kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan. Kegiatan tersebut. diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi untuk mengukur kualitas keberhasilan dari proses pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya menusia. 1 Pengalaman pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah

BAB I PENDAHULUAN. pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,

Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi

BAB I PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 36. Edukatif, hlm.37

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia kini menjadi sorotan

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

Gambar 4.1 : Struktur Kepemimpinan wilayah RT 23 RW 2.80

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, dan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat signifikasi terhadap berbagai jenis dimensi kehidupan baik. dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kelas yang baik sehingga tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa (Nation character

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan evaluasi, guru akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan proses tranformasi budaya dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk dientaskan diantaranya adalah karena rendahnya kemampuan. adalah dengan didirikannya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu membantu dan membentuk karakter dan keyakinan yang kuat pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan kualitas suatu bangsa. Karena proses pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam rangka mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB III METODE PENELITIAN

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. jauh lebih banyak dan lebih komplek dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dimana-mana. Kualitas pendidikan, di samping menjadi fokus kebijakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baik individu maupun kolektif. Agama memberi sumbangan bagi sistem sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha pendidik untuk memimpin anak didik secara

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education. diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan penghayatan terhadap Al-asma, Al-husna, serta penciptaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan agama seharusnya memang sejak dini sudah mulai diberikan kepada anak karena perkembangan jiwa anak telah mulai tumbuh sejak kecil, sesuai dengan fitrahnya. 1 Fitrah manusia disalurkan, dibimbing dan dijuruskan kepada jalan yang seharusnya. Dengan tujuan diharapkan pendidikan agama dapat menjadi dasar pembentukan kepribadian anak. Dalam pandangan Islam, pendidikan bertujuan untuk mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah anak didik melalui ajaran Islam menuju kearah maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini berarti pendidikan Islam bertujuan menyiapkan anak didik agar menjadi generasi yang memiliki kepribadian dengan pola iman dan taqwa kepada Allah SWT. Dalam pendidikan terdapat tanggung jawab tiga angle. Rumah tangga sebagai pembentukan sikap (afektif), sekolah sebagai wahana pengembangan kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik. Di Negara kita Indonesia ini lembaga pendidikan sudah lama ada bahkan berkembang hingga kepolosok desa. Adapun lembaga itu dibagi menjadi dua yaitu lembaga pendidikan formal dan lembaga non formal. Lembaga formal adalah pendidikan yang dilakukan pada lembaga formal 1 Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983), hlm. 15. 1

2 yakni lembaga pendidikan yang dilakukan secara terstruktur dan mangikuti sistem pendidikan nasional sesuai dengan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pada tahun 2003. Sekolah sebagai institusi resmi dibawah kelolan pemerintah, menyelenggarakan kegiatan pendidikan secara berencana, sengaja, terarah, sistematis, oleh para pendidik professional dengan program yang dituangkan kedalam kurikulum untuk jangka waktu tertentu dan diikuti oleh para peserta didik pada setiap jenjang pendidikan tertentu. Sampai saat ini, kendala yang dihadapi di sekolah adalah selain pendidikan agama memberikan muatan pengetahuan tentang ajaran-ajaran agama juga dapat mengarahkan anak didik untuk menjadi manusia yang memiliki kualitas agama yang kuat. Sehingga pendidikan agama selain memberikan pengetahuan tentang ajaran agama sekaligus dapat menerapkan dalam bentuk akhlak/ sikap dan kepribadian. Salah satu persoalan bangsa yang krusial dewasa ini adalah persoalan akhlak. Membudayanya KKN baik di kalangan birokrat maupun masyarakat bawah. Menjamurnya media pornografi dan pornoaksi, maraknya pengaruh dari kelompok-kelompok radikal, serta kasus illegal logging dan pekerjaan illegal lainnya adalah sekelumit dari persoalan akhlak bangsa yang sedang dihadapi oleh Negara yang sudah merdeka ini. Banyak kalangan yang menilai bahwa munculnya perilaku tersebut merupakan hasil dari pendidikan masa lalu. Di bidang pendidikan sendiri, tak jarang guru agamalah yang

3 dikambing hitamkan, sebab materi yang diajarkannya banyak menyangkut tentang akhlak. Dalam menghadapi era globalisasi pendidikan memiliki tugas meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) diharapkan juga mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ) terhadap Tuhan Yang MAha Esa, peningkatan keimanan dan ketaqwaan dilakukan untuk mengantisipasi dampak negative dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pendidikan agama dinyatakan sebagai kurikulum wajib pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Dalam upaya pengembangan nilai-nilai keagamaan dilembaga pendidikan seorang guru agama tidak lepas dari kegiatan belajar mengajar saja atau didalam kelas saja dalam mengarahkan peserta didiknya. Misalnya mereka diajak untuk mau memperingati hari-hari besar keagamaan yang memungkinkan besar juga mampu memberikan sumbangan informasi kepada mereka tentang materi-materi yang telah dipelajari didalam kelas. Tuntutan seorang guru agama adalah cenderung untuk lebih kreatif untuk selalu berupaya mencari mencari cara agar agenda kegiatan yang direncanakannya dapat berhasil sesuai yang diharapkannya. Agar seorang guru tidak dikatakan sebagai penyampai materi saja, mereka harus mampu mengatasi masalah/kendala yang dihadapi seperti dan dapat menciptakan suasana sekolah sesuai yang diharapkannya. Seperti kegiatan tersebut perlu

4 adanya trik-trik yang perlu sekiranya menemukan jalan keluar tentang pelaksanaan kegiatan keagamaan dan mengefektifkan semua siswa yang dianggap selalu tidak mengikuti kegiatan keagamaan tersebut. Pelaksanaan pendidikan akhlak dalam pendidikan formal haruslah terus menerus diberikan, ditawarkan dan diulang-ulang agar terinternalisasi dan dapat terwujud dalam tindakan nyata dalam pekerti yang konkrit. Agar siswa dalam menerima dengan keyakinan sadar dan bermoral, berwatak dan bersosialitas serta bertanggung jawab, maka seorang guru dan khususnya guru pendidikan agama islam harus berupaya dengan menggunakan beberapa metode dalam pelaksanaan pembinaan akhlakul karimah siswa, karena metode merupakan suatu cara yang dipakai dalam proses belajar mengajar dalam pendidikan. Dan dalam menggunakan metode, guru haruslah menyesuaikan dengan karakter. Banyak metode yang bisa digunakan pendidik di dalam membelajarkan siswanya agar mempunyai akhlakul karimah. Salah satunya adalah mengikuti kegiatan keagamaan. Disekolah terutama bagi pendidiknya tidak hanya bertanggung jawab mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga dianjurkan menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang sesuai dengan ajaran agama dan dapat diterima di masyarakat yaitu akhlak mulia dengan melalui bimbingan dan latihan supaya pada diri anak muncul akhlak yang baik, sopan santun serta menjadi penuntun bagi orang lain dan terhindar dari

5 penyimpangan akhlak. Semua itu merupakan tanggung jawab semua para pendidik dan merupakan tujuan yang diinginkan dalam pendidikan. Pendidikan akhlak dapat dilaksanakan pada semua mata pelajaran tetapi yang paling utama dapat dilaksanakan melalui pendidikan agama Islam. Yaitu salah satunga mengikuti kegiatan keagamaan. Pendidikan islam menurut Musthafa Al-Khulayani menanamkan akhlak mulia di dalam jiwa anak pada masa pertumbuhan dan menyelaminya dengan air petunjuk dan nasehat sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan jiwanya. Kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta pekerjaan untuk memanfaatkan tanah air. 2 Peneliti memilih SMAN I Gedangan karena berbasis sekolah umum yang meyoritas siswanya minim pengetahuan pendidikan agama dan terdapat kegiatan keagamaan yang dapat membina akhlakul karimah siswa. Berawal dari latar belakang diatas maka mengangkat permasalahan yang berkenaan dengan Pengaruh Intensitas Pendidikan Keagamaan Terhadap Perilaku Siswa di SMAN I Gedangan. 2 Abdullah Jalaluddin, dkk., Filsafat Pendidikan dan Pengembangannnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo), hlm.10.

6 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas peneliti mendapatkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Intensitas Pendidikan keagamaan di SMAN I Gedangan? 2. Bagaimana perilaku siswa di SMAN 1 Gedangan? 3. Apakah Intensitas Pendidikan keagamaan berpengaruh terhadap perilaku siswa di SMAN I Gedangan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang maupun rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk memperoleh data tentang pelaksanaan intensitas pendidikan keagamaan di SMAN I Gedangan. 2. Untuk mengetahui perilaku siswa di SMAN I Gedangan. 3. Untuk memperoleh data tentang ada atau tidaknya pengaruh Intensitas pendidikan keagamaan di SMAN I Gedangan. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara akademis terutama bagi dunia pendidikan adalah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan guru pengampu bidang studi PAI dalam menggunakan suatu metode untuk

7 kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di luar kelas dan menambah pengetahuan serta mengembangkan khazanah keilmuan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi pembaca: hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian dikemudian hari khususnya dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan dan penggunaan metode yang baik agar tercapai hasil yang efektif b. Bagi penulis: hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya pendidikan keagamaan di sekolah dan menjadi pembelajaran dalam penelitian dikemudian hari. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih diuji secara empiris. 3 Dengan demikian hipotesis merupakan dugaan sementara yang nantinya akan diuji dan dibuktikan kebenarannya melalui analisa data. 4 Jadi, yang dimaksud hipotesis penelitian adalah jawaban dari permasalahan sebuah penelitian yang masih bersifat sementara, yang kebenarannya dapat dibuktikan setelah penelitian dilaksanakan. 3 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h. 72. 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 68.

8 Sehubungan dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka terdapat dua hipotesis dalam penelitian ini yang perlu dibuktikan kebenarannya yaitu: 1. Hipotesis Nihil (Ho): Hipotesis yang sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya hubungan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. 5 tidak ada pengaruh antara Intensitas pendidikan keagamaan dengan perilaku siswa. 2. Hipotesis Alternatif (Ha): Hipotesis Kerja (Ha) atau disebut hipotesis alternatif yang menyatakan hubungan antara variabel X dan variabel Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok. 6 Yaitu terdapat adanya pengaruh antara Intensitas Pendidikan Keagamaan terhadap perilaku siswa. F. Variabel penelitian Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk di amati. Variabel itu termasuk atribut dari sekelompok orang atau subyek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu. Variabel juga dapat dikatakan konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel 5 Ibid., h. 74. 6 Ibid., h. 73.

9 dalam suatu penelitian itu terdapat dua macam variabel antara lain: variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variable independent sering disebut sebagai variabel stimulus, input, predictor, dan antecedent, 7 Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen atau variabel terikat. Jadi variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi. Sedangkan variabel independen atau variabel terikat adalah sering disebut sebagai variabel respon, output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dari penjelasan penelitian dengan beberapa variabel di atas, peneliti mudah dalam memahami dan mengenali variabel-variabel penelitiannya. Dalam penelitian ini telah terdapat dua macam variabel, dengan penjelasan dan pembahasan di bawah ini. a. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini intensitas dan pendidikan keagamaan karena kemunculan atau keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Indikator dari keagamaa siswa adalah: 1. Melaksanakan sholat 2. Membaca Al-quran 7 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung : Alfabeta, 2006), h. 38.

10 3. Melakukan puasa 4. Membaca dzikir b. Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku siswa. Karena kemunculannya dan keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lain. Indikator dari perilaku sosial adalah: 1. Tolong-menolong 2. Menghargai pendapat orang lain 3. Menghormati yang lebih tua 4. Menyayangi sesame G. Batasan Masalah Dari penegasan judul diatas, penulis mengartikan judul skripsi ini yakni pengaruh pelaksanaan pendidikan keagamaan Islam di sekolah secara Intens terhadap perilaku keagamaan siswa. Dimana intensitas pendidikan Agama Islam ini meliputi usaha yang dilakukan oleh SMAN I Gedangan secara sistematis, terencana dan terprogram dengan menitik beratkan pada pengelolaan dan pengaturan terhadap mata pelajaran pendidikan Agama Islam. Selanjutnya dalam operasionalnya, Intensitas pendidikan keagamaan Islam ini diwujudkan dalam bentuk SMAN plus, yakni sekolah menengah umum yang menambah waktu belajar serta materi pendidikan Agama Islam. Sedangkan perilaku siswa adalah segala tingkah laku atau perbuatan yang berpedoman pada ajaran Agama Islam yang meliputi Aqidah, Syariah

11 dan Akhlak. Sedangkan pada pembahasan skripsi ini perilaku siswa lebih difokuskan pada tingkah laku atau Akhlak siswa terhadap orang tua, guru, serta teman siswa. H. Definisi Operasional Dalam upaya mendapatkan deskripsi yang jelas serta menghidari terjadinya kesalahan penafsiran dalam istilah-istilah yang digunakan sebagai judul penelitian ini, maka dipaparkanlah batasan istilah yang dimaksudkan sesuai dengan penelitian ini. istilah-istilah tersebut ialah: Pengaruh : Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. 8 Intensitas : Kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha, jadi intensitas secara sederhana dapat di rumuskan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan. Pendidikan Agama : Usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu peserta didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran agama islam. 9 Perilaku : Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. 10 8 Departemen P dan K, kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 1989),h. 664. 9 Zuhairini, dkk., metodik khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983), h. 83.

12 Jadi secara keseluruhan definisi dari Pengaruh Intensitas Pendidikan keagamaan terhadap perilaku siswa adalah suatu daya yang timbul dari sesuatu (orang, benda) dalam usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan secara sistematis dan pragmatis dalam membantu peserta didik mencapai sebuah perilaku dalam kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama Islam. I. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan penulisan, maka dalam penelitian ini di bagi menjadi beberapa bab dan sub bab. Adapun sistematika penulisannya adalah : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, ruang lingkup dan pembatasan penelitian, asumsi dan hipotesis penelitian, serta sistematika pembahasan. BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini dikemukakan tentang kajian teori yang dapat mendukung peneliti dalam melakukan penelitian di lapangan. Adapun didalamnya memuat tinjauan tentang pengertian intensitas pendidikan keagamaan, perilaku siswa dan pengaruh intensitas pendidikan keagamaan terhadap perilaku siswa. 10 WJ. S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 317

13 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, berisi tentang metode penelitian yang berisi antara lain: profil SMAN I Gedangan, letak geografis, sejarah berdirinya SMAN I Gedangan, Visi-Misi, SMAN I Gedangan, struktur organisasi SMAN I Gedangan, keadaan Guru, keadaan siswa, sarana prasarana, rancangan dan jenis penelitian, penjabaran variabel, sumber data, populasi dan sampel,teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA Pada Bab ini Membahas laporan hasil penelitian, berisi tentang penyajian data, analisis data, dan analisis terhadap pengaruh intensistas pendidikan keagamaan terhadap perilaku siswa BAB V : Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran saran yang berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Demikian sistematika pembahasan dan analisis data skripsi ini sesuai dengan urutan- urutan penelitian, dan dicantumkan pula daftar pustaka beserta lampiran-lampiran sesuai kebutuhan.