1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis malnutrisi dengan prevalensi tertinggi di dunia sehingga masuk dalam daftar Global Burden of Disease 2004 oleh WHO dengan jumlah penderita 1,159 miliar orang di seluruh dunia (sekitar 25 % dari jumlah penduduk dunia). Sekitar 50% dari semua penderita anemia mengalami defisiensi besi (WHO, 2008). ADB banyak terjadi terutama di negara berkembang, namun juga merupakan satu-satunya masalah defisiensi nutrisi yang secara signifikan terjadi di negara maju. Indonesia sendiri dikategorikan WHO, 2004 sebagai negara dengan problem kesehatan komunitas yang berat sebab memiliki prevalensi ADB sangat tinggi, yaitu 44,5%. ADB terutama banyak terjadi pada bayi, usia prasekolah, remaja dan wanita hamil dikarenakan kebutuhan yang meningkat baik untuk pertumbuhan maupun untuk pemenuhan kebutuhan janin (Wu et al., 2002; Yip, 2002).
2 Populasi yang terbesar menderita anemia adalah wanita usia reproduksi, terutama saat kehamilan dan persalinan. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. WHO, 2008 melaporkan bahwa prevalensi ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% (rata-rata 50,5%), meningkat secara bermakna seiring bertambahnya umur kehamilan (Allen, 2000). Diagnosis ADB dapat ditegakkan melalui pemeriksaan hematologi, pemeriksaan biokimia status besi dan pemeriksaan sumsum tulang. Gold standard diagnosis ADB saat ini adalah aspirasi sumsum tulang, namun sangatlah invasif sehingga jarang digunakan. Pemeriksaan hematologi (Hemoglobin) merupakan prediktor awal anemia karena lebih tersedia dan lebih murah dibandingkan pemeriksaan biokimia. Pemeriksaan biokimia status besi juga diperlukan untuk mendeteksi kekurangan zat besi sebelum terjadinya anemia (Wu et al.,2002). Pemeriksaan feritin serum dikerjakan untuk menentukan diagnosis defisiensi besi, karena terbukti sebagai indikator paling dini apabila cadangan besi menurun, sedangkan saturasi transferin mencerminkan
3 rasio besi serum dengan kemampuan mengikat besi, dimana penurunan saturasi transferin sampai di bawah 5% memastikan diagnosis ADB (Muhammad dan Sianipar, 2005). Dampak yang diakibatkan oleh adanya anemia pada ibu hamil adalah berbagai macam komplikasi terhadap ibu, berupa gangguan saat kehamilan (kenaikan berat badan gestasi yang tidak adekuat, abortus, prematuritas); gangguan saat persalinan (atonia uteri, partus lama, pendarahan); maupun gangguan saat masa nifas (rentan terhadap infeksi dan stress akibat penurunan daya tahan tubuh, produksi ASI rendah); hingga yang paling parah adalah mortalitas (Viteri, 2004). Sedangkan akibat yang ditimbulkan pada janin adalah terjadi imaturitas, prematuritas, berat badan lahir rendah, maupun malnutrisi ataupun malformasi pada bayi yang dilahirkan (Viteri, 2004). Komplikasi dari anemia Ibu hamil yang sering terjadi dan memiliki prognosis buruk adalah lahirnya bayi dengan berat badan lahir rendah. Allen (2000) menunujukkan bahwa ada hubungan kadar Hb ibu hamil dengan berat badan lahir bayi, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu semakin tinggi berat badan bayi yang dilahirkan.
4 Kejadian BBLR merupakan masalah kesehatan yang harus mendapatkan perhatian serius karena dapat meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi. Bayi dengan berat lahir rendah akan mempunyai resiko kematian 5-9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal, serta merupakan penyebab utama yang mendasari kematian bayi usia 0-1 bulan di Indonesia (Saraswati dan Sumarno, 1998). Prevalensi BBLR diperkirakan 15,5% (lebih dari 20 juta bayi) dari seluruh kelahiran di dunia, dan 95% terjadi di negara-negara berkembang atau sosio ekonomi rendah (WHO & UNICEF, 2004). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, secara keseluruhan prevalensi BBLR di Indonesia sebesar 11,5%. Prevalensi kasus BBLR di Yogyakarta adalah 2,94% (Dinkes DIY, 2008), sedangkan di kabupaten Bantul sebesar 4,14% (Dinkes Bantul, 2012). Berdasarkan penjelasan di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai korelasi anemia defisiensi besi yang diukur menggunakan kadar hemoglobin, feritin serum dan saturasi transferin pada ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir bayi di RS. PKU Muhammadiyah Bantul, Yogyakarta.
5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat korelasi antara hemoglobin, feritin serum dan saturasi transferin ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir bayi di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta 1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Mempelajari korelasi antara kadar hemoglobin, feritin serum dan saturasi transferin ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir bayi di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus : a. Mengetahui profil hemoglobin ibu hamil trimester III di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. b. Mengetahui profil feritin serum ibu hamil trimester III di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. c. Mengetahui profil saturasi transferin ibu hamil trimester III di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta.
6 d. Mengetahui profil berat badan lahir bayi di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. e. Mengetahui korelasi antara kadar hemoglobin ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir bayi di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. f. Mengetahui korelasi antara feritin serum ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir bayi di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. g. Mengetahui korelasi antara saturasi transferin ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir bayi di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan. Dapat menyumbangkan informasi baru tentang pengaruh anemia defisiensi besi selama masa kehamilan terhadap kejadian BBLR, serta menjadi sumber informasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian kedokteran selanjutnya. 2. Manfaat bagi masyarakat. Masyarakat dapat memahami pentingnya mengkonsumsi makanan bernutrisi yang mengandung zat besi untuk mengurangi angka kejadian anemia defisiensi besi pada ibu hamil.
7 3. Manfaat bagi pemerintah. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap program pemerintah dalam mencegah anemia defisiensi besi pada ibu hamil serta dapat mengurangi angka kejadian BBLR. 1.5 Keaslian Penelitian Berdasarkan referensi, penelitian sebelumnya mengenai korelasi anemia defisiensi besi yang diukur menggunakan kadar hemoglobin dan status besi (feritin serum dan saturasi transferin) pada ibu hamil trimester tiga dengan berat badan lahir bayi antara lain: 1. Pengaruh Anemia Selama Masa Kehamilan terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Prematuritas (Sutjipto, 2000). Penelitian dilaksanakan di wilayah Karesidenan Semarang dengan metode kohort yang melibatkan 183 wanita hamil. Hasilnya ada hubungan yang signifikan antara anemia pada masa kehamilan dengan kejadian BBLR (p<0,05),dengan resiko anemia pada ibu hamil menderita BBLR sebesar 6,75 kali dibanding tidak anemia. 2. Hubungan Status Gizi dan Status Anemia Ibu Hamil dengan Berat Badan Lahir Bayi di RSUD Wates Kulon
8 Progo Yogyakarta (Lebang, 2005). Penelitian ini melibatkan subjek sebanyak 889 ibu hamil yang melahirkan di RSUD Wates tahun 2004 dan menggunakan desain cross sectional. Hasilnya terdapat hubungan signifikan antara status gizi ibu dengan berat badan lahir bayi, sementara tidak ada hubungan yang signifikan antara status anemia dan berat badan lahir bayi (p=0,266). 3. Hubungan Feritin Serum Ibu Hamil Trimester ke Tiga dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (Warouw, 2005). Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dan didapatkan hasil ada hubungan antara kadar feritin serum ibu hamil trimester tiga dengan BBLR. Penelitian ini dapat dibuktikan keasliannya karena belum pernah ada penelitian dengan subjek, metode, waktu, dan tempat yang sama.