BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
(Setyapurnama dan Norpratiwi, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mendelegasikan pekerjaan dan agent sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi. ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana

BAB I PENDAHULUAN. 2003). Instrumen pasar modal yang utama yaitu saham dan obligasi.

BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah saham dan obligasi (Manurung, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. lapangan usaha perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Menurut Mankiw

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. modal menjadi pilar perekonomian negara-negara maju dan menjadi cermin. menentukan maju atau melemahnya ekonomi suatu negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. ekuity (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penting. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki. kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. sekarang dan masa yang akan datang. Perusahaan go public dalam melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Para investor menanam modal dengan tujuan untuk memperoleh manfaat

BAB I PENDAHULUAN. panjang dalam memperoleh benefitnya. Investasi di Indonesia dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan fungsinya, pasar modal menjadi penghubung bagi pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual-beli dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Peringkat obligasi juga berfungsi membantu kebijakan publik untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal dapat

BAB I PENDAHULUAN. baik peringkat obligasi yang diperdagangkan maka return yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat pada sektor pasar modal syariah. Semakin banyaknya nilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Darmadji dan Fakhruddin (2011) (ekbis.sindonews.com) Harsono (2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. pada saat jatuh tempo. Bagi para emiten, obligasi merupakan sekuritas yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh dana dari pemilik modal (investor), juga merupakan sarana bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Investasi obligasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu alternatif investasi guna memperoleh keuntungan. modal dapat memberikan imbal hasil berupa dividen atau dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau menerbitkan surat utang (obligasi). Obligasi (bond) dapat didefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan sehubungan dengan perjanjian pinjaman, pihak peminjam menerbitkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. waktu jatuh tempo kurang dari 10 tahun, biasanya disebut wesel (note) (Horne dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (BEI) merupakan satu-satunya pasar modal yang ada di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital

BAB I PENDAHULUAN. negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara (Samsul, 2006:43).

BAB I PENDAHULUAN. yang tergolong Surat Berharga Pasar Modal dengan Pendapatan Tetap (fixed-income

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) dan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang

TINJAUAN PUSTAKA. Calon investor yang akan berinvestasi pada obligasi suatu perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah (Suad Husnan, 1994) dalam Adrian (2011). Menurut jawa pos

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh imbalan berupa return. Untuk memperoleh return yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan pertumbuhan perekonomian, pasar modal menjadi pilihan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus menerbitkan nilai sekuritas sebagai salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas di Asia (ASEAN Free Trade Area) untuk negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia saat ini semakin berkembang, dengan

BAB I. Salah satu bentuk pendanaan yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu menggunakan rasio keuangan, rasio non keuangan

PENGANTAR BISNIS CHAPTER 19 PASAR MODAL (SECURITIES MARKET)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH PREDIKSI PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu Kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa alternatif yang dapat dipilih oleh investor, salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas melalui pasar modal. dua kelompok yakni aset finansial yang marketable dan yang non

BAB I PENDAHULUAN. Investasi pada dasarnya adalah uang yang dipakai untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif aman, tetapi tidak tertutup kemungkinan investor mengalami kerugian

2. TELAAH HIPOTESIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendapatan tetap tersebut diperoleh dari pokok obligasi dan bunga yang akan

BAB I PENDAHULUAN. pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang pemilik modal yang berminat membeli obligasi, sudah seharusnya

lembaga atau agen pemeringkat obligasi (Rating Agency). Agen pemeringkat tersebut untuk mendapatkan informasi mengenai peringkat obligasi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wolk et al (2000) dalam Sari et al (2006), signaling theory menjelaskan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI PADA LEMBAGA KEUANGAN BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. diminati investor, karena obligasi memiliki pendapatan yang bersifat tetap

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional termasuk ekspansi usaha selain kredit perbankan.

panjang dengan menjual saham (stock) maupun menerbitkan obligasi (bond).

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran bunga secara periodik. Menurut Abdul Halim (2015 : 9) obligasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan PT. Pefindo

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana ( issuer). Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan (saham) dan investasi dalam surat utang (obligasi). Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana dengan memperjualbelikan sekuritas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membayar pokok obligasi yang biasa disebut nilai par. instrumen keuangan adalah memperoleh return (imbal hasil).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling, 1976 yang menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Sari, 2008:214). Asimetri informasi terjadi dikarenakan salah satu pihak memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menguji hubungan antara variabel independen dengan variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan saham (stock) dan instrumen yang berpendapatan tetap (fixed income) atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa bersifat tarif tetap (fixed rate), tarif mengambang (floating rate) maupun

OVERVIEW investasi obligasi. 1/51

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obligasi Obligasi adalah hutang jangka panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut (BEI, 2007). Sebelum transaksi jual beli terjadi, ada suatu kontrak perjanjian antara pembeli dan penjual obligasi. Kontrak perjanjian ini disebut kontrak perjanjian obligasi (bond indenture). Untuk lebih menjelaskan hal tersebut diuraikan berbagai macam obligasi sebagai berikut: 1. Collateral Perusahaan penerbit membuat suatu janji, apabila pada saat jatuh tempo obligasi perusahaan penerbit tidak dapat membayar nilai nominal obligasi, maka perusahaan penerbit menyediakan sejumlah asset milik perusahaan sebagai jaminan. Hal tersebut akan memperkuat tingkat kepercayaan pemodal, yang menjamin bahwa pemodal tidak akan mengalami kerugian. 2. Debenture Dalam tipe obligasi ini, perusahaan penerbit obligasi tidak menjamin dengan aktiva tertentu, tetapi dijamin oleh tingkat likuiditas 9

10 perusahaan. Investor berharap bahwa perusahaan dapat mencapai laba untuk membayar bunga dan nilai obligasi. 3. Subordinate debenture Dalam perjanjian kontrak obligasi, pemegang obligasi diklasifikasikan berdasarkan siapa yang akan dibayar terlebih dahulu. Jika perusahaan bangkrut, siapa yang palaing mendapat prioritas untuk dibayar terlebih dahulu. Tipe subordinate debenture dibayar setelah debenture. Oleh karena itu subordinate debenture merupakan obligasi yang beresiko tinggi. 4. Obligasi pendapatan (incame bonds) Obligasi tipe ini, tidak dijamin dengan asset tertentu. Disamping itu, perusahaan penerbit tidak mempunyai kewajiban membayar bunag secara periodik kepada pemegang obligasi. Dalam obligasi, perusahaan akan membayar bunga apabila laba yang dicapai cukup untuk membayar bunga. Perusahaan penerbit tidak mempunyai utang bunga apabila periode yang berlalu tidak mampu membayar bunga. 5. Obligasi hipotek (Mortgage) Obligasi tipe ini dijamin dengan asset tertentu dan asset yang dijadikan agunan disebutkan secara jelas. Asset tersebut merupakan asset yang tidak bergerak misalnya, tanah dan gedung. Apabila perusahaan melalaikan janjinya, agunan tersebut dapat dijual untuk menutupi kewajiban perusahaan tersebut. Dalam obligasi tipe ini, asset

11 perusahaan yang baru secara langsung menjadi agunan. Misalnya, perusahaan penerbit menjual obligasi kepada investor pada tahun 1993 dengan jangka waktu 20 tahun. Apabila pada tahun 1995 perusahaan membeli asset tanah dan gedung baru tersebut termasuk agunan. 6. Call provision Dalam kontrak perjanjian obligasi, pada saat tertentu perusahaan penerbit dapat memanggil (menarik) obligasi kembali. Perusahaan penerbit mempunyai kesempatan untuk memanggil obligasi apabila tingkat bunga turun dan menerbitkan obligasi baru dengan tingkat bunga yang lebih rendah. Konsep ini disebut dengan refunding. Apabila perusahaan menerbitkan obligasi denga call profision, perusahaan penerbit harus mengungkapkan call price (harga panggilan). Call price adalah harga yang harus dibayar pada saat obligasi dipanggil oleh perusahaan penerbit dari pemegang obligasi sesuai dengan kontrak dalam perjanjian yang telah ditetapkan. Selisih antara nilai nominal dengan call price disebut call premium. Besarnya call price ditentukan berdasarkan nilai obligasi. Apabila nilai obligasi mempunyai risiko tinggi, maka call price juga tinggi dan sebaliknya. Oleh karena itu obligasi ini juga disebut derivatif. 7. Sinking fund provision Sinking fund provision adalah peraturan yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang (Bapepam) yang ditunjuk kepada perusahaan penerbit agar melunasi sebagian obligasi dalam waktu tertentu. Untuk

12 melunasi obligasi tersebut, perusahaan harus menyisihkan dana khusus untuk membayar kewajiban yang disebut sinking fund. Perusahaan penerbit dapat membayar obligasi dalam waktu yang bersamaan.dalam jumlah yang relatif besar atau membayar satu per satu dari open market melalui dealer. (Sunariyah 2000). 2.2 Manfaat Obligasi Tingkat bunga obligasi bersifat konstan, dalam arti tidak dipengaruhi harga pasar obligasi. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima, sebab dalam kontrak perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak yang akan diterima pemegang obligasi. Apabila dibandingkan dengan saham, return saham sangat bervariasi karena deviden saham sangat tergantung pada laba perusahaan. Apabila perusahaan laba turun, maka deviden juga turun dan sebaliknya. Dari sisi lain karena pendapatan obligasi dapat diprediksi maka pemegang obligasi dapat membuat portofolio obligasi yang lebih baik dibandingkan dengan portofolio saham. (Sunariyah, 2000). 2.3 Kelemahan Obligasi Berbagai bentuk kelemahan obligasi sangat bervariasi, tergantung pada stabilitas suatu perekonomian negara, berikut ini adalah beberapa kelemahan obligasi

13 1. Tingkat bunga Meskipun tingkat bunga konstan, harga obligasi sangat berfluktuasi. Harga obligasi sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah atau bank sentral. Tingkat bunga pasar keuangan dengan harga obligasi mempunyai hubungan negatif, apabila harga obligasi naik maka tingkat bunga akan turun, demikian sebaliknya. Oleh karena itu investor harus memperhatikan pergerakan harga obligasi agar dapat mempertimbangkan waktu beli yang menguntungkan. 2. Obligasi merupakan instrumen keuangan yang sangat konservatif sehingga menghasilkan yield yang cukup baik, dengan resiko rendah. Misalnya, obligasi yang diterbitkan pemerintah lebih menguntungkan dibandingkan dengan obligasi yang diterbitkan perusahaan swasta. Risiko obligasi pemerintah relatif rendah dibandingakan dengan obligasi perusahaan swasta. Dalam kasus tersebut, investor yang ingin mengoptimalkan keuntungan lebih baik melakukan investasi dalam instrumen lain meskipun risiko cukup tinggi. 3. Tingkat likuiditas obligasi rendah Hal ini dikarenakan pergerakan harga obligasi, khususnya apabila harga obligasi menurun. Dalam kasus tersebut pemegang obligasi akan menahan obligasinya dan berspekulasi bahwa masa yang akan datang obligasi akan naik kembali.

14 4. Resiko penarikan Apabila dalam kontrak perjanjian obligasi ada persyaratan penarikan obligasi, perusahaan dapat menarik obligasi sebelum jatuh tempo dengan membayar sejumlah premium. Hal ini kelihatannya menguntungkan pemegang obligasi tetapi biasanya obligasi yang dipanggil dijual kembali dengan tingkat bunga yang lebih rendah oleh penerbit obligasi yang disebut refunding. Sebagai akibatnya pemegang obligasi belum siap untuk berinvestasi atau dinamakan reinvestment risk. 5. Resiko kecurangan Apabila perusahaan penerbit mempunyai masalah likuiditas dan tidak mampu melunasi kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan maka pemegang obligasi akan menderita kerugian, karena perusahaan akhirnya tidak dapat menepati janjinya. Dalam hal perusahaan penerbit bangkrut, maka obligasi menjadi sesuatu hal yang tidak mempunyai nilai. (Sunariah 2000). 2.4 Persyaratan Pencatatan Obligasi di Indonesia Menurut Sunariyah (2000) obligasi merupakan salah satu instrument yang diperdagangkan dipasar modal indonesia. Bapepam sebagai lembaga yang diberi wewenang oleh pemerintah mewajibkan beberapa persyaratan

15 kepada calon penerbit obligasi yang melakukan penawaran obligasi. Persyaratan pencatatan obligasi tersebut adalah sebagai berikut : a. Penyertaan pedaftaran lebih dinyatakan efektif oleh bapepam. b. Laporan keuangan diaudit oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam dengan pendapatan wajar tanpa kualifikasi (WTK) untuk tahun buku terakhir. c. Nilai nominal obligasi yang dicatat minimal Rp. 25 miliar. d. Rentang waktu efektif dengan permohonan pencatatan tidak lebih dari 6 bulan dan sisa jangka waktu jatuh tempo obligasi sekurang-kurangnya 4 bulan. e. Telah berdiri dan beroprasi sekurang-kurangnya 3 tahun berturut-turut. f. Dua tahun berakhir memperoleh laba operasional dan tidak ada saldo rugi tahun terakhir. g. Anggota direksi dan komisaris memiliki reputasi yang baik. 2.5 Pemeringkat Obligasi Ratings atau peringkat, merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan pengutang dan kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan utang yang dimiliki, sehingga dapat dikatakan bahwa rating mencoba mengukur resiko default, yaitu peluang obligor atau pemijam akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan (Foster, 1986 dalam Yanti, 2007). Variabel ini mengukur tingkat peringkat obligasi perusahaan dengan memberi nilai pada masing-masing

16 ratings yang mengacu pada katagori rating yang dikeluarkan oleh PT. Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia). Variabel dependen atau peringkat obligasi ini memiliki kode atau peringkat obligasi yang digunakan oleh PT Pefindo (www.pefindo.com): 1. AAA artinya obligor memiliki pemimpin yang mampu membayar pinjaman jangka panjang dari obligor yang lain 2. AA artinya obligor yang memiliki nilai paling tinggi terhadap kemampuan dalam membayar kewajiban keuangannya dari obligor yang lain 3. A artinya obligor memiliki kemampuan yang kuat untuk membayar tanggungjawab keuangannya dari obligor yang lain 4. BBB artinya obligor memiliki kemampuan yang memadai untuk membayar pinjaman jangka panjang dari obligor yang lain 5. BB artinya obligor memiliki kemampuan agak sedikit lemah membayar pinjaman jangka panjangnya dari kemampuan para obligor lainnya 6. B artinya obligor memiliki kemampuan yang lemah untuk membayar pinjaman jangka panjang dari obligor yang lain 7. CCC artinya obligor mudah dilemahkan dan bergantung pada kondisi keuangan yang baik untuk membayar tanggung jawab keuangannya 8. D artinya menandakan Efek hutang yang macet. Perusahaan penerbit sudah berhenti beursaha

17 Seorang pemodal yang tertarik untuk membeli obligasi tentunya harus memperhatikan rating obligasi (bond rating). Ratings atau peringkat, merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan pengutang dan kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan utang yang dimiliki, sehingga dapat dikatakan bahwa rating mencoba mengukur resiko default, yaitu peluang obligor atau peminjam akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan (Foster 1986 dalam Restuti 2006). Pemeringkat obligasi perusahaan diharapkan dapat memberikan petunjuk bagi investor tentang kualitas ivestasi obligasi yang mereka minati. Pemodal bisa dapat menggunakan jasa kredit rating agency yang memberikan jasa penelitian terhadap obligasi yang beredar untuk mendapatkan informasi mengenai rating obligasi. Hasil dari peringkat surat utang didasarkan atas beberapa hal seperti: a. Kemungkinan pelunasan pembayaran yaitu kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian b. Struktur, karakteristik serta berbagai ketentuan yang diatur dalam surat utang c. Perlindungan yang diberikan maupun posisi klaim dari pemegang surat utang tersebut bila terjadi pembubaran/likuidasi serta hukum lainnya yang mempengaruhi hak kreditur.

18 2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rating Obligasi Rating obligasi membantu investor dalam penilaian hutang dan resiko kegagalan (default risk) dari obligasi. Peringkat obligasi mencoba mengukur adanya resiko kegagalan berupa ketidak mampuan penerbit obligasi atau pengutang dalam membayar bunga selama umur obligasi dan pelunasannya hingga akhir jatuh tempo (Amrullah, 2007). 1. Pertumbuhan Perusahaan (Growth company) Burton et al (1998) dalam Almilia dan Vieka, 2007 menyatakan bahwa pertumbuhan yang positif dalam anual surplus dapat mengidentifikasikan atas berbagai kondosi financial. Para pemegang obligasi yang memiliki pertumbuhan yang tinggi dari tahun ketahun dalam bisnis adalah telah besar kemungkinan secara sukarela untuk kredit rating dari pada insure yang memiliki pertumbuhan yang lebih rendah. Dengan kata lain insurer yang pengalaman growth dalam pelaporan annual surplus akan mendapat level resiko penjaminan yang lebih tinggi. Menurut Potier and Sommer (1999) dalam Almilia dan Vieka (2007) berpendapat bahwa pertumbuhan/growth perusahaan yang kuat berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade yang diberikan oleh pemeringkat obligasi. Pada umumnya dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan memberikan peringkat obligasi yang investment grade. Investor didalam memilih investasi terhadap obligasi akan melihat pengaruh growth atau pertumbuhan perusahaan apabila

19 pertumbuhan perusahaan dinilai baik maka perusahaan penerbit obligasi akan memiliki peringkat obligasi investment grade. 2. Ukuran Perusahaan (Size Company) Ukuran perusahaan (size) merupakan salah satu variabel akuntansi yang mempengaruhi peringkat obligasi (Miswanto dan Husnan 1999 dalam Almilia dan Vieka, 2007). Dapat diukur dengan menggunakan total asset, penjualan atau ekuitas. Jika sejumlah asset, penjualan atau ekuitas tersebut besar maka logaritma terhadap jumlah tersebut digunakan untuk tujuan penelitian. Menurut Elton dan Gruber (1995) dalam Almilia dan Vieka (2007) perusahaan-perusahaan besar kurang beresiko dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil. Dengan kata lain, perusahaan kecil memiliki resiko lebih besar dibandingkan denga perusahaan besar. Dan apabila semakin besar perusahaan potensi mendevinisikan resiko non sistematiknya semakin besar, sehingga membuat resiko obligasi perusahaan tersebut menurun. Ogden (1987) dalam Wydia (2005) dalam Yanti, 2007 berpendapat bahwa karena total utang dan ukuran perusahaan mempunyai korelasi yang kuat dan positif, ukuran perusahaan juga bisa digunakan sebagai proksi untuk mengukur likuiditas. Disamping itu ukuran perusahaan juga mempunyai korelasi terhadap tingkat resiko kebangkrutan atau kegagalan, sehingga disimpulkan bahwa ukuran perusahaan bisa mempunyai pengaruh terhadap rating obligasi.

20 Ukuran perusahaan disini dinyatakan dengan ukuran besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Sesuai dengan ketentuan BAPEPAM No.11/PM/1997, disebutkan bahwa kategori perusahaan besar adalah yang total aktivanya lebih dari Rp 100.000.000.000 sedangkan perusahaan kecil dan menengah total aktivanya tidak lebih dari Rp 100.000.000.000. 3. Likuiditas Perusahaan Menurut Mamduh dan Halim (2000:77) dalam Almilia dan Vieka (2007) rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Analis keuangan dapat menggunakan beberapa rasio likuiditas untuk menilai apakah perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera jatuh tempo. 2.7 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian, Almilia dan Vieka (2007), dalam penelitian ini mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. Sesuai dengan topik penelitian tersebut dapat diketahui pemilihan variabel-variabel yang diduga dapat mempengaruhi peringkat obligasi. Pemilihan variabel-variabel yang diduga dapat mempengaruhi peringkat obligasi yang mengacu pada bebrapa model

21 penelitian terdahulu. Beberapa penelitian sebelumnya menggunakan faktor akuntansi yaitu growth/pertumbuhan perusahaan, size/ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, secure/jaminan, maturity/umur obligasi, reputasi auditor dalam Almilia dan Vieka (2007) pertumbuhan/growth dan likuiditas perusahaan juga merupakan faktor akuntansi yang mempengaruhi peringkat obligasi. Restuti (2006) juga mengatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Disamping itu Pottier dan Sommer (1999), dalam Yanti (2007) juga mengatakan size/ukuran perusahaan dapat mempengaruhi peringkat obligasi.