BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dalam lingkungan sekolah. Dengan memiliki para siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Sehingga diupayakan generasi muda dapat mengikuti setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. Mencuatnya prestasi gemilang Gita Gutawa, meski masih berusia belia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

ARIS RAHMAD F

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB I PENDAHULUAN. karena sumber daya manusia secara aktif mendorong produktifitas. karena itu perusahaan harus selalu memperhatikan, menjaga, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. karena pendidikan akan dapat mengembangkan kemampuan serta meningkatkan

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas. Guru diharapkan mampu lebih. pendidikannya atau yang akan terjun ke masyarakat.

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

EFFECTIVENESS OF GROUP COUNSELING SERVICES TO IMPROVE EMOTIONAL INTELLIGENCE

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa, terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 1. perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 ayat 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Pendidikan sebagai sistem terdiri dari tiga komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eli Hermawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi. Karena itu, sumber daya manusia perlu dikelolah secara. organisasi dalam memenangkan berbagai macam persaingan.

Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Jawa Siswa Kelas X SMA N 1 Klirong Kebumen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pada aplikasi riilnya, pelaksanaan program akselerasi selalu. pilihan, dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata.

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

BAB I PENDAHULUAN. terkait antara individu dan interaksi antara kelompok. Berbagai proses sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berinteraksi. Interaksi tersebut selalu dibutuhkan manusia dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang berkualitas yang disajikan. Kesuksesan dari perusahaan bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang cerdas dan berkualitas. apabila ada usaha atau upaya yang dilakukan. Niat atau tekad yang kuat yang

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan dengan kemampuan yang berbeda. Masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangan, begitupun dengan kecerdasan setiap individu. Ada yang memiliki tingkat kecerdasan rata-rata, di bawah rata-rata, bahkan di atas rata-rata atau biasa disebut cerdas istimewa. Seiring dengan perkembangan zaman, pemerintah mulai menghargai dan memperhatikan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata tersebut guna memfasilitasi dan memenuhi kebutuhan belajar siswa yang memiliki kelebihan dalam intelegensi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan tercantumnya kecerdasan istimewa dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat (4) menyebutkan bahwa warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Pasal 32 ayat (1) Pendidikan Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan istimewa. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yang diperbabarui oleh Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 135 (ayat 2) menyatakan bahwa Program Pendidikan Khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat berupa: a. program percepatan; dan/atau b. program pengayaan. Dari PP tersebut dapat diartikan bahwa program akselerasi adalah program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan penyelesaian waktu belajar lebih cepat/lebih awal dari waktu yang telah ditentukan, pada setiap jenjang pendidikan. Dari lahirnya produk-produk hukum Negara tersebut, mulai bermunculan program akselerasi di berbagai sekolah dan daerah. Mulai dari tingkat SD yang

2 asalnya enam tahun menjadi lima tahun, tingkat SMP dan SMA dari tiga tahun menjadi dua tahun. Akselerasi ditujukan kepada siswa-siswa berbakat yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau pemerintah menyebutnya dengan istilah cerdas istimewa dan bakat istimewa (CI/BI). Setelah mulai terselenggaranya program akselerasi tersebut, banyak opini yang berkembang bahwa program akselerasi lebih menekankan kepada perkembangan kecerdasan kognitif, sedangkan perkembangan kecerdasan emosi kurang diperhatikan sehingga berdampak terhadap keterampilan sosial yang dimiliki siswa. Seperti yang pernah penulis baca di sebuah berita yang diterbitkan oleh Antaranews.com (2005) bahwa Kelas Akselerasi Ganggu Masalah Sosial Siswa. "Memang secara kognitif para siswa kelas akselerasi bagus, tetapi karena kesibukan yang luar biasa akhirnya porsi kehidupan sosial ini kurang" (Sigimin, 2004). Hawadi-Akbar (2004) menyebutkan bahwa kelemahan utama dalam penyelenggaraan program akselerasi terletak pada masalah hambatan sosial dan kesejahteraan emosional siswa. Hambatan sosial yang dimaksud adalah hilangnya aktivitas hubungan sosial yang penting pada usianya, sehingga remaja (siswa) akselerasi akan kehilangan keterampilan dalam penguasaan kompetensi sosial mereka. Hasil temuan dari Aswan Hadis (2004) dalam Widyasari (2008) banyak penelitian mutakhir yang menemukan bahwa anak yang berbakat akademik dalam satu kelas homogen, sekitar 25-30 % siswanya mengalami masalah-masalah emosi dan sosial. Sejalan dengan fenomena di atas, penulis juga menemukan masalah tersebut di SMA pada tahun 2010. Siswa kelas akselerasi yang memiliki IQ di atas rata-rata tersebut enggan menyapa guru ketika bertemu, berteman hanya dengan teman yang dikenalnya, dan mereka sulit untuk bekerja sama. Begitulah yang telah dipaparkan oleh salah satu guru disana. Menurut beliau, berbagai pengalaman sosial sebaya tidak dialami oleh siswa kelas akselerasi, mengingat porsi pembelajaran siswa kelas akselerasi lebih banyak dibandingkan dengan siswa reguler. Selain itu, kelas akselerasi lebih terlihat

3 ekslusif dan membuat siswanya merasa lebih dibandingkan dengan siswa reguler sehingga membuat kelompok-kelompok dalam sekolah. Hal diatas sangat bertentangan dengan penelitian yang telah dilaksanakan oleh Clark (1982) bahwa peserta akselerasi memiliki skor penyesuaian emosional dan sosial yang tinggi di atas rata-rata. (Winanti S. Dkk., 2007:32). Penelitian yang dilakukan oleh Rini Handayani (2013:83) tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor kecerdasan emosional siswa akselerasi dibandingkan dengan siswa reguler. Kepandaian dalam bersosialisasi termasuk salah satu aspek kecerdasan emosi. Anak pandai bergaul, tidak pemalu, dan cenderung mengutamakan orang lain, setelah kepuasannya sendiri tercukupi menunjukkan bahwa ia memiliki tingkat kecerdasan emosi yang tinggi. Mereka yang sangat cerdas emosinya akan memiliki kemampuan untuk memimpin teman-temannya. Saat siswa mengalami beban tugas yang cukup banyak atau stres, peran kecerdasan emosi dibutuhkan. Orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dapat mengelola stres dan menemukan cara yang tepat untuk menghadapinya. Namun akan terjadi sebaliknya jika seseorang memiliki kecerdasan emosi yang rendah, mereka akan sulit menemukan cara untuk menghadapi stres tersebut. Kecerdasan emosi juga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Mereka yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan mengambil keputusan dan melakukan tindakan yang tepat saat situasi yang mendesak. Selain itu, kecerdasan emosi juga berguna dalam penyesuaian diri dan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Mereka yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dapat mengetahui perasaan dirinya dan orang lain, dapat menahan diri, dan bersikap empati sehingga membuat orang lain merasa nyaman dan senang bergaul dengannya. Hal ini membuktikan bahwa kecerdasan emosi sama pentingnya dengan kecerdasan intelektual. Menurut Goleman (2002:44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi,

4 mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood) berempati serta kemampuan bekerja sama. Kedua jenis intelegensi ini sangat diperlukan dalam proses pembelajaran dan saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Pendidikan di sekolah tidak hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan perlu mengembangkan emotional intelligence siswa. Pendidikan sebagai kegiatan yang menentukan kualitas hidup seseorang atau bangsa sudah menjadi kebutuhan mutlak. Oleh karena itu maka pendidikan harus dilakukan secara sadar melalui sebuah kesengajaan yang terencana dan terorganisir dengan baik. Semua demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Begitu juga dengan sasaran lain meliputi obyek peserta, sarana dan prasarana penunjang pendidikan yang lain. Dari fenomena-fenomena yang telah dipaparkan diatas, penulis bermaksud untuk menganalisis pelaksanaan program akselerasi dan dampaknya terhadap kecerdasan emosi siswa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kecerdasan emosi anak berbakat yang memiliki motivasi tinggi dan berminat belajar di kelas akselerasi. Dengan diketahuinya kecerdasan emosi siswa akselerasi, maka akan memudahkan guru dalam mengembangkan pembelajaran agar kebutuhan perkembangan emosi siswapun akan terpenuhi dan mereka akan menjadi generasi bangsa yang unggul karena dengan memiliki kecerdasan/intelegensi yang tinggi, ditopang pula dengan kecerdasan emosional yang dapat dikendalikan. B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian Secara umum yang menjadi fokus masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan program akselerasi dan dampaknya terhadap kecerdasan emosi siswa, secara rinci dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana pembelajaran di kelas akselerasi SMA? a. Bagaimana perencanaan pembelajaran di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Kota Sukabumi?

5 b. Bagimana proses pembelajaran di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Kota Sukabumi? c. Bagaimana penilaian hasil belajar siswa kelas akselerasi SMA Negeri 3 Kota Sukabumi? 2. Bagaimana kecerdasan emosi siswa akselerasi di SMA Negeri 3 Kota Sukabumi? 3. Apakah penyelenggaraan kelas akselerasi berdampak terhadap kecerdasan emosi siswa? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program akselerasi dan dampaknya terhadap kecerdasan emosi siswa. Secara lebih khusus, tujuan penelitian ini diantaranya: a. Mengetahui pembelajaran di kelas akselerasi SMA penyelenggaraan kelas akselerasi. 1) Mengetahui perencanaan pembelajaran di kelas Akselerasi SMA Negeri 3 Kota Sukabumi. 2) Mengetahui proses pembelajaran di kelas akselerasi SMA Negeri 3 Kota Sukabumi. 3) Mengetahui penilaian hasil belajar siswa kelas akselerasi SMA Negeri 3 Kota Sukabumi. b. Mengetahui kecerdasan emosi siswa akselerasi di SMA Negeri 3 Kota Sukabumi. c. Menengetahui dampak dari penyelenggaraan kelas akselerasi terhadap kecerdasan emosi siswa. 2. Manfaat Secara umum manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyelenggaraan kelas akselerasi terhadap kecerdasan emosi siswa, sedangkan manfaat secara khusus yaitu:

6 1. Sebagai bahan masukan bagi para guru dalam mendidik siswa yang tidak hanya menekankan pada aspek kognitif, melainkan aspek emosi juga perlu dikembangkan. 2. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman bagi penulis mengenai kecerdasan emosi dan penyelenggaraan kelas akselerasi. 3. Sebagai bahan masukan kepada peneliti selanjutnya untuk bahan referensi dalam melakukan penelitian. D. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini menganalisis tentang pelaksanaan program akselerasi dan dampaknya terhadap kecerdasan emosi siswa, terdiri dari lima bab, yaitu pendahuluan, landasan teori, metodologi penelitian, hasil penelitian, serta kesimpulan dan saran. Pada bab pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah penelitian, yang merupakan alasan-alasan atau argumentasi penelitian mengenai pelaksanaan program akselerasi dan kecerdasan emosi siswa akselerasi. Fokus dan pertanyaan penelitian berisi tentang pertanyaan-pertanyaan penelitian yang nantinya akan dijawab dengan data-data hasil penelitian. Serta tujuan dan manfaat penelitian merupakan hal-hal yang menjadi tujuan penulis dalam meneliti masalah tersebut dan manfaat yang akan diperoleh apabila penelitian ini telah selesai. Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan kaidah keilmuan tanpa bertentangan dengan teori sebelumnya, diperlukan landasan teori yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti pada Bab II. Teori-teori tersebut meliputi konsep dasar anak berbakat, model-model penyelenggaraan pendidikan khusus, konsep dasar kecerdasan emosi, dan penelitian terdahulu mengenai layanan program akselerasi. Pada Bab III terdapat metodologi penelitian yang berisi tentang metode penelitian yang digunakan, prosedur penelitian, definisi operasional variabel, subjek dan lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, dan teknik analisis data. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Pendekatan

7 kualitatif dan kuantitatif menggunakan desain Conccurent Triangulation yang menerapkan sistem pengumpulan dan analisis data kualitatif dan kuantitatif kemudian mengkomparasikan hasil dari dua penelitian tersebut. Data-data yang telah diperoleh dari penelitian dideskripsikan pada Bab IV, kemudian pada Bab V keseluruhan hasil penelitian tersebut disimpulkan dan diberi saran guna perbaikan semua pihak yang memerlukan.