BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2014, Hlm Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan, AR-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 5.

BAB VI PENUTUP. Optimalisasi Pendidikan Holistik di Sekolah Dasar untuk Mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Karya, Bandung, 2008, hlm Kamus Besar Bahasa Indonesia lengkap, CV Mini Jaya Abadi, Jakarta, 2000, hlm. 58.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik. mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan efesien, peranan guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 (Burhanuddin, 2007: 82), mengungkapkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2013, hlm Barnawi & M. Arifin, Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dilahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan membangun dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan pribadi dan strata sosial anak. Dengan demikian, anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar serta dapat memenuhi tuntutan maupun kebutuhanya yang semakin kompleks dan beraneka ragam. Menurut Redja Mudyahardjo yang dikutip oleh binti maunah mengemukakan secara luas, pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi individu. Sedangkan secara sempit, pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.1 Pendidikan merupakan hal yang sangat efektif untuk mengembangkan kemampuan, baik ranah kognitif, afektif, psikomotorik. Dalam ranah kognitif mengungkapkan mental yang berawal dari tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, yang terakhir evaluasi. Sedangkan ranah afektif bersangkutan dengan sikap dan prilaku dengan tahap menerima, menanggapi, menilai, mengorganisasi, karakterisasi. Dan yang terakhir ranah psikomotorik adalah kawasan yang berorientasi pada keterampilan motorik yang berkaitan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara saraf dan otot.2 1 2 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, Yogyakarta, SUKE Offset, 2009, hlm. 1 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka Setia, 2011, hlm. 151 1

2 Selain itu pendidikan dapat meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Hal ini didukung dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab II pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3 Namun dalam kenyataannya bangsa indonesia dalam mengembangkan tujuan pendidikan melalui tiga aspek yaitu aspek intelektual, emosional, dan spiritual belum bisa dikembangkan secara seimbang antara satu dengan yang lainnya. Dalam aspek intelektual, pendidikan dapat dikatakan telah berhasil meski hal itu belum sempurna. seperti meningkatnya angka kelulusan siswa pada Ujian Akhir Nasional yang signifikan saat ini menggambarkan bahwa pendidikan telah berhasil dalam meningkatkan kecerdasan intelektual anak bangsa. Namun, pendidikan di indonesia belum mampu mensejajarkan antara kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Hal ini didukung dengan fakta yang mengatakan bahwa, Ketika sistem pendidikan nasional dicita-citakan untuk melahirkan manusia-manusia yang bertaqwa kepada tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia, ternyata yang kita saksikan saat ini malah sebaliknya. Semakin maraknya perilaku-perilaku manusia yang menyimpang seperti banyaknya remaja yang melakukan hubungan seks diluar nikah, banyaknya siswi hamil sebelum menikah, tawuran antar sekolah (perkelahian antar remaja) yang menimbulkan banyak korban, bahkan bunuh diri yang disebabkan masalah sepele. Sampai saat ini pendidikan nasional kita belum berhasil menyentuh aspek emosional dan spiritual anak bangsa. Sudah saatnya siswa-siswi mengakhirinya dengan menumbuhkan prinsip-prinsip ajaran ilahi, akal 3 Binti Maunah, Op. Cit, hlm. 71

3 pikiran, dan moral yang dijunjung tinggi agar siswa dapat meneruskan eksistensinya sebagai generasi berkualitas penerus bangsa. Berdasarkan permasalahan yang dijabarkan dari realita di atas dapat diurai berbagai persoalan yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pendidikan Nasional, diantaranya (1) sistem evaluasi yang kurang tepat. Disatu sisi, Ujian Akhir Nasional sebagai sistem evaluasi pendidikan yang memang sudah cukup baik namun sistem evaluasi yang seperti ini tidak paralel dengan tujuan pendidikan. Didalam tujuan pendidikan nasional bertujuan agar terciptanya manusia yang bertaqwa dan berakhlakul karimah, namun bidang studi agama tidak ada dalam Ujian Nasional sehingga sebagai konsekuensinya para siswa kurang memperhatikan pendidikan agama; (2) profesional guru dalam pembelajaran, dimana dalam pembelajaran masih banyaknya guru yang kurang profesional sehingga guru tidak menguasai bagaimana cara mendidik yang baik. Hal ini dikarenakan guru kurang menguasai kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial; (3) orientasi yang materiallistik, dimana hal itu dapat dilihat dari berbagai indikator. Sebagai pendidik pertama dan utama, kebanyakan orang tua saat ini akan sangat bangga jika anak-anaknya cerdas dalam pelajaran umum, dan sebaliknya tidak akan peduli meski pengetahuan agamanya sangat rendah; persoalan ini harus segera dituntaskan untuk kebaikan bangsa ini kedepannya. Oleh karena itu, dibutuhkan pendidikan alternatif yang kreatif agar mampu melaksanakan pendidikan sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional. Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai suatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak maupun rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju kearah cita-cita yang tertentu, maka

4 yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan ialah memilih arah atau tujuan yang ingin dicapai.4 Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang efektif, maka pengajaran adalah hal yang harus dilaksanakan. Karena itu pengajaran sering diidentikan dengan pendidikan, meskipun sebenarnya istilah ini tidak sama; pengajaran ialah proses membuat jadi terpelajar (tahu, mengerti, menguasai, ahli, belum tentu menghayati dan meyakini). Sedangkan pendidikan adalah membuat orang menjadi terdidik (memperbaiki, menjadi adat kebiasaan).5 Dalam menciptakan tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, maka guru dapat melakukan berbagai hal dalam proses belajar mengajar, salah satunya adalah dengan cara menggunakan berbagai metode yang tepat. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan. Metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan, bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih signifikan dibanding materi sendiri. Sebuah adagium mengatakan bahwa Al-Thariqat ahamm Min almaddah (metode jauh lebih penting dibanding materi) adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi peserta didik, walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang cukup baik karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri kurang dapat dicerna oleh peserta didik. Oleh karena itu, penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Metode yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak 4 5 Ibid., hlm. 71 Ibid., hlm. 30

5 efisien.6 Dengan waktu yang tidak efisien akan berdampak buruk pada saat proses evaluasi. Dalam proses belajar mengajar guru dihadapkan untuk memilih metode-metode yang telah ditemukan oleh para ahli sebelum ia menyampaikan materi pelajaran untuk mencapai tujuan intruksional. Kadangkadang didalam proses pengajaran, guru cenderung kaku dalam mempergunakan satu atau dua metode di dalam kelas yang pernah ia baca. Hal ini dikarenakan guru kurang paham dengan metode yang ia terapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam merencanakan metode pembelajaran yang pas kepada peserta didik, dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan khusus untuk menerapkannya. Dengan pemilihan metode yang tepat akan menjadikan pembelajaran yang efektif dan efisien. Salah satu cara untuk memilih metode yang tepat dapat dilihat dari tingkat usia serta jenjang pendidikan peserta didik. Penggunaan metode pembelajaran di madrasah ibtidaiyah dengan di madrasah tsnawiyah sangatlah berbeda. Tingkat pengarahan serta bimbingan dalam pembelajaran lebih komplek pada jenjang pendidikan di madrasah tsanawiyah. Ini terjadi karena usia peserta didik madrasah tsanawiyah adalah rentang usia remaja. Diusia remaja inilah anak lebih kritis terhadap apa yang diinformasikan kepadanya. Inilah yang harus diperhatikan lebih oleh pendidik dalam menjalankan kegiatan pembelajaran seusia mereka. Sehingga dibutuhkan metode-metode yang variatif dalam pembelajaran yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif siswa. Ada banyak metode-metode yang dapat digunakan untuk mempengaruhi kemampuan kognitif siswa, dua diantaranya adalah metode tugas dan metode ekspositori. Metode tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Yang bertujuan untuk memperdalam pengertian siswa terhadap 6 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Pers, Jakarta,, 2002, hlm. 40

6 pelajaran yang telah diterima, melatih siswa kearah belajar mandiri, siswa dapat membagi waktu secara teratur, agar siswa dapat memanfaatkan waktu terluang untuk menyelesaikan tugas, memperkaya pengalaman-pengalaman disekolah melalui kegiatan diluar kelas.7 Sedangkan metode ekspositori adalah sama seperti ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi pada metode ekspositori, dominasi guru banyak berkurang, karena ia tidak terus menerus berbicara. Ia berbicara pada awal pelajaran, saat menerangkan materi, serta pada waktuwaktu yang diperlukan saja. Tujuan utama pembelajaran metode ini adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. 8 Metode tugas dan metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang variatif sehingga metode ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Metode tugas mempunyai beberapa kelebihan yakni mendorong siswa agar semangat belajar sehingga tidak cepat bosan, membina tanggung jawab dan disiplin siswa, mengembangkan kreatifitas siswa, mengembangkan pola berfikir dan kreatifitas anak. Selain itu metode ekspositori juga mempunyai beberapa kelebihan diantaranya siswa dapat menguasai materi secara luas, Siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar, dan Siswa memperoleh kebebasan mengeluarkan pendapatnya sendiri.9 Dari kelebihan yang disebutkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua metode tersebut sangat pas jika diterapkan dalam pembelajaran fiqih. Dimana dalam pelajaran fiqih mengarahkan peserta didik untuk menghayati, dan mengamalkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Sehingga kedua metode tersebut dapat mempengaruhi kemampuan kognitif siswa. 7 Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, Ghalia Indonesia, Bogor, 2014, hlm. 185 8 Mastur Faizi, Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid, DIVA Press, jogjakarta, 2013, hlm. 76 9 Ibid, hlm, 77

7 Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus menggunakan satu metode saja. Namun dalam pembelajaran juga dapat menggunakan metode-metode yang bervariasi. Dengan penggunaan metode yang bervariasi dapat membangkitkan semangat belajar anak sehingga guru tahu bagaimana perkembanagan kognitif anak dalam menerima pelajaran. Seperti bagaimana respon anak saat diberi pertanyaan, sejauh mana kemampuan bertanya anak, bagaimana kemampuan anak dalam berpendapat, kedisiplinan anak dalam sekolah, tingkat pengetahuan anak terhadap suatu bab pelajaran. Selain untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung, juga dapat membantu guru menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Karnanya metode adalah hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dan salah satu lembaga pendidikan yang menggunakan metode-metode yang bervariasi dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar adalah MTs N2 Kudus. Adapun dalam penelitian ini mengambil objek di MTs N2 Kudus. Di MTs N2 Kudus. Memiliki latar belakang pendidikan siswanya yang berbeda dan kecerdasan yang berbeda-beda pula. Setiap siswa mempunyai karakter tersendiri dari siswa lainnya sehingga perlu adanya motivasi dalam pembelajaran dengan penggunaan metode-metode yang menjadikan anak semangat untuk belajar dan memungkinkan siswa tertarik terhadap setiap mata pelajaran khususnya fiqih dalam fokus penelitian kali ini, sehingga mampu meningkatkan kemampuan kognitif mereka. Berangkat dari permasalahan yang telah dijabarkan diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul Pengaruh Metode Tugas dan Metode Ekspositori terhadap Kemampuan Kognitif Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII di MTs N2 Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016.

8 B. Rumusan Masalah Berikut ini adalah rumusan masalah yang penulis sesuaikan dengan judul yang terkait, yaitu: 1. Adakah pengaruh metode tugas terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran Fiqih kelas VII di Mts N2 Kudus Tahun Pelajajaran 2015/2016? 2. Adakah pengaruh metode ekspositori terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran Fiqih kelas VII di Mts N2 Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016? 3. Adakah pengaruh metode tugas dan metode ekspositori terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran Fiqih kelas VII di Mts N2 Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui adakah pengaruh metode tugas terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VII di MTs N2 Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016 2. Untuk mengetahui adakah pengaruh metode ekspositori terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VII di MTs N2 Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016 3. Untuk mengetahui adakah pengaruh metode tugas dan metode ekspositori terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VII di MTs N2 Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016

9 D. Manfaat Hasil Penelitian Adapun kegunaan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 1. Segi praktis a. Bagi guru Dari hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan pedoman bagi guru dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa dalam belajar fiqih dengan menggunakan metode tugas dan resitasi dan metode ekspositori. b. Bagi siswa Hasil penelitian ini dapat memberikan pedoman bagi siswa dalam meningkatkan kemampuan kognitif pada mata pelajaran fiqih melalui metode tugas dan metode ekspositori yang diterapkan oleh guru. 2. Segi teoristis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan, khususnya dalam kaitannya dengan penerapan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai karakter mata pelajaran fiqih.