BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. disusun selaras dengan irama musik, serta mempunyai maksud tertentu. Tari pada

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai seperangkat norma, nilai, kepercayaan, adat-istiadat, aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan etnis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan dan merupakan tiang yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. dalam membedakan suku-suku yang ada di Sumatera Utara. Yaitu ende dan ende-ende atau endeng-endeng. Ende adalah nyanyian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Pada etnik Simalungun memiliki struktur sosial berbentuk pentangon sehingga

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di Pulau Nias. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nila yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara dengan penduduk yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Malinowyki mengemukakan bahwa cultural determinan berarti segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan budaya. Seluruh suku yang tersebar mulai dari sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai perubahan telah terjadi yang diiringi dengan zaman yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak ditemukan berbagai jenis peralatan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang dianggap benar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman kebudayaan Indonesia merupan kebanggaan yang pant as

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang

BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Selain etnis asli yang ada di Sumatera Utara yaitu Melayu, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. yang ada, sehingga dapat menjadi sebuah daya tarik bagi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Selo Soemardjan dalam Simanjuntak (2000:107) Menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan suatu cara yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. terbesar terjadi karena pecahan terhadap tahap pertama disebut unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya musik sangat berkaitan penting dengan keberadaan tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan adat Melayu dan yang memenuhi syarat-syarat setempat tertentu.

BERBAGAI RAGAM KEBUDAYAAN NIAS

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Timur. Secara internasional suku Maluku lebih di kenal dengan nama Molucan atau

BAB I PENDAHULUAN. upacara adat disebut kerja, yang pertama disebut Kerja Baik yaitu upacara adat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

Oleh : Jumbuh Karo K ( ) Tommy Gustiansyah P ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak

BAB I PENDAHULUAN. Barat Daya. Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis yang terdiri dari suku Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Dairi, Sibolga, Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang berbeda-beda dan memiliki ciri khas. Ciri khas tersebut menunjukkan identitas atau karakter dari setiap sub etnis itu sendiri. Dari sekian banyaknya suku yang terdapat pada masyarakat penduduk Sumatera Utara, saya tertarik meneliti adat suku Nias dimana Nias mempunyai berbagai seni tari contohnya Tari Moyo (Tari Elang), Tari Maena Fangowai, Tari Perang dan lain sebagainya dengan bentuk dan nilai-nilai yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Nias (bahasa Nias Tano Niha) adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera, Indonesia. Pulau ini dihuni oleh mayoritas suku Nias (Ono Niha) yang memiliki budaya megalitik 1. Di Pulau Nias terkenal dengan lompat batunya karena memang Nias merupakan daearah yang masih kental dengan budaya megalitik nenek moyangnya yang masih banyak peninggalan-peninggalan atau ornamen-ornamen batu yang masih bisa dijumpai di Pulau Nias itu sendiri. Pulau Nias merupakan wilayah yang terbagi atas Nias Selatan, Nias Utara, dan Nias Tengah. 1 id.m.wikipedia.org/wiki/pulau_nias diakses tanggal 3 Mei 2016 1

2 Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dengan adat kebudayaan yang memiliki hukum-hukum adat yang masih berlaku. Seperti dikutip dari sumber m.wikipedia.org/wiki/suku_nias yang menyatakan bahwa: Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di Pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka sebagai Ono Niha (ono artinya anak atau keturunan dan niha artinya manusia) dan pulau Nias sebagai Tanő Niha (tanő artinya tanah). Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi 2. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga dapat mengatur diri mereka, dan menganggap kumpulan mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan secara jelas 3. Masyarakat Nias dikenal dengan masyarakat yang hidup dalam adat istiadat yang memiliki banyak kebudayaan dengan suatu kesatuan sosial. Seiring dengan zaman yang terus berkembang masyarakat Nias banyak yang telah merantau ke kota Medan dengan alasan yang kebanyakan karena faktor ekonomi. Banyaknya lapangan pekerjaan yang memadai di kota Medan membuat masyarakat Nias memilih untuk berurbanisasi ke kota Medan. Setelah mereka berurbanisasi, masyarakat Nias juga banyak yang hidup berkelompok dengan masyarakat Nias yang lainnya yang memiliki tempat tinggal atau lingkungan yang berdekatan atau masih satu lingkungan. Dalam pergaulan masyarakat Nias itu sendiri mereka banyak membuat suatu komunitas atau organisasi sosial agar tali persaudaraan tetap terjalin. Dalam hlm.55 2 id.m.wikipedia.org/wiki/suku_nias diakses tangga 3 Mei 2016 3 Dermawan Sembiring dkk, Ilmu Sosial Budaya Dasar ( Medan: Unimed Press,2015)

3 kegiatan di lembaga atau komunitas tersebut termasuklah di dalamnya kegiatankegiatan kesenian. Salah satu lembaga kesenian Nias yang ada di kota Medan ini ialah sanggar Furai yang terdapat di Kampung Nias pada Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan. Kegiatan kesenian yang ada di sanggar ini adalah seni tari. Seni tari ini bertujuan untuk melestarikan dan mempertahankan budaya yang mereka miliki kemudian memperkenalkannya kepada masyarakat kota Medan ini. Tarian yang ada di dalam masyarakat Nias contohnya Tari Moyo (Tari Elang), Tari Maena Fangowai, Tari Perang dan masih banyak lagi. Salah satu tarian yang akan diteliti yaitu tentang Tari Moyo (Tari Elang). Berdasarkan wawancara dengan Bapak Famaigi selaku narasumber (pada tanggal 14 Juli 2016), beliau mengatakan bahwa Tari Moyo (Tari Elang) merupakan salah satu tari yang dimiliki oleh masyarakat Nias. Pada zaman dahulu, Tari Moyo (Tari Elang) ini ditampilkan di dalam acara-acara kerajaan sebagai tari hiburan. Salah satu fungsi tari yang universal adalah yang memberikan hiburan dan rekreasi 4. Tari ini dulunya ditarikan oleh dayangdayang kerajaan. Tarian ini ditampilkan pada saat sang raja atau ratu hendak pergi keluar kerajaan. Berdasarkan wawancara dengan narasumber yaitu Bapak Famaigi Z. Manao (pada tanggal 14 Juli 2016), beliau menyatakan bahwa dahulu, Tari Moyo (Tari Elang) ini ditampilkan dengan gerak-gerak yang sederhana dan dengan Press) hlm.86. 4 Anya Peterson Royce, Antrhropology of Dance. Terj. F.X Widaryanto (Bandung: STSI

4 musik yang sederhana pula tetapi seiring perkembangan zaman, Tari Moyo (Tari Elang) ini juga mengalami perkembangan dari segi musik serta bentuk tarinya. Keberadaan tarian ini di kota Medan sampai sekarang masih sering ditampilkan, baik di dalam acara pernikahan masyarakat Nias maupun acara pemerintahan dan acara budaya yang mengikutsertakan adat Nias di dalamnya. Walaupun terdapat banyak perubahan serta perbedaan antara bentuk Tari Moyo (Tari Elang) yang terdapat di Nias dengan yang ada di Medan, tetapi tidak merubah nilai-nilai pendidikan sosial didalam Tari Moyo (Tari Elang) tersebut. Hanya saja di kota Medan ini sendiri, Tari Moyo (Tari Elang) ini lebih bersifat komersial atau lebih bersifat sebagai tari pertunjukan karena lebih sering dipertunjukkan di setiap acara pernikahan, maupun acara budaya seperti yang diadakan di Pekan Raya Sumatera Utara pada setiap tahun misalnya, ataupun acara pemerintahan yang lainnya. Tari Moyo (Tari Elang) ini juga dulunya ditarikan sebagai tari upacara penyambutan saat panglima telah kembali dari berperang. Tarian ini melambangkan sukacita seorang ibu atas kepulangan anaknya dari peperangan. Serta para penari lain menunjukkan rasa bahagianya juga dengan menari bersama-sama menunjukkan rasa kebersamaan, dan sukacita bahwa kerabatnya telah pulang dari peperangan dalam keadaan sehat. Tari Moyo (Tari Elang) ini merupakan tarian yang sangat istimewa, oleh karena itu tarian ini dulunya ditampilkan dalam acara-acara tertentu, seperti penyambutan saat para panglima kembali dari berperang, dalam acara-acara kerajaan untuk menghibur para raja

5 dan ratu serta menyambut para tamu-tamu raja lalu ditampilkan lah tarian ini. (wawancara dengan narasumber Bapak Famaigi, tanggal 20 april 2016). Berdasarkan wawancara dengan Bapak Famaigi selaku narasumber (pada tanggal 14 Juli 2016), ia mengatakan bahwa tarian ini merupakan tarian yang dibawakan oleh gadis-gadis Nias dengan gerakan menyerupai burung elang. Filosofi burung elang sendiri dilihat dari cara burung elang terbang, yang melambangkan kelembutan dan kehidupan burung elang yang melambangkan ketegasan, dengan bekerja sama dalam mencari mangsa serta melindungi keluarganya dari serangan musuh untuk mempertahankan hidupnya. Pesan dari tarian ini adalah ajaran tentang gadis Nias yang memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya dan sesamanya. Seperti dikutip dari sumber: Tari Moyo (Tari Elang) ini melambangkan keuletan dan semangat secara bersama dalam mewujudkan sesuatu yang dicita-citakan lewat gerak mengepakkan sayap yang terus menerus secara lembut dan lemah gemulai tanpa mengenal lelah, menaklukkan sesuatu yang bermakna bagi sesamanya dan dirinya sendiri 5. Tari Moyo (Tari Elang) merupakan tarian yang dibawakan oleh gadisgadis Nias, yang disajikan dalam bentuk gerakan tangan para penari yang terus mengepakkan sayap. Gerakan tersebut terlihat seperti burung elang yang terbang tanpa mengenal lelah dan mencerminkan keuletan dan kerja sama, serta gerakan menghentakkan kaki dan dengan kaki yang berjinjit. Gerakan dasar dalam tarian ini yaitu, gerakan layaknya elang mulai mau terbang atau dalam bahasa nias disebut iborogo humombo, serta gerakan layaknya elang terbang diangkasa atau dalam bahasa nias disebut humombo ba 5 https://lestarigowasa.wordpress.com/2014/1127/tari-moyo/ diakses tanggal 3 Mei 2016

6 dalu mbanua. Tarian ini juga diiringi oleh syair lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi Tari Moyo (Tari Elang) tersebut. Syairnya berisi nilai-nilai yang mendukung dari setiap gerakan yang dilakukan oleh para penari. Tari Moyo (Tari Elang) biasanya ini juga menggunakan selendang yang dikaitkan di bahu penari yang terlihat seperti sayap elang dalam setiap penampilan. Tari Moyo (Tari Elang) ini juga memiliki arti kebersamaan, yang tercermin dari bentuk penyajian tarinya. Tarian ini memperlihatkan keserempakan gerak antara penari yang satu dengan penari yang lainnya. Nilainilai sosial juga banyak terkandung dari setiap gerakan Tari Moyo (Tari Elang) ini, yang terlihat dari pola maupun gerak-gerak interaksi antar penari. Maka berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung di dalam tari ini untuk ditulis dalam bentuk skripsi. Maka dari itu penulis ingin mengangkat tarian tersebut menjadi topik penelitian dengan judul Nilai Pendidikan Sosial Dalam Tari Moyo (Tari Elang) Pada Masyarakat Nias di Kota Medan. B. Identifikasi Masalah Dalam latar belakang penelitian ini, maka penulis perlu membuat identifikasi masalah yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang luas terhadap apa yang akan diteliti serta agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah dan cakupan masalah yang diketahui tidak terlalu luas. Identifikasi masalah tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2008:385) yang mengatakan bahwa : Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik, maka penelitian perlu melakukan penelitian studi pendahuluan ke objek yang akan diteliti,

7 melakukan observasi dan wawancara keberbagai sumber sehingga semua permasalahan dapat teridentifikasi. Berdasarkan uraian yang tercatat dalam latar belakang maka menimbulkan beberapa masalah yang perlu diidentifikasi. Maka peneliti mencakup identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah Tari Moyo (Tari Elang)? 2. Bagaimana keberadaan Tari Moyo (Tari Elang) pada masyarakat Nias di Kota Medan? 3. Bagaimana bentuk Tari Moyo (Tari Elang) pada masyarakat Nias di Kota Medan? 4. Bagaimana nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam Tari Moyo (Tari Elang) pada masyarakat Nias di Kota Medan? C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya cakupan masalah yang diidentifikasi serta keterbatasan waktu, dana dan kemampuan teoritis maka peneliti perlu mengadakan pembatasan masalah untuk memudahkan penyelesaian masalah yang dihadapi dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar dalam proses penelitian, pembahasan tidak meluas sehingga penelitian yang dilakukan lebih terarah. Sesuai dengan pendapat Surakhmad (2000:31) yang menyatakan bahwa: sebuah masalah yang dirumuskan terlalu umum dan luas, tidak pernah dipakai sebagai masalah penyelidikan, oleh karena itu tidak jelas batas-batas masalahnya.

8 Oleh sebab itu pembatasan masalah yang dilakukan terhadap penelitian ini adalah: 1. Bagaimana bentuk Tari Moyo (Tari Elang) pada masyarakat Nias di Kota Medan? 2. Bagaimana nilai pendidikan sosial pada Tari Moyo (Tari Elang) dalam masyarakat Nias di Kota Medan? D. Rumusan Masalah Rumusan masalah adalah usaha yang dilakukan peneliti untuk menyatukan secara tersurat, pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan keluar. Dalam menentukan msalah peneliti berpedoman pada pendapat Maryaeni (2005:14) yang menjelaskan bahwa: Rumusan masalah merupakan jabatan detail fokus penelitian yang akan digarap, rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya dalam menentukan jabatan pertanyaan sabagaimana terpapar dalam rumusan masalah. Menurut pendapat diatas, sekaligus berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Nilai Pendidikan Sosial Dalam Tari Moyo (Tari Elang) Pada Masyarakat Nias di Kota Medan. E. Tujuan Penelitian Setiap penelitian selalu berorientasi pada tujuan. Tanpa tujuan yang jelas maka arah kegiatan yang dilakukan tidak terfokus karena tidak tahu apa yang

9 ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Tujuan penelitian tidak lain untuk mengetengahkan indikator indikator apa yang hendak ditemukan dalam penelitian terutama yang berkaitan dengan variabel variabel penelitian. Untuk melihat berhasil tidaknya suatu kegiatan, dapat dilihat melalui tercapainya tujuan yang diterapkan. Tujuan penelitian ini mengungkapkan sasaran hasil yang ingin dicapai dalam penelitian, ini sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan. Menurut pendapat Syahrum (2011:95) menyatakan bahwa: Tujuan penelitian adalah sesuatu yang ingin diketahui dan didapatkan dari pertanyaan penelitian yang harus dijawab oleh peneliti itu sendiri. Maka tujuan yang penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk Tari Moyo (Tari Elang) pada masyarakat Nias di Kota Medan. 2. Untuk mendeskripsikan bagaimana nilai pendidikan sosial pada Tari Moyo (Tari Elang) dalam masyarakat Nias di Kota Medan. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan dan juga merupakan sumber informasi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya. Manfaat penelitian juga dapat bersifat keilmuan, dan dapat menjadi referensi untuk membuat suatu galian yang lebih luas cakupannya. Setiap penelitian pastilah hasilnya akan bermanfaat, segala sesuatu yang dapat digunakan baik oleh peneliti itu sendiri maupun lembaga instansi tertentu ataupun orang lain. Sebuah penelitian diharapkan dapat menanamkan kesadaran

10 dan membangkitkan keinginan pada generasi muda. Hal ini sejalan dengan pendapat Hariwijaya (2008:50) yang menyatakan bahwa: Manfaat penelitian adalah apa yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut, manfaat penelitian mencakup dua hal yaitu: kegunaan dalam pengembangan ilmu serta manfaat dibidang praktik. Maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Tari Moyo (Tari Elang). 2. Sebagai sumber informasi tertulis bagi setiap pembaca mengenai nilai-nilai pendidikan pada Tari Moyo (Tari Elang) pada masyarakat Nias di Kota Medan. 3. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat atau lembaga yang mengemban visi dan misi kebudayaan khususnya bidang pendidikan tari. 4. Sebagai motivasi kepada masyarakat khususnya generasi muda masyarakat Nias sebagai satu-satunya pewaris budaya bangsa untuk terus melestarikan kesenian Nias khususnya pada Tari Moyo (Tari Elang). 5. Sebagai sarana untuk membangkitkan kembali pengetahuan masyarakat mengenai tari dalam kebudayaan yang ada pada masyarakat Nias.