BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Akad pada produk Gadai Emas di bank Syariah

BAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

ANALISIS PENENTUAN TARIF POTONGAN IJARAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAAN IJARAH OLEH PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG MALANG.

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DI KOSPIN JASA SYARIAH DIPANDANG FATWA DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS.

BAB IV ANALISA A. PELAKSANAAN IB RAHN EMAS DI BANK JATENG SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG

membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB III PENERAPAN PERHITUNGAN BIAYA IJARAH DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH PEKALONGAN. A. Akad Rahn dan Ijarah di Pegadaian Syariah Pekalongan

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Akuntansi Pendapatan, Pegadaian Konvensional, Pegadaian Syariah

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB III LAPORAN PENELITIAN. A. Profil Pegadaian KC Syariah Raden Intan Lampung

A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai. emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas

BAB IV ANALISIS PENERAPAN MULTI AKAD DALAM PEMBIAYAAN ARRUM (USAHA MIKRO KECIL) PEGADAIAN SYARIAH (STUDI KASUS DI PEGADAIAN SYARIAH PONOLAWEN KOTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. peneliti menemukan beberapa hal penting yang bisa dicermati dan dijadikan acuan penelitian ini.

BAB III PENERAPAN PERHITUNGAN BIAYA IJARAH DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO

BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Implementasi gadai di PT. Bank BNI Syariah Cabang Dharmawangsa Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB III LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Perum Pegadaian Syari ah Cabang Bandar Lampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan yang mendesak atau kekurangan dana dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

RAHN DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA KONSEPTUAL DAN APLIKATIF GADAI EMAS (AR-RAHN) PT. BPRS BHAKTI SUMEKAR SUMENEP

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB II KAJIAN TEORITIS. kegiatannya tidak lepas dari proses pencatatan akuntansi yang pada akhir

BAB III IMPLEMENTASI GADAI DI PT. BANK BNI SYARIAH CABANG DHARMAWANGSA SURABAYA. bank negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan

BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH DI PEKALONGAN. A. Gambaran Umum Objek Penelitian (Pegadaian Syari ah Di

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Lampiran 1. Sruktur Organisasi BNI Syariah Cabang Malang

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB III PRINSIP KEADILAN TERHADAP AKAD RAHN EMAS DI BMT. transaksi yang menggunakan dua akad, yaitu akad rahn dan akad ijarah.

EVALUASI PENERAPAN AKUNTANSI GADAI SYARIAH (RAHN) PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Pelembagaan Bisnis gadai pertama kali di Indonesia sejak Gubernur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Gadai Emas Syariah. sejak tahun 2009 dengan jumlah lebih dari 900 nasabah rahin.

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dan suatu sistem yang dibutuhkan dalam suatu negara modern, tak luput

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Konsep Pembiayaan Rahn (Gadai Emas) di BNI Syariah Cabang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok. menanyakan langsung kepada pihak warung mikro itu sendiri.

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pinjam meminjam menjadi salah satu cara terbaik untuk

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH KENDAL

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG PONOLAWEN PEKALONGAN, UPS WONOYOSO DAN UPCS VETERAN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Gadai Secara Umum. Beberapa pendapat mengenai definisi gadai dan pegadaian:

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107. berdasarkan PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah.

Analisis Pelaksanaan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomer : 26/DSN- MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cimahi

STRUKTUR HUKUM PEGADAIAN SYARIAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan IB Rahn Emas di Bank Jateng Syariah Kantor Cabang Semarang Rahn menurut bahasa berarti ats-tsubut dan

BAB IV PENUTUP. 1. Prosedur untuk mendapatkan pinjaman Gadai Emas adalah Nasabah. membawa benda berharga yang akan digadaikan berupa emas dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB IV ANALISIS HYBRID CONTRACT PADA PRODUK GADAI ib EMAS DI PT. BRI SYARIAH KCP GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Dengan menganut sistem yang berbeda dari bank konvensional, bank

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. (VOC) mendirikan BANK VAN LEENING yaitu lembaga keuangan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dan bagi manusia pada umumnya tanpa harus meninggalkan. prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.

BAB I PENDAHULUAN Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Definisi gadai sendiri. terdapat dalam Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

BAB IV MEKANISME AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN PRODUK MULIA DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

No. 14/ 7 /DPbS Jakarta, 29 Februari 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

Dewi Fitrianti,

BAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG KALIGARANG-SEMARANG

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

Financial Check List. Definisi Pegadaian. Mengapa Masayrakat Perlu Menggunakan Jasa Pegadaian? Kapan Masyarakat. Menggunakan Jasa. Pegadaian?

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Pegadaian Syariah Unit Kauman Cabang Malang

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, masalah kekurangan modal. globalisasi saat ini masyarakat mudah memperoleh modal untuk memulai

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB III STRATEGI PEMASARAN PRODUK GADAI (AR-RAHN) DAN MINAT NASABAH PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB III. Pola Tajdi>d al- aqd (akad baru) Rahn Di Pegadaian Syariah Kebomas Gresik

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu bagian dari aktivitas ekonomi yang

BAB IV PENUTUP. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Substansi dari jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI MOBIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai di istilahkan dengan rahn dan juga dapat

PELAKSANAAN AKAD RAHN DALAM LAYANAN GADAI DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG KALIGARANG-SEMARANG (TINJAUAN MANAJEMEN DAKWAH)

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Tentang Pelaksanaan Produk Pembiayaan Gadai Emas

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. A. Gambaran Umum Pegadaian Syariah Cabang Kebun Bunga

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DATA A. Proses Penerapan Akad Rahn dan Ijarah dalam Transaksi Gadai pada Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung Mendiskusikan sub tema ini secara gamblang, maka tidak ubahnya kita mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal hingga akhir yang telah penulis amati secara seksama dan yang telah penulis alami selaku peneliti. Menurut penulis, akad rahn adalah akad gadai atau perjanjian utang piutang dengan jaminan sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah. Dan akad ijarah adalah suatu perjajian menitipkan barang dengan perjanjian sewa tempat yang disepakati. Jadi dalam gadai Syariah ini terdapat perjanjian yang mengikat atau melekat dalam akad (perjanjian) yaitu rahn dan ijarah. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian pada Cabang Pegadaian Syariah Raden Intan Bandar Lampung, dengan melakukan pengamatan dan wawancara dengan karyawan CPS Raden Intan Bandar Lampung ada beberapa tahap dalam implementasi akad ar-rahn. Untuk mendapatkan pinjaman dengan skim ar-rahn ada beberapa tahapan yang dilalui, tahap pertama yaitu tahap pengajuan, pada tahap ini seorang nasabah apabila ingin mendapatkan pinjaman dari Pegadaian Syariah ia harus datang dengan memenuhi beberapa persyaratan :

80 1. Menyerahkan foto copy KTP atau identitas resmi lainnya. 2. Menyerahkan barang sebagai jaminan yang berharga misalnya berupa emas, berlian, elektronik dan kendaraan bermotor. 3. Untuk kendaraan bermotor, cukup menyerahkan dokumen kepmilikan berupa BPKB dan foto copy dari STNK sebagai pelengkap jaminan. 4. Mengisi formulir permintaan pinjaman. 5. Menandatangani akad. Setelah syarat-syarat ini terpenuhi, nasabah membawa barang jaminan disertai foto copy identitas ke loket penaksiran barang jaminan. Barang akan ditaksir oleh penaksir, kemudian akad memperoleh pinjaman uang maksimal 92% dari nilai taksiran. Tahap selanjutnya adalah tahap perjanjian, pada tahap ini pihak rahin harus datang sendiri dan melakukan negosiasi terlebih dahulu atas perjanjian yang di buat oleh pihak Pegadaian Syariah. Bila pihak rahin tidak sepakat, boleh membatalkan untuk tidak jadi meminjam uang di Pegadaian Syariah. Namun bila telah sepakat atas perjanjian yang ada, maka nasabah langsung menandatangani akad tersebut. Adapun akad yang di gunakan dalam perjanjian ar-rahn ini adalah akad ijaroh atau Fee Based marhun yang bisa di sebut ijarah yakni rahin dimintai imbalan sewa tempat, ujroh pemeliharaan marhun dalam hal penyimpanan barang yang di gadaikan.

81 Apa yang diperjanjikan dan hal-hal apa yang di perjanjikan dalam perjanjian ar-rahn adalah : 1. Judul perjanjian yaitu akad rahn. 2. Hari dan tanggal serta tahun akad. 3. Kedudukan para pihak, yaitu : a. Kantor cabang pegadaian syariah yang diwakili oleh kuasa pemutus marhun bih, dan oleh karenanya bertindak untuk dan atas nama serta kepentingan CPS disebut sebagai pihak pertama. b. Rahin atau pemberi gadai adalah orang yang nama dan alamatnya tercantum dalam surat bukti rahn ini. 4. Hal-hal yang diperjanjikan dalam ar-rahn antara lain : a. Rahin dengan ini mengakui telah menerima pinjaman dari murtahin sebesar nilai pinjaman dan dengan jangka waktu pinjaman sebagaimana tercantum dalam surat buku rahn. b. Murtahin dengan ini mengakui telah menerima barang milik rahn yang digadaikan kepada murtahin, dan karenanya murtahin berkewajiban mengembalikannya pada saat rahin telah melunasi pinjaman dan kewajiban-kewajibannya lainnya. c. Atas transaksi rahn tersebut diatas, rahin dikenakan biaya administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

82 d. Apabila jangka waktu akad telah jatuh tempo, dan rahin tidak melunasi kewajiban-kewajibannya, serta tidak memperpanjang akad, maka rahin dengan ini menyetujui dan atau memberikan kuasa penuh yang tidak dapat ditarik kembali untuk melakukan penjualan atau lelang marhun yang berada dalam kekuasaan murtahin guna pelunasan pembayaran kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam hal hasil penjualan atau lelang marhun tidak mencukupi untuk melunasi kewajiban-kewajiban rahin, maka rahin wajib membayar sisa kewajibannya kepada murtahin sejumlah kekurangannya. e. Bilamana terdapat kelebihan hasil penjualan marhun, maka rahin berhak menerima kelebihan tersebut, dan jika dalam jangka satu tahun sejak dilaksanakan penjualan marhun, rahin tidak mengambil kelebihan tersebut, maka dengan ini rahin menyetujui untuk menyalurkan kelebihan tersebut sebagai shodaqah yang pelaksanaannya diserahkan kepada murtahin. f. Apabila marhun tersebut tidak laku dijual, maka rahin menyetujui pembelian marhun tersebut oleh murtahin minimal sebesar harga taksiran marhun. g. Segala sengketa yang timbul yang ada hubungannya dengan akad ini yang tidak dapat diselesaikan secara damai, maka akan diselesaikan melaui Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) adalah bersifat final dan mengikat.

83 5. Membubuhkan tandatangan menunjukkan persetujuan akad rahn. Selain akad rahn, terdapat juga akad ijarah yang tujuannya adalah untuk memperjanjikan biaya-biaya yang berkaitan dengan rahn. Adapun perjanjian ijarah isinya adalah sebagai berikut : 1. Berisi judul akad yaitu akad ijarah 2. Hari dan tanggal serta tahun akad 3. Keterangan tentang kedudukan para pihak : a. Kantor Cabang Pegadaian Syariah sebagaimana tersebut dalam surat bukti rahn ini yang dalam hal ini diwakili oleh kuasa pemutus marhun bih dan oleh karenanya bertindak untuk dan atas nama serta kepentingan CPS untuk selanjutnya disebut sebagai Mu ajjir. b. Musta jir adalah orang yang nama dan alamatnya tercantum dalam surat bukti rahn ini. 4. Pengakuan adanya akad rahn sebelumnya yang isinya : a. Bahwa musta jir sebelumnya telah mengadakan perjanjian dengan mu ajjir sebagaimana tercantum dalam akad rahn yang juga tercantum di dalam surat bukti rahn ini, dimana musta jir bertindak sebagai rahin dan mu ajjir bertindak sebagai murtahin dan oleh karenanya akad rahn tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan akad ini.

84 b. Bahwa atas marhun berdasarkan akad diatas musta jir setuju dikenakan ijarah. 5. Kesepakatan tentang akad ijarah, yang isinya adalah : a. Para pihak sepakat dengan tarif ijarah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk jangka waktu per-sepuluh hari kalender dengan ketentuan penggunaan ma jur selama satu hari tetap dikenakan ijarah sebesar ijarah per-sepuluh hari. b. Jumlah keseluruhan ijarah tersebut wajib di bayar sekaligus oleh musta jir kepada mu ajjir diakhir jangka waktu akad rahn atau bersamaan dengan dilunasinya pinjaman. c. Apabila dalam penyimpanan marhun terjadi hal-hal di luar kemampuan musta jir sehingga menyebabkan marhun hilang/rusak tak dapat dipakai maka akan diberikan ganti rugi sesuai ketentuan yang berlaku di Pegadaian Syariah. Atas pembayaran ganti rugi ini musta jir setuju dikenakan potongan sebesar marhun bih + ijarah sampai dengan tanggal ganti rugi, sedangkan perhitungan ijarah dihitung sampai dengan tanggal penebusan / ganti rugi. Simulasi perhitungan ar-rahn berdasarkan akad ijaroh : Biaya yang di perhitungkan dalam membayar upah meliputi sewa pemakaian tempat, pemeliharaan marhun dan asuransi marhun. Maka perhitungan yang di lakukan adalah :

85 Ijarah = Taksiran barang x Tarif (Rp.) x Jangka waktu 10.000,- Hari Misalnya : nasabah memiliki 1 keping Logam Mulia seberat 20 gram dengan kadar 24 karat, asumsi harta per gram emas 24 karat = Rp. 500.000,- dengan jangka waktu pinjaman 10 hari. Maka cara menghitungnya adalah sebagai berikut : Taksiran = 20 gram x Rp. 500.000,- = Rp. 10.000.000,- Pinjaman = 92% x Rp. 10.000.000,- = Rp 9.200.000,- Ijaroh/10 hari = Rp. 10.000.000,- x Rp. 71,- x 10 = Rp. 71.000,- Rp. 10.000,- 10 Biaya Administrasi = Rp. 40.000,- Jika nasabah menggunakan marhun bih selama 28 hari, ijarah ditetapkan dengan menghitung per 10 hari x 3 maka besar ijarah adalah Rp. 213.000,- (Rp. 71.000,- x 3) ijarah di bayar pada saat nasabah melunasi atau memperpanjang dengan akad baru. Tahap selanjutnya adalah tahap realisasi akad yaitu akad yang telah di sepakati bersama dan telah di tandatangani oleh kedua belah pihak dilanjutkan dengan realisasi penyerahan pinjaman kepada rahin. Dan pada tahap akhir gadai, yang di lakukan adalah sebelum berakhirnya gadai, pihak murtahin (Pegadaian Syariah) memberikan informasi

86 kepada rahin bahwa pinjaman akan berakhir. Setelah di sampaikan maka rahin akan membayar sejumlah uang yang di pinjam dan biaya-biaya penyimpanan selama gadai. Dalam hal ini proses pelunasan bisa dilakukan kapan saja sebelum jangka waktunya, baik dengan cara sekaligus ataupun di angsur. Namun apabila pihak rahin tidak mampu membayar sebesar uang pinjamannya di tambah biaya sewa tersebut, maka barang di lelang oleh Pegadaian Syariah untuk membayar, sedangkan bila ada sisanya uang akan di kembalikan kepada rahin, tapi bila uangnya kurang untuk menutupi pinjaman dan biayanya maka pihak rahin di minta untuk membayar kekurangannya. Dalam penerapannya di Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung ketika nasabah menggadaikan barang maka nasabah harus menandatangani Surat Bukti Rahn (SBR) yang didalamnya terdapat dua akad yaitu akad ijarah dan akad rahn yang harus diketahui oleh kedua belah pihak yakni nasabah (rahin) dan pihak Pegadaian Syariah (murtahin).

87 B. Implementasi Akad Rahn dan Ijarah Pada Transaksi Gadai Dalam Perspektif Ekonomi Islam pada Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung Melihat secara mendalam terhadap pelaksanaan gadai Syariah, maka dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaannya tersebut menggunakan dua akad (rahn dan ijarah) sekaligus. Pada saat kita melakukan transaksi rahn di lembaga Pegadaian Syariah, maka secara otomatis dalam satu transaksi rahn tersebut terdapat dua akad yaitu akad rahn sebagai jaminan atas pembiayaan dan ijarah sebagai sewa tempat bagi barang jaminan. Sebagaimana telah diketahui bahwa di dalam Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung tidak menerapkan sistem bunga akumulatif seperti di Pegadaian Konvensional. Maka Pegadaian Syariah menggadakan terobosan pembentukan laba melalui mekanisme akad ijarah. Berdasarkan data yang sudah disajikan dan dipaparkan pada bab sebelumnya yang diperoleh dari penelitian dengan melakukan pengamatan dan wawancara langsung dengan karyawan CPS Raden Intan Bandar Lampung terhadap penerapan akad rahn dan akad ijarah dilihat dari perspektif ekonomi islam. Dalam Islam akad akan dinyatakan sah manakala memenuhi syaratsyarat dan rukun-rukun yang diperlukan dalam pembentukan akad rahn (gadai). Adapun didalam penerapan akad rahn di Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan telah memenuhi syarat dan rukun-rukun yang berlaku yaitu rahin

88 (yang menggadaikan), murtahin (penerima gadai), marhun (barang yang digadaikan), marhun bih (utang/pinjaman) dan sighat (ijab dan qobul). 1. Rahin Seorang rahin harus mencapai umur tamyiz yang menyadari dan mengetahui dengan apa yang dilakukannya (berakal sehat). Di Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan sendiri ketika akan melakukan akad maka rahin harus memberikan fotocopy KTP (kartu tanda penduduk) atau SIM (surat izin mengemudi). Dalam hal ini rahin dianggap cakap melakukan tindakan-tindakan hukum serta mengetahui akibat yang dapat ditimbulkan dari tindakannya tersebut dan seorang rahin juga dianggap berkemampuan dan layak untuk melakukan transaksi. 2. Murtahin Murtahin dalam hal ini adalah pihak Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung dipercaya rahin untuk mendapatkan modal atau utang dengan jaminan barang. 3. Marhun Berdasarkan fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI No.25/ DSN-MUI/III/2002, tanggal 22 Juni 2002, bahwa semua barang dapat diterima sebagai agunan pinjaman. 4. Marhun bih Setelah perjanjian disepakati, maka marhun bih diserahkan kepada Rahin, marhun bih dalam perjanjian di Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan

89 Bandar Lampung berbentuk uang sehingga memungkinkan pemanfaatanya. 5. Sighat ( ijab dan qobul) Kesepakatan yang dicapai oleh rahin (nasabah) dan murtahin (pihak pegadaian) dalam melakukan transaksi dituangkan dalam Surat Bukti Rahn (SBR), yang didalamnya memuat identitas kedua belah pihak, serta ketentuan-ketentuan yang harus disepakati oleh kedua belah pihak. Bentuk pengikatan diri atau kesepakatan tersebut tertuang dalam sebuah surat yaitu Surat Bukti Rahn (SBR) yang didalamnya memuat identitas kedua belah pihak, yaitu nasabah dan Pegadaian Syariah serta ketentuan-ketentuan (perjanjian) yang harus dipenuhi kedua belah pihak. Aspek penting dari keberlangsungan tersebut adalah adanya kerelaan atau kesepakatan kedua belah pihak untuk mengikatkan diri kedalam akad rahn dan kesepakatan tersebut membawa konsekuensi terciptanya akad lain yaitu akad ijarah. Dalam penetapan biaya jasa simpanan (ijarah) pada transaksi rahn dalam praktik nya di Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung secara garis besar sudah sesuai dengan Fatwa MUI. Biaya ijarah yang dikenakan pada rahin dihitung setiap 10 hari. Rahin akan diberi surat yang berisikan besarnya tarif ijarah yang harus dibayar sesuai tanggal pelunasan yang dilakukan oleh rahin. Namun demikian, ada beberapa ketidaksesuaian antara Fatwa MUI dengan praktik yang terjadi di lapangan. Pertama, Fatwa

90 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No:25/DSN-MUI/ III/2002 tentang rahn ayat 4 menyebutkan bahwa besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. Namun yang terjadi pada Pegadaian Syariah Cabang Radin Intan Bandar Lampung adalah penggolongan tarif ijarah yang didasarkan pada besarnya pinjaman (marhun bih). Ini terlihat dari brosur perhitungan tarif ijarah yang didasarkan pada besarnya marhun bih. Kedua, dalam penentuan besarnya maksimal pinjaman 92% dan tarif ijarah yang ditetapkan oleh Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung adalah Rp. 45, Rp. 71, Rp. 71, Rp. 62 serta penetapan angka Rp. 10.000,- yang digunakan dalam menghitung ijarah. Pada praktiknya nasabah tidak mengetahui bagaimana penetapan maksimal pinjaman dan tarif ijarah tersebut di tetapkan oleh Pegadaian Syariah, kebanyakan dari nasabah menyetujui langsung dan tidak menanyakan dari mana ketetapan itu dibuat. Dari sini dapat dilihat bahwa penetapan tersebut tidak sesuai dengan syariah yang mengharuskan adanya kejelasan dalam maksud akad. Keabsahan akad dalam mekanismenya di Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan belum sesuai dengan etika dan nilai-nilai keadilan. Dalam mekanismenya Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan belum sepenuhnya memenuhi unsur-unsur seperti : 1. Transparansi akad. 2. Transparansi obyek transaksi dan kesesuaian dengan syariat. 3. Transparansi dalam pengetahuan sistem dan Mekanisme penentuan Harga. 4. Keadilan dan Keseimbangan

91 Ketiga, biaya administrasi pada praktiknya di Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung ditetapkan berdasarkan marhun bih (pinjaman). Biaya administrasi dibayarkan saat rahin melakukan transaksi baik permintaan pinjaman, pencicilan, perpanjangan gadai, gadai ulang, ataupun permintaan tambahan pinjaman. Sebenarnya sah-sah saja jika suatu perusahaan menetapkan biaya administrasi kepada nasabah. Biaya administrasi juga bebas ditentukan jumlahnya oleh perusahaan. Namun Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No:25/DSN-MUI/ III/2002 tentang rahn ayat 4 menyebutkan bahwa besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. Hal ini menekankan bahwa Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung masih menjadikan besarnya pinjaman sebagai acuan penentuan biaya administrasi walaupun Fatwa DSN-MUI tidak membenarkan hal ini. Seharusnya pihak Pegadaian Syariah memperhatikan peraturan ini dengan seksama sehingga tidak menetapkan besarnya biaya administrasi berdasarkan besarnya jumlah pinjaman, melainkan berdasarkan nilai taksiran yang dijadikan barang gadai/jaminan. Pada pelaksanaannya meskipun banyak akad yang berhubungan dengan pegadaian, namun baru dua akad (akad rahn dan akad ijarah) yang dikeluarkan dalam bentuk Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (Fatwa DSN MUI) untuk menjadi dasar operasionalisasi bagi Pegadaian Syariah. Dalam fatwa tersebut dikemukakan secara implisit dan visible perihal kombinasi dua akad (Rahn dan Ijarah) tersebut, fatwa yang mengakomudir

92 ketentuan legalitas penggunaan dua akad rahn dan ijarah tersebut adalah fatwa DSN Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn dan fatwa DSN Nomor: 26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas. Fatwa DSN Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn mengemukakan secara implisit perihal kombinasi dua akad (Rahn dan Ijarah) tersebut dalam ketentuan umum nomor 3 dan 4 sebagai berikut: 3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin. 4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. Sementara dalam fatwa DSN Nomor: 26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas dikemukakan secara eksplisit perihal kombinasi dua akad (Rahn dan Ijarah) tersebut dalam ketetapannya terutama yang nomor 2, 3 dan 4. Adapaun tiga ketetapan dimaksud adalah sebagaia berikut: 2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin). 3. Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. 4. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad Ijarah.

93 Selain menjadi pijakan legalitas akan kombinasi akad rahn dan ijarah dalam gadai Syariah, kedua fatwa di atas juga merupakan landasan dalam menentukan besaran biaya penyimpanan marhun atau tarif ijarah. Walaupun dalam kedua fatwa diatas tidak diformulasikan secara pasti formula penentuan tarif ijarah, akan tetapi ketentuannya yang berbunyi besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman setidaknya memberikan ruangan yang sangat sempit bagi penarikan tarif ijarah secara liar.