BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Teguh Lestari, 2013

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. seminar, dan kegiatan ilmiah lain yang di dalammnya terjadi proses tanya-jawab,

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat suatu masalah dalam pembelajaran sejarah di sekolah saat ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk menciptakan manusia yang cerdas, trampil

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara yang ditempuh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara dalam mengenyam pendidikan. Mulai dari sekolah dasar,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori dan seterusnya. mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. menerapkan model pembelajaran kooperatif struktural tipe mind mapping

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi utama dalam kehidupan. Kemampuan

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan. Melalui kegiatan menulis, para siswa dilatih untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya fenomena globalisasi, pendidikan di

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. siswa SMA Santo Carolus Surabaya. Di sekolah ini siswa cenderung susah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati titik sentral pendidikan. Peranan guru yang sangat penting adalah

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Adapun. dengan meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Supriana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

METODOLOGI PENGAJARAN SEJARAH (Pengertian, Penentuan, dan Proses) S. HAMID HASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2013 PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA ANAK DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari. adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan.

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk social tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yaitu metode diskusi. Metode diskusi merupakan salah satu dari beberapa metode pembelajaran yang umum digunakan dalam dunia pendidikan, diskusi merupakan proses komunikasi satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat. Metode diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-aturan yang terlalu keras, namun tetap harus mengikuti etika yang disepakati bersama. Metode diskusi adalah cara memecahkan masalah yang dipelajari melalui curah pendapat dalam diskusi kelompok. Sejalan dengan pendapat Mulyasa, (2011:116) yang menyebutkan bahwa Diskusi dapat diartikan sebagai percakapan responsif yang dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematis yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalah. Pembelajaran dengan metode diskusi ini makin lebih memberi peluang pada siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran walaupun guru masih menjadi kendali utama. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (Baharudin, 2008: 116-117) yang menyatakan bahwa: Dalam proses belajar mengajar siswa harus terlibat aktif dan guru menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan menggunakan cara-cara yang

2 membuat sebuah informasi menjadi bermakna dan relevan bagi siswa. Untuk itu, guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau mengaplikasikan ide-ide mereka sendiri, disamping mengajarkan siswa untuk menyadari dan sadar akan strategi belajar mereka sendiri. Melalui penerapan Metode Diskusi siswa dapat mendiskusikan permasalahan yang bersifat tematik, mencari referensi yang relevan sesuai dengan masalah yang di diskusikan, menuliskan laporan hasil diskusi, mengemukakan pendapat, bahkan dapat menyanggah pendapat yang lain. Metode diskusi ini mendorong terhadap munculnya pola komunikasi dua arah, baik antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa, sehingga dengan penerapan metode diskusi memungkinkan setiap individu siswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sejarah. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah (2010 : 87-88) yang menyatakan bahwa dalam proses diskusi ini, proses belajar mengajar terjadi, dimana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dapat terjadi, juga semua aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. Penggunaan metode diskusi ini menjadi alternatif solusi untuk dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah. Beberapa materi sejarah akan lebih menarik dengan menggunakan metode diskusi sehingga siswa aktif dalam berpikir dan lebih mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan suatu masalah. Sejalan dengan pendapatnya Hasan (2008 : 3) yang mengemukakan bahwa mata pelajaran sejarah berpotensi untuk : 1. Mengemukakan kemampuan berpikir; 2. Mengembangkan rasa ingin tahu; 3. Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif; 4. Sikap kepahlawanan dan kepemimpinan; 5. Membangun dan mengembangkan semangat kebangsaan; 6. Mengembangkan kepedulian sosial; 7. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi;

3 8. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah dan mengkomunikasikan informasi. Dapat terlihat bahwa pembelajaran sejarah dapat mengembangkan banyak potensi, potensi tersebut dapat mengacu pada pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa sejarah pada masa lampau agar dapat disimpulkan dan ditarik makna dari sebuah peristiwa tersebut, yang kemudian membuat siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya. Sejarah merupakan gambaran perkembangan kehidupan kebudayaan manusia pada masa lampau. Pengertian sejarah menurut Kuntowijoyo (1995 : 17) adalah: Sejarah merupakan fakta secara diakronis, ideografis, unik, dan empiris. Bersifat diakronis karena berhubungan dengan waktu. Sejarah bersifat ideografis karena sejarah menggambarkan, menceritakan sesuatu. Bersifat unik karena berisi hasil penelitian tentang hal unik. Selain itu juga bersifat empiris artinya sejarah bersandar pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh. Dengan mengandung fakta yang diakronis, ideografis, unik dan empiris pendidikan sejarah di sekolah menjadi pelajaran yang penting. Pendidikan sejarah selain pengetahuan yang dipelajari, pengembangan, nilainilai yang terkandung dalam setiap peristiwa yang terjadi menjadi sesuatu hal yang penting bagi siswa. Perbedaan ini yang menyebabkan perlu adanya suatu usaha yang dilakukan bukan hanya mengemas menjadi menyenangkan dan interaktif saja, namun bagaimana siswa diajak berpikir kritis dalam menyikapi setiap peristiwa yang terjadi dalam materi-materi yang dipelajari. Keterkaitan antara pembelajaran sejarah dengan berpikir kritis adalah bagaimana siswa mampu mempertimbangkan bukti-bukti yang valid atau sahih. Karena bagi pendidikan sejarah merupakan suatu kompetensi yang penting dan mendasar. Hasan (2008: 4) mengemukakan bahwa: Penafsiran sejarah pada dasarnya adalah proses pemaknaan (penilaian) berdasarkan bukti-bukti yang valid. Pendidikan sejarah yang berhasil mengembangkan kemampuan ini memberikan alat kehidupan kritis

4 bagi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan pemberian pertimbangan berdasarkan bukti-bukti yang valid, akan menjadi manusia terdidik yang kritis dan yang tidak mudah terjerumus oleh informasi yang bersifat gosip atau tak mendasar. Manusia cerdas demikian akan selalu mampu menerapkan apa yang telah dipelajarinya dari pendidikan sejarah dalam kehidupan kesehariannya. Manusia cerdas dengan kualitas yang berpikir kritis seperti ini adalah tujuan pendidikan bagi kurikulum pendidikan sejarah. Manusia cerdas adalah manusia yang mampu mengambil pelajaran dari orang lain dan tidak harus melalui pengalaman dirinya. Seseorang yang belajar dari pengalaman dirinya untuk suatu keputusan, tindakan, sikap, dan prestasi yang lebih baik dimasa depan adalah manusia cerdas. Untuk itu ia memerlukan kemampuan analitis apa yang salah dan perlu untuk diperbaiki serta apa yang benar dan perlu dikembangkan terus dimasa mendatang. Untuk belajar dari pengalaman sendiri ia juga harus mau memberikan perhatian kepada pengalaman dirinya, mengkaji pengalaman tersebut, dan pertimbangan tentang apa yang telah dialaminya berdasarkan bukti-bukti dan bukan emosi. Penjelasan di atas dapat dilihat bahwa manusia cerdas adalah manusia yang mampu belajar dari pengalaman orang lain, mampu melakukan perhatian, analisis, dan menentukan sesuatu yang baik dan tidak baik berdasarkan apa yang telah terjadi. Selain itu mampu menyerap hal baik untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Belajar melalui pengalaman yang pernah dialami oleh orang lain baik kelompok maupun individu adalah tugas utama dari pendidikan sejarah, bukan menghafal apa yang mereka lakukan. Sejarah merupakan guru kehidupan, melihat masa lalu untuk menuju masa depan bukan hanya menghafal fakta pada masa lalu. Pembelajaran yang ideal sebaiknya bisa mengimplementasikan hal di atas, namun pada realitanya ada perbedaaan tanggapan siswa mengenai pelajaran sejarah, ada yang menganggap sejarah itu menyenangkan, ada pula yang mengganggap sejarah itu menjenuhkan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Suparno (1995: 8) bahwa: Sebagian siswa menganggap pelajaran sejarah mengasyikan, namun ada juga yang mengatakan bahwa pembelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang membosankan, karena dipenuhi dengan fakta, tahun, kejadian dan nama-nama para pelaku sejarah.

5 Permasalahan yang diutarakan di atas pun terjadi di SMA PGII 1 Bandung kelas XI IIS 4, pada observasi yang peneliti lakukan, peneliti menemukan beberapa persoalan yang menyebabkan proses pembelajaran menjadi kurang efektif, persoalan tersebut antara lain: 1. Pada saat guru melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Peneliti mendapatkan gambaran terlihat siswa antusias dalam memperhatikan guru menerangkan, walaupun tidak menyeluruh. Metode ceramah dianggap paling penting dan efektif untuk menyampaikan materi sejarah, dalam proses ini guru sangat terlihat mendominasi pembelajaran sejarah didalam kelas. 2. Pada saat guru mencoba memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mencari dan mengelola materi. Siswa terlihat aktif dalam bertanya, namun pertanyaan-pertanyaan yang mereka lontarkan relatif tidak mendalam dan menanyakan apa yang sebenarnya ada di modul. Kalaupun ada yang bertanya hal lain, mereka dapatkan sumbernya dari internet dan tanpa mengkritisi makna dari pernyataan yang mereka dapatkan. Hasil laporan diskusipun hanya memindahkan data dari sumber yang siswa dapatkan. 3. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, selama ini guru lebih dominan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah yang terkadang diselingi metode diskusi teman sebangku. Penerapan metode diskusi di dalam kelas terkadang membuat siswa ricuh dan berisik, sehingga penerapan diskusi harus lebih diperkuat dengan langkah-langkah diskusi yang benar. 4. Keterbatasan buku sumber yang benar-benar lengkap. Hal tersebut menjadikan teknologi internet sebagai sumber alternatif yang

6 digunakan oleh siswa untuk mencari materi pembelajaran. Namun pemanfaatnya kurang terarah, siswa diperkenankan membuka hanphone di dalam kelas saat pembelajaran dan mencari jawaban dari permasalahan yang dilontarkan oleh guru. Kegiatan tersebut terlihat mempermudah siswa dalam proses pembelajaran namun akan lebih efektif jika sumber internet dijadikan pembanding dari sumber buku. Kegiatan tersebut dapat membuat siswa menggunakan keterampilan berpikir dalam mencari, mengolah dan menggunakan informasi secara maksimal berdasarkan materi yang diberikan. Berdasarkan kondisi di lapangan, serta dari pengamatan yang telah dilakukan peneliti, terlihat bahwa kegiatan pembelajaran di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung belum mendorong tumbuhnya kemampuan berpikir tingkat lanjut terhadap peristiwa dalam pembelajaran sejarah. Pada pembelajaran sejarah semestinya bukan hanya tentang menghafal materi namun siswa perlu memahami betul makna dan nilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah tersebut, sehingga dapat mengkritisi peristiwa masa lalu, yang akan melatih siswa berpikir kritis terhadap peristiwa yang terjadi pada masa sekarang. Perihal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Evans (Supriatna, 2007 : 11) bahwa Pendekatan kritis dalam pembelajaran sejarah dapat mendorong terjadinya dialog kritis, baik diantara guru dengan siswa maupun di kalangan siswa sendiri mengenai masalah-masalah sosial yang sedang mereka hadapi dan mencari solusi pemecahanya. Melihat betapa pentingnya kemampuan berpikir kritis terhadap pembelajaran sejarah, maka peneliti berusaha untuk memecahkan masalah dengan memilih metode diskusi sebagai solusinya, karena terlihat bahwa dalam kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung ini guru yang sangat berperan lebih aktif dan mendominasi pembelajaran di kelas karena lebih sering menggunakan metode ceramah, sedangkan dengan metode diskusi ini siswa

7 akan diajak lebih aktif dalam kelas, aktivitas siswa lebih banyak, tidak hanya mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru saja, namun siswa dapat mencari dan mengolah sumber sendiri selanjutnya menyajikan data dari sumber-sumber yang telah didapatkan dengan menggunakan definisi sendiri. Pertanyaan untuk diskusi bisa lebih bersifat kontekstual sehingga siswa akan menggunakan nalarnya dalam berpikir kritis tidak mengandalkan modul yang sudah ada. Berdasarkan hal yang sudah diuraikan di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian yaitu, PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH (Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung). B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah teridentifikasi, maka dapat dihasilkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana upaya menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui penerapan metode diskusi dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung?. Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis memfokuskan kajian penelitian ini, dari rumusan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dibuat menjadi pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana guru membuat perencanaan penerapan metode diskusi untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung?

8 2. Bagaimana guru mengembangkan langkah-langkah metode diskusi untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung? 3. Bagaimana peningkatan hasil-hasil yang dicapai oleh siswa dengan pembelajaran metode diskusi di Kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung? 4. Bagaimana solusi dalam menghadapi kendala yang dihadapi dalam penerapan metode diskusi untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan arah dalam melakukan penelitian. Adapun mengenai tujuan dari penelitian ini secara umum yaitu untuk mengetahui bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa melalui penerapan metode diskusi dalam pembelajaran sejarah. Sementara secara khusus, tujuan daripada penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan langkah-langkah perencanaan dalam penerapan metode diskusi pada pembelajaran sejarah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung. 2. Mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan metode diskusi pada pembelajaran sejarah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung. 3. Mendeskripsikan hasil-hasil yang dicapai dari menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah dengan penerapan metode diskusi di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung.

9 4. Mendeskripsikan solusi dalam mengatasi kendala yang dihadapi ketika penerapan metode diskusi dalam pembelajaran sejarah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung. D. Manfaat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan peneliti di SMA PGII 1 Bandung, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung khususnya untuk mata pelajaran sejarah. Dapat diperoleh manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu: 1. Bagi Sekolah Dengan adanya penelitian mengenai penerapan metode diskusi diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan tujuan pembelajaran dalam mata pelajaran Sejarah di SMA PGII 1 Bandung dan ketercapaian Standar Kompetensi sesuai dengan Kurikulum Sejarah sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Sejarah di Sekolah tersebut. 2. Bagi Guru Dengan adanya penelitian mengenai penerapan metode diskusi diharapkan guru dapat memperbaiki permasalahan pembelajaran yang dihadapi dan menambah wawasan serta keterampilan pembelajaran. Guru dapat memperoleh metode baru untuk mengembangkan pembelajaran sekaligus penilaian yang berbeda terhadap siswa yakni penilaian yang tidak hanya paper dan pencil test namun penilaian performance dan product siswa dalam menggunaan metode diskusi.

10 3. Bagi Siswa Dengan adanya penelitian mengenai penerapan metode diskusi diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa khususnya pada mata pelajaran sejarah dan siswa dapat lebih semangat belajar sejarah dan mematahkan pandangan bahwa pelajaran sejarah itu membosankan, yang pada akhirnya akan menciptakan hasil belajar yang memuaskan. Siswa juga dapat merasakan bahwa belajar sejarah itu menyenangkan, siswa juga dapat lebih selektif dalam menemukan, mengolah dan menggunakan sumber belajar untuk memecahkan masalah yang ditugaskan. 4. Bagi Peneliti Dengan adanya penelitian mengenai penerapan metode diskusi peneliti mendapat pengalaman langsung yang berharga mengenai berbagai media pembelajaran yang diterapkan dikelas juga metode penugasan lainya yang diterapkan serta penilain terhadap siswa sehingga dapat menambah wawasan bagi peneliti juga dapat menjadi bekal dalam melaksanakan tugas sebagai guru sejarah. E. Struktur Organisasi Skripsi Untuk mempermudah penulisan dalam skripsi ini, maka akan dijabarkan mengenai struktur organisasi skripsi yang telah disesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh UPI tahun 2013, yang akan disusun sebagai berikut : Bab satu berisikan tentang pendahuluan, dalam bab ini secara garis besar peneliti memaparkan masalah yang dikaji dan didapat dilapangan.

11 Adapun sub bab yang ada di dalamnya terdiri dari latar belakang masalah yang terkait dengan judul penelitian ini mengenai penerapan metode diskusi untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penulisan, dan struktur organisasi skripsi. Bab dua berisikan tentang kajian pustaka, dalam bab ini secara garis besar penulis memaparkan landasan teori yang diambil dari berbagai literatur, sebagai fondasi dalam pelaksanaan penelitian, bab ini memaparkan mengenai sumber buku dan sumber lainnya yang digunakan sebagai referensi dalam penulisan skripsi yang dianggap relevan. Pada bab ini juga terdapat penjelasan mengenai metode diskusi, kemampuan berpikir kritis dan kaitan keduanya dengan pembelajaran sejarah. Bab tiga berisikan tentang metode penelitian, di dalam bab ini secara garis besar penulis memaparkan mengenai serangkaian tahapan yang ditempuh penulis ketika melakukan penelitian guna mendapatkan data dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan permasalahan yang sedang dikaji, yang terdiri dari populasi dan sampel, prosedur penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data serta validitas data. Bab empat berisikan tentang hasil penelitian, di dalam bab ini secara garis besar penulis memaparkan serangkaian isi yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hasil, dan kendala beserta solusi yang telah ditempuh pada proses penelitian yaitu tentang penerapan metode diskusi untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IIS 4, SMA PGII 1 Bandung. Bab lima berisikan tentang simpulan, bab ini merupakan bab terakhir dari rangkaian penulisan karya ilmiah di dalam bab ini secara garis besar penulis memaparkan mengenai simpulan sebagai jawaban dari pertanyaan

12 yang diajukan di dalam batasan masalah dan berisi pula rekomendasi bagi pihak-pihak terkait dan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.