PEMBENTUKAN JARLIT. Jaringan Kerjasama Penelitian Kebijakan (Jarlit) Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
KOORDINASI JARLIT. Jaringan Kerjasama Penelitian Kebijakan (Jarlit) Pendidikan

PEMBERDAYAAN DAN AGENDA KEGIATAN JARINGAN PENELITIAN. (Pengembangan Kapasitas Jarlit)

PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL BANTUAN SOSIAL DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH TAHUN 2013

PEMBERDAYAAN dan KEGIATAN JARLIT

PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL BANTUAN SOSIAL DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SIMPOSIUM TAHUNAN PENELITIAN PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MEKANISME KOORDINASI JARLIT PENDIDIKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR MALUKU KEPUTUSAN GUBERNUR MALUKU NOMOR : 134 TAHUN 2002 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

SURAT EDARAN Nomor: 348/C/KU/2009

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 30 TAHUN 2012

SURAT PENCALONAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR/BUPATI DAN WAKIL BUPATI/WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA*)

PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/24/KEP/ /2013 TENTANG TIM TEKNIS OTONOMI DAERAH KOTA BATU WALIKOTA BATU,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003. Nomor : 127 Tahun 2003 Nomor : Ol/SKB/XII/2003/BNN.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

PEDOMAN PENGUSULAN, PENETAPAN, DAN PEMBINAAN REFORMASI BIROKRASI PADA PEMERINTAH DAERAH BAB I PENDAHULUAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PERALATAN E-PEMBELAJARAN. 2. NAMA PROGRAM : BANTUAN PERALATAN e-pembelajaran

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG MONOGRAFI DESA DAN KELURAHAN

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2001 TENTANG PELAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No PS 2009 TAHUN Bantuan Persiapan Sertifikasi ISO

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 127 TAHUN 2002 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR TAHUN 2014 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/13/KPTS/013/2006 TENTANG

URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sejalan dengan sifat peran serta masyarakat di atas, pada intinya terdapat 6 (enam) manfaat lain terhadap adanya peran serta masyarakat tersebut, anta

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

PEMERINTAH KOTA BATU

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG BADAN KOORDINASI PENGELOLAAN EKOSISTEM KAWASAN DANAU TOBA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PERPINDAHAN MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL PUSAT DAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

Jarlit Pendidikan SUATU PERKENALAN SINGKAT. Pusat Penelitian Kebijakan & Inovasi Pendidikan Badan Penelitian & Pengembangan Kemendiknas

SURAT EDARAN Nomor : 110/C/KU/ /C/KU/2008

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME DANA TRANSFER DAERAH

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESENIAN DI KOTA BANJAR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 56 TAHUN 2015

SURAT EDARAN Nomor : 698/C/KU/2010

PEDOMAN PENYELENGGARAAN ANUGERAH IPTEK BUDHIPURA TINGKAT PROPINSI SE INDONESIA

BUPATI BARRU PERATURAN BUPATI BARRU NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN BARRU TAHUN 2014 BUPATI BARRU,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan. 11/PMK.07/ Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TUGAS DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH

BUKU 1 PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIAPAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN OTONOMI DAERAH KEPADA KECAMATAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

2016, No Prasarana Pemadam Kebakaran, dan Sub-Bidang Transportasi Perdesaan yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan perti

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FORMAT KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN KEPUTUSAN GUBERNUR MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR...TAHUN...

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 02 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK WALIKOTA TARAKAN,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2001 TENTANG PELAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TEGAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TEGAL TAHUN ANGGARAN 2012

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2010 T E N T A N G TATA CARA IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU RAKYAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENGHEMATAN ENERGI DAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BERSAMA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DAN MENTERI DALAM NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

BUPATI TABALONG KEPUTUSAN BUPATI TABALONG NOMOR : / 136 /2013 TENTANG

WALIKOTA TEBING TINGGI

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA MOJOKERTO. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KALIMATAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

Jaringan Kerjasama Penelitian Kebijakan (Jarlit) Pendidikan PEMBENTUKAN JARLIT PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemendiknas Jakarta, 2010 Gedung E Kemendiknas, Lantai 19, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta. Telp 021 5736365, Faks 021-5741664

A. Pendahuluan Sampai saat ini ( April, 2010) Jarlit telah terbentuk di 200 daerah yang terdiri dari 31 Jarlit Propinsi dan 169 Jarlit Kabupaten/Kota. Adalah suatu kebanggaan bahwa Jarlit telah begitu meluas dan hal ini membuktikan bahwa Jarlit telah diterima sebagai suatu bentuk kerjasama yang dapat berperan dalam membantu pembangunan pendidikan. Otonomi kabupaten/kota yang mulai berlaku sejak tahun 2001 memberikan lebih banyak kewenangan kepada Kabupaten/Kota untuk menentukan kebijakan dalam memecahkan masalah yang ada di Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Termasuk menentukan kebijakan untuk memecahkan masalah di bidang pembangunan pendidikan. Sehubungan dengan hal itu dalam rangka memberdayakan daerah dalam penetapan kebijakan untuk meningkatkan mutu pembangunan pendidikan di daerah dan membantu pembangunan pendidikan nasional, salah satu strategi yang ditempuh adalah dengan mengembangkan sistem pendukung penetapan kebijakan (decision support system) pimpinan di daerah. Sistem tersebut dikembangkan melalui jaringan kerjasama penelitian kebijakan pendidikan (Jarlit) yang diupayakan dapat terbentuk di seluruh Kabupaten/kota di Indonesia. Uraian berikut adalah acuan atau pedoman dalam membentuk Jarlit pada tingkat provinsi/kabupaten/kota. Acuan ini meliputi: aspek-aspek yang perlu dipenuhi dalam pembentukan Jarlit, cara pembentukan, penyusunan program dan penyiapan anggaran. B. Aspek-aspek yang Perlu Dipenuhi dalam Pembentukan Jarlit Dalam rangka pembentukan Jarlit di Provinsi/Kabupaten/Kota terdapat tiga aspek yang perlu diusahakan pemenuhannya agar Jarlit yang sudah dibentuk senantiasa dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Ketiganya adalah (i) keabsahan secara hukum, (ii) kejelasan program, dan (iii) ketersediaan sumberdaya, baik sumberdaya manusia (SDM) maupun dana. 1. Keabsahan secara hukum. Pembentukan Jarlit Provinsi/Kabupaten / Kota ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur/Bupati/ Walikota. Hal-hal yang ditetapkan dalam SK tersebut mengenai latar belakang perlunya Jarlit, tujuan pembentukan, struktur organisasi, tugas dan fungsi, kegiatan dan anggaran, dll. Sebagai dasar hukum dapat dicantumkan antara lain Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 32 Tahun 2005 tentang Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Litbang, Keputusan tentang Pembentukan Balitbangda, dll yang sesuai. Contoh Surat Keputusan Bupati/Walikota tentang pembentukan Jarlit seperti ada pada Lampiran. 1

2. Kejelasan program. Program Jarlit pada dasarnya adalah suatu rencana dalam rangka mencapai tujuan Jarlit. Program Jarlit meliputi 3 (tiga) kegiatan pokok yaitu (a) peningkatan mutu SDM, (b) pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan, dan (c) kegiatan pertukaran informasi hasil penelitian dan pengembangan pendidikan. Sudah barang tentu program tersebut harus disesuaikan dengan prioritas dan kebutuhan pembangunan pendidikan daerah masing-masing. Program perlu disusun dengan baik dan diupayakan meliputi program dalam jangka panjang, menengah dan tahunan. Kegiatan peningkatan mutu SDM misalnya dilaksanakan dengan menyelenggarakan peningkatan mutu SDM dalam kaitannya dengan berbagai tingkatan dan jenis kompetensi penelitian dan pengembangan, khususnya di bidang pendidikan. Peningkatan mutu SDM ini dapat dilakukan dengan prakarsa Pemerintah Daerah maupun dengan bekerjasama dengan Pemerintah/ Jarlit Nasional, sesuai dengan kerangka kerja Jarlit secara nasional. Kegiatan pelaksanaan penelitian dan pengembangan pendidikan direncanakan sesuai dengan prioritas pembangunan pendidikan daerah yang sekaligus dapat membantu tercapainya rencana pembangunan pendidikan nasional. Seperti halnya rencana peningkatan mutu SDM,maka pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan pendidikan ini juga dapat dilaksanakan prakarsa Pemerintah Daerah maupun dengan bekerjasama dengan Pemerintah/ Jarlit Nasional, sesuai dengan kerangka kerja Jarlit secara nasional. 3. Ketersediaan sumberdaya Sumberdaya yang perlu disediakan utamanya adalah (1) sumberdaya manusia, dan (2) dana. Ke dua sumberdaya ini perlu selalu tersedia agar Jarlit dapat melaksanakan fungsinya. SDM utamanya untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan. SDM ini dapat berasal dari instansi/lembaga anggota Jarlit yang memiliki perhatian pada pendidikan dan pengetahuan dan pengalaman di bidang penelitian dan pengembangan. Agar dapat melaksanakan programnya, Jarlit juga perlu menyiapkan dan menyediakan dana secara berkelanjutan pada pos yang sesuai melalui APBD maupun sumber lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Sehubungan dengan penyediaan dana secara berkelanjutan ini, perlu sekali adanya pemahaman tentang Jarlit oleh berbagai pihak terkait yang menentukan alokasi dana dalam APBD. Pihak legislative perlu dilibatkan sejak awal dalam setiap kegiatan Jarlit sehingga dapat memahami dan mendukung setiap langkah kegiatan Jarlit. Untuk selanjutnya perlu diupayakan agar terbit Peraturan Daerah yang dapat mengakui keberadaan Jarlit sehingga ada jaminan dukungan dana melalui APBD. Dalam hal ini dengan sendirinya, Jarlit harus menunjukan kinerja yang meyakinkan bahwa Jarlit dapat membantu pembangunan pendidikan di daerah.. 2

C. Proses pembentukan. 1. a. Untuk Kabupaten/Kota: Balitbangda - kalau lembaga ini belum terbentuk, dilaksanakan oleh Bappeda sebagai instansi yang akan menjadi Koordinator Jarlit Kabupaten/Kota bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kab/Kota menghubungi langsung ke Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan (Puslitjaknov), Balitbang Depdiknas sebagai Koordinator Jarlit secara nasional, dengan tembusan ke Balitbangda/Bappeda Provinsi sebagai koordinator Jarlit Provinsi (kalau provinsi yang bersangkutan telah membentuk Jarlit), bahwa berkeinginan membentuk Jarlit.. b. Untuk Provinsi : Balitbangda - kalau lembaga ini belum terbentuk, dilaksanakan oleh Bappeda sebagai instansi yang akan menjadi Koordinator Jarlit Provinsi bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi menghubungi langsung ke Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan (Puslitjaknov), Balitbang Depdiknas sebagai Koordinator Jarlit secara nasional, bahwa berkeinginan membentuk Jarlit.. 2. Berdasarkan informasi dari Balitbangda/Bappeda Provinsi/Kabupaten/Kota, Puslitjaknov akan menindaklanjuti dan memberikan fasilitasi sampai Jarlit dapat dibentuk di Provinsi/Kabupaten/Kota ybs. Fasilitasi tersebut misalnya dengan memberi informasi tentang profil ( latar adanya Jarlit, tujuan, pola kerjasama, dll) Jarlit, bagaimana Jarlit dibentuk, membantu tersedianya dasar hukum untuk penguatan pembentukan jarlit bilamana di perlukan, dll. Dalam prakteknya fasilitasi dilaksanakan dengan kegiatan sosialisai Jarlit. 3. Informasi dari Puslitjaknov perlu dilaporkan dan dijelaskan kepada Gubernur/Bupati/Walikota dan disosialisaikan kepada instansi terkait di Provinsi/Kabupaten/Kota yang nantinya menjadi anggota Jarlit Provinsi/Kab/Kota, termasuk dalam hal ini adalah anggota DPRD khususnya pada komisi yang sesuai dengan pembangunan pendidikan. Sosialisasi ini pada dasarnya menyampaikan tentang apa itu Jarlit dan perlunya pembentukan Jarlit berkaitan dalam sistem otonom daerah, khususnya di bidang pendidikan. 4. Bilamana Gubernur/Bupati/Walikota secara prinsip sudah memahami dan menyetujui perlunya dibentuk Jarlit di Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan, maka perlu di siapkan konsep SK Gubernur/Bupati/Walikota tentang pembentukan Jarlit. Dalam konsep SK tersebut dalam struktur organisasi seyogyanya dicantumkan keterlibatan DPRD sebagai salah satu mitra kerja Jarlit. Contoh. SK pembentukan terlampir. 5. Konsep SK Gubernur/Bupati/Walikota tentang yang sudah disetujui maka dilakukan penandatangan SK pembentukan Jarlit oleh Gubernur/Bupati/Walikota. Dengan demikian Jarlit telah sah dibentuk dengan suatu peraturan perundangundangan yaitu Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota. 3

D. Tindak lanjut 1. Bilamana Jarlit sudah terbentuk maka salinan SK pembentukan Jarlit tersebut perlu dikirim ke Puslitjaknov, sebagai Koordinator Jarlit secara nasional dan kepada Balitbangda/Bappeda Provinsi sebagai Koordinator Jarlit Provinsi. 2. Selanjutnya proses kerjasama antara Koordinator Jarlit Pusat, Koordinator Jarlit Provinsi dan Koordinator Jarlit Kab/Kota dimulai dan ditindaklanjuti dengan penyusunan program kerja bersama, antara Puslitjaknov dengan Balitbangda/Bappeda Kabupaten/Kota selaku Koordinator Jarlit Kab/Kota.. PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN BALITBANG KEMENDIKNAS Jl. Jend. Sudirman Senayan, Jakarta Kemendiknas Gd. E Lt. 19 Tlp. (021) 5736365, Fax (021) 5741664 4