar. Lingkungan yang positif berperan dalam keberhasilan akademis remaja di sekolah (Santrock, 2003). Pengaruh teman teman sekolah juga memberi dampak yang cukup signifikan. Penerimaan dari teman sekolah menyediakan dukungan emosi dan sumber informasi untuk meningkatkan kapasitas siswa dalam belajar. Siswa tersebut akan semakin termotivasi untuk meningkatkan kapasitasnya dalam belajar. Controlling merupakan sesuatu yang sifatnya menuntut dan memaksa siswa untuk belajar. Controlling dapat berupa reward atau punishment dimana siswa mengerjakan PR dan latihan untuk mendapatkan reward berupa pujian atau hadiah atau justru menghindari punishment dihukum oleh guru. Pemberian punishment dalam proses belajar siswa akan berdampak negatif pada pembentukan self-regulation karena justru menjadi sumber kontrol yang didasari motivasi ekstrinsik. Ryan (1982) menyatakan bahwa apabila feedback positif yang

sifatnya informational diberikan dalam situasi penuh tekanan dan mengharuskan siswa untuk belajar, positive feedback tersebut menjadi bersifat controlling. Kekuatan dalam diri menjadi faktor penting yang mengarahkan seorang siswa melakukan proses belajar. Kekuatan ini terdiri dari kebutuhan kebutuhan dasar yakni kebutuhan kompetensi (need competence), kebutuhan berelasi (need relatedness), dan kebutuhan otonom ( need autonomy). Kebutuhan kompetensi merujuk pada bagaimana seorang siswa mampu mengekspresikan kapasitas yang dimilikinya dan merasa efektif sehingga mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan yang ada di lingkungan (Deci 1975, Harter 1983, White 1959 dalam Deci, 2000). Kebutuhan kompetensi mengarahkan siswa untuk melihat tantangan sebagai usaha untuk mengoptimalkan kapasitas dan meningkatkan kemampuan lewat belajar. Siswa dengan kebutuhan kompetensi yang tinggi mengerjakan PR dan latihan di kelas agar tidak ketinggalan materi dan dapat bersaing dengan teman temannya. Siswa tersebut menjawab pertanyaan di kelas sebagai suatu usaha untuk meningkatkan kemampuannya dan menilai sejauh mana ia menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Kebutuhan berelasi merujuk pada bagaimana perasaan siswa ketika berelasi dengan orang lain, memperhatikan dan diperhatikan oleh orang lain, memiliki rasa menjadi bagian dari suatu kelompok dalam sebuah komunitas (Baumeister & Leary, 1995; Bowlby, 1979; Harlow, 1958; Ryan, 1995 dalam Deci, 2000). Siswa mengerjakan PR dan latihan di kelas karena ingin diterima sebagai bagian dari teman temannya tersebut. Kehadiran teman teman menjadi salah satu faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan relasi di mana secara

sosioemosional, remaja sangat dipengaruhi oleh teman temannya. Remaja menunjukkan motivasi yang kuat untuk dapat bersama dengan teman sebaya dan kemudian menjadi mandiri. Dari kelompok teman sebaya, remaja menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka. (Santrock, 2002). Kelompok teman sebaya juga merupakan suatu komunitas belajar di mana terjadi pembentukan peran dan standar sosial yang berhubungan dengan pekerjaan dan prestasi (Santrock, 2003). Kebutuhan otonom merujuk pada bagaimana siswa bertindak sesuai dengan minat, nilai nilai dan prinsip, serta tingkat kemandirian yang ada pada dirinya sehingga mampu membuat keputusan sendiri atas tindakannya (decharms, 1968). Kebutuhan otonom berkembang seiring dengan perubahan dalam diri siswa di mana mereka memiliki keinginan yang kuat untuk lebih mandiri dengan menunjukkan bahwa dengan peningkatan kemampuan dalam dirinya, orangtua tidak lagi harus bertangungjawab sepenuhnya atas keberhasilan dan kegagalan mereka. Sesuai dengan perkembangan kognisinya dimana dalam pengambilan keputusan, remaja akan mempertimbangkan konsekuensi dari perilakunya (Santrock, 2003). Siswa mengerjakan PR dan latihan di kelas karena kesadaran akan pentingnya hal tersebut untuk menunjang keberhasilan masa depannya meskipun tidak disuruh oleh orangtua atau guru. Selain dengan perkembangan kognitif yang terjadi, siswa mulai menyenangi kegiatan kegiatan intelektual dan merasa yakin dengan kemampuan mentalnya. Siswa juga mulai kritis dalam mengahadapi persoalan persoalan, sehingga mereka mulai membuat keputusan mengenai masa depannya, teman

yang akan dipilih, serta menentukan jurusan yang akan diambilnya berdasarkan minat dan kebutuhannya ketika memasuki perguruan tinggi. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada skema kerangka pikir berikut ini : Siswa kelas XII SMA X kota Bandung Social Context - informational - controlling Motivasi Needs: - Competence - Relatedness - Autonomy Motivasi Ekstrinsik Motivasi Intrinsik Self Regulation Self Regulation External Regulation akademik Introjected Regulation akademik Identified Regulation akademik Intrinsic Regulation akademik Skema 1.1 Kerangka Pikir 1.6 Asumsi 1. Self-Regulation akademik pada siswa kelas XII SMA X kota Bandung dipengaruhi oleh faktor social context dan needs. Faktor social context dapat dipersepsi sebagai informational atau controlling. Semakin informational persepsi siswa tentang social contextnya, maka semakin intrinsik self-

regulation akademiknya. Needs terdiri dari need competence, need relatedness, dan need autonomy. 2. Self-Regulation akademik pada siswa kelas XII SMA X kota Bandung ada yang didasari oleh motivasi intrinsik dan ada juga yang didasari oleh motivasi ekstrinsik. 3. Motivasi yang dimiliki siswa kelas XII SMA X akan menghasilkan gaya self-regulation akademik yang berbeda-beda. Motivasi Intrinsik akan menghasilkan identified regulation akademik atau intrinsic regulation akademik. Motivasi Ekstrinsik akan menghasilkan external regulation akademik atau introjected regulation akademik.