BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Kemmis. pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA TEMA INDAHNYA NEGERIKU MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFC DI SDN 07 SUNGAI AUR PASAMAN BARAT ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Oleh Saryana PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

A. Latar Belakang Penelitian

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

RISIA IKA NURYAWATI A54A100141

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif - Produktif. pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. sama lain. Dalam uraian ini dapat berkenalan dengan beberapa perumusan

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASSESSMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II LANDASAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya,

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam kurikulum SMP/ MTs. Ilmu Pengetahuan Sosial menurut Trianto (2012: 171) dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Berdasarkan pendapat Trianto, diketahui bahwa IPS merupakan kumpulan beberapa cabang ilmu sosial yang terintegrasi menjadi satu. Pendapat tersebut sangat relevan dengan pendapat dari Supardi yang menyatakan bahwa materi kajian IPS merupakan perpaduan atau integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humoniora (Supardi, 2011: 182). Pendapat lain tentang IPS juga disampaikan oleh Numan Somantri (2004: 44) yang menyatakan bahwa pendidikan IPS di sekolah adalah penyederhanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial, psikologi, filsafat, ideologi negara, dan agama yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu pendekatan ilmu yang didalamnya termuat beberapa disiplin ilmu 10

11 sosial yang terintegrasi dan termuat berbagai fakta dan persoalan yang terjadi di masyarakat. IPS merupakan suatu mata pelajaran dari kumpulan beberapa disiplin ilmu sosial yang diajarkan pada siswa. IPS diberikan tempat untuk dijadikan sebagai salah satu alat untuk memecahkan permasalahan masyarakat. Jadi IPS merupakan mata pelajaran sosial yang berhubungan dengan kehidupan realitas sosial, karena objek dari mata pelajaran IPS itu sendiri adalah masyarakat. Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dengan mata pelajaran lain. Trianto menyatakan bahwa karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik, karena IPS merupakan integrasi dari disiplin ilmu sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya (2010: 174). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik yang membedakan mata pelajaran IPS dengan mata pelajaran lain yaitu pada konsep kajian materi yang memuat berbagai disiplin kajian ilmu sosial dan mengkaji berbagai permasalahan sosial. Jadi, mata pelajaran IPS adalah pembelajaran terkait dengan lingkungan sosial sesuai fakta yang terjadi di sekitar siswa dan yang mungkin dialami oleh siswa. Hal lain yang dapat membedakan mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lain selain karakteristik yaitu tujuan. Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat

12 serta terampil dalam memecahkan masalah sosial yang terjadi di masyarakat (Trianto, 2010: 176). Hal tersebut senada dengan tujuan mata pelajaran IPS SMP/ MTs menurut Sapriya (2009: 201) yaitu siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sosial serta memiliki kemampuan bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk Arah mata pelajaran IPS dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Tujuan IPS menurut Supardi (2011: 186-187) yaitu menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan inkuiri, melatih belajar mandiri, mengembangkan kecerdasan dan keterampilan sosial, menghayati nilai moral, serta mengembangkan kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. Arah dan tujuan dari pembelajaran IPS di SMP/ MTs sesuai dengan teori di atas adalah yang paling utama siswa menjadi warga negara yang baik dan mampu mengetahui ruang lingkup kehidupan sosial di sekitarnya serta mampu memecahkan persoalan yang terjadi

13 di masyarakat. Melalui pembelajaran IPS di SMP/ MTs siswa dituntut untuk memiliki jiwa sosial dan kecerdasan sosial, yaitu mampu berpikir logis dan kritis dalam menghadapi permasalahan sendiri dan yang terdapat di sekitarnya. Secara keseluruhan tujuan pembelajaran IPS mengarahkan proses pendidikan IPS menjadi proses yang mampu menyiapkan seorang peserta didik sebagai individu yang memiliki kemampuan berpikir tinggi, aplikatif, bersikap yang positif dan mampu berkontribusi bagi kemajuan kehidupan masyarakat. 2. Aktivitas Belajar Penelitian ini membatasi permasalahannya pada aktivitas belajar siswa. Aktivitas menjadi unsur penting dalam pembelajaran. Menurut Nasution (2010:86) dari semua asas didaktif, aktivitas merupakan asas terpenting dalam suatu pembelajaran karena tanpa aktivitas tidak akan mungkin seseorang belajar, hal ini juga dibenarkan oleh beberapa ahli salah satunya adalah Dewey yang mengatakan bahwa anak-anak dirangsang dengan perbuatan untuk melakukan suatu kegiatan dengan semboyannya yang terkenal yaitu learning by doing belajar dengan berbuat. Sardiman A.M (2011:95) menjelaskan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku sehingga harus melakukan kegiatan. Oleh sebab itu tidak ada pembelajaran tanpa adanya aktivitas. Dengan demikian aktivitas belajar merupakan suatu bentuk perubahan tingkah laku dalam proses belajar yang menjadi asas terpenting dalam

14 pembelajaran karena tidak akan ada proses belajar mengajar tanpa adanya aktivitas. Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, di sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Banyak aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa disekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah tradisional. Menurut Paul B. Diedrich (Sardiman A.M, 2011: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut: a. Visuals activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan pekerjaan orang lain. b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato. d. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, agket, menyalin. e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model reparasi, bermain, berkebun, berternak. g. Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. h. Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Keberhasilan kegiatan pembelajaran ditentukan oleh kegiatan interaksi dalam pembelajaran tersebut. Semakin aktif siswa selama pembelajaran, semakin banyak pula pengalaman belajar yang akan

15 diperoleh siswa dan tujuan pembelajaran akan tercapai. Pada penelitian ini macam aktivitas yang akan ditingkatkan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa adalah visuals activities, oral activities, writing activities, listening activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities. Menurut Wina Sanjaya (2011: 131) aktivitas merupakan salah satu prinsip-prinsip strategi pembelajaran dalam konteks standar proses pendidikan. Belajar bukan hanya menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak hanya terbatas pada aktivitas fisik namun meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental, guru sering lupa dengan hal ini. Banyak guru yang terkecoh oleh sikap siswa yang pura-pura aktif padahal sebenarnya tidak. Strategi kreatif produktif dalam penelitian ini merupakan strategi yang mampu untuk meningkatkan aktivitas siswa, karena strategi ini menuntut siswa untuk aktif dalam suatu pembelajaran. Selain itu strategi ini juga membantu siswa dalam menanggapi suatu permasalahan sehingga siswa mampu untuk memecahkan permasalahan yang ada. 3. Strategi Kreatif Produktif a. Pengertian Strategi Kreatif Produktif

16 Strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu bentuk strategi yang semestinya sudah dipahami guru selain strategi yang umum digunakan oleh guru seperti strategi pembelajaran ekspositori. Pada mulanya strategi kreatif produktif dirancang khusus untuk pembelajaran apresiasi sastra. Namun, dalam perkembangannya dengan berbagai modifikasi, strategi ini dapat digunakan untuk berbagai bidang studi. Menurut Asri Budingsih (2006: 54) awalnya strategi ini dinamakan stategi strata setelah dilakukan berbagai modifikasi strategi ini disebut strategi kreatif produktif. Menurut Made Wena (2009: 138) Pembelajaran kreatif produktif merupakan strategi yang dikembangkan dengan mengacu pada berbagai pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Pendekatan tersebut antara lain belajar aktif dan kreatif (CBSA) yang dikenal dengan strategi inkuiri, strategi pembelajaran konstruktif serta strategi pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (Made Wena, 2009: 139-144). Model pembelajaran konstruktivisme yang menjadi landasan strategi kreatif produktif juga telah terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Strategi kreatif produktif mengandung dua kata yaitu kreatif atau kreativitas dan produktif.kreativitas siswa dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, menurut Wankat dan Oreovon (Made Wena, 2009: 138), untuk meningkatkan kreativitas siswa

17 dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: 1) mendorong siswa untuk kreatif; 2) mengajari siswa menggunakan metode untuk menjadi kreatif; 3) menerima ide-ide kreatif yang dihasilkan. Ketiga cara tersebut akan diuraikan sebagai berikut: 1) Mendorong siswa untuk kreatif Dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: (1) mengembangkan pemecahan masalah secara kreatif untuk suatu masalah; (2) memberikan beberapa cara dalam memecahkan suatu masalah; dan (3) membuat daftar beberapa kemungkinan solusi untuk suatu masalah. 2) Mengajari siswa menggunakan metode untuk menjadi kreatif. Hal-hal yang dapat dilakukan dengan: mengembangkan ide sebanyak-banyaknya, mengembangkan ide berdasarkan ide-ide orang lain, mengevaluasi ide-ide yang telah ada, dan menyimpulkan ide yang terbaik. 3) Menerima ide-ide kreatif yang dihasilkan. Pada tahap ini bantulah siswa mengembangkan ide-ide yang cemerlang. Hal yang dapat dilakukan, antara lain: memberi catatan aspek positif dan negatif dari ide dan memberikan hal yang menarik dari ide. Menurut Made Wena(2009:139) dalam pembelajaran kontruktivisme, guru harus mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif, yang ditandai dengan.

18 1) Menumbuhkan kemampuan berpikir dan belajar yang teratur secara mandiri. 2) Menumbuhkan sikap kritis, dan 3) Menumbuhkan sikap kreatif dalam berpikir dan belajar. Kreativitas dan produktivitas merupakan hal yang saling berkaitan dalam proses belajar mengajar harus ditumbuhkan secara bersamaan. Menurut Made Wena (2009: 139) strategi kreatif produktif adalah strategi yang dikembangkan dari berbagai pendekatan belajar mengajar yang menantang siswa untuk menghasilkan produk kreatif sebagai re-kreasi atau pemahamannya terhadap topik yang telah dikaji. Strategi kreatif produktif memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan strategi pembelajaran lainnya. Karakteristik tersebut antara lain: 1) Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran. 2) Siswa didorong untuk menemukan sendiri konsep yang sedang dikaji melalui beberapa cara seperti observasi, diskusi, dan percobaan. 3) Siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas bersama. 4) Pada dasarnya untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri. Mengacu pada karakteristik tersebut, strategi kreatif produktif diharapkan dapat memotivasi siswa dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugasnya secara kreatif. Selain itu dengan penggunaan strategi kreatif produktif dalam pembelajaran IPS diharapkan dapat meningkatkan aktivitas

19 pembelajaran siswa di dalam maupun di luar kelas. Menurut Asri Budiningsih (2006: 58)hal ini dapat dilihat dari karakteristik strategi kreatif produktif. Adapun dampak yang dapat dicapai melalui strategi kreatif produktif ini antara lain: 1) Siswa memiliki pemahaman akan suatu nilai, konsep atau suatu masalah tertentu yang sedang dipelajari. 2) Siswa memiliki kemampuan menerapkan konsep dan memecahkan masalah. 3) Siswa memiliki kemampuan mengkreasikan atau memproduksi sesuatu berdasarkan pemahaman tersebut. Dengan demikian strategi kreatif produktif merupakan strategi yang dikembangkan dari berbagai pendekatan belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa dalam melaksanakan berbagai aktivitas belajar, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugasnya secara kreatif. b. Tahap strategi kreatif produktif Ada lima tahapan yang harus dilakukan dalam strategi kreatif produktif, yaitu: orientasi, eksplorasi, interpretasi, rekreasi, dan evaluasi (Made Wena, 2009: 140). Kelima tahapan strategi kreatif produktif tersebut akan diuraikan sebagai berikut. 1) Orientasi Dalam tahap ini guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah pembelajaran, hasil akhir yang diharapkan dari siswa, serta penilaian yang diharapkan. Siswa juga diberi keleluasaan untuk bernegosiasi dengan

20 guru mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan pembelajaran. 2) Eksplorasi Dalam tahap ini siswa dirangsang untuk meningkatkan rasa ingin tahunya terhadap masalah atau konsep yang akan dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membaca, melakukan observasi, wawancara, melakukan percobaan, dan browsing lewat internet, dan sebagainya. Agar kegiatan eksplorasi terarah, guru harus membuat panduan singkat yang memuat tujuan, waktu, materi, cara kerja, serta hasil yang diharapkan. Sedangkan menurut Asri Budingsih (2006: 60) waktu eksplorasi tergantung bidang yang harus dieksplorasi. Eksplorasi yang memerlukan waktu lama dapat dilakukan di luar jam pelajaran. Sedangkan, eksplorasi yang memerlukan sedikit waktu dapat dilakukan pada jam pelajaran. 3) Interpretasi Dalam tahap ini hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi, tanya jawab, bahkan percobaan kembali jika diperlukan. Tahap interpretasi amat penting karena siswa didorong untuk berpikir kritis dan

21 terbiasa memecahkan masalah dari berbagai aspek. Pada akhir tahap ini semua siswa diharapkan sudah memahami konsep, topik, masalah yang dipelajari. 4) Rekreasi Dalam tahap ini siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang mencerminkan pemahaman mengenai permasalah yang dikaji menurut kreasinya masingmasing. Hasil re-kreasi merupakan produk kreatif yang dapat dipresentasikan, dipajang, atau ditindaklanjuti. 5) Evaluasi Hal-hal yang dinilai selama proses pembelajaran adalah kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan logis, kemampuan bekerjasama dan memikul tanggung jawab bersama. Penilaian pada akhir pembelajaran adalah produk kreatif yang dihasilkan siswa. c. Konstruktivisme Dalam Strategi Kreatif Produktif Pembelajaran strategi kreatif produktif merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan dengan mengacu pada berbagai pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Von Glasersfeld (Sardiman,

22 2011: 37) menjelaskan bahwa pengetahuan yang kita miliki merupakan suatu konstruksi dari apa yang kita ketahui. Dengan kata lain, bahwa pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Menurut Made Wena (2009: 144) pembelajaran konstruktivisme merupakan landasan strategi kreatif produktif. Selain itu model-model pembelajaran konstruktivisme yang menjadi landasan strategi kreatif produktif telah terbukti meningkatkan kualitas pembelajaran. Sementara itu menurut Marzano (Made Wena, 2008:139) dalam proses pembelajaran konstruktivisme, guru harus mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif yang ditandai dengan: a. Menumbuhkan kemampuan berpikir dan belajar yang teratur secara mandiri b. Menumbuhkan sikap kritis dalam berpikir c. Menumbuhkan sikap kreatif dalam berpikir dan belajar Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pandangan konstruktisme menjadi landasan strategi kreatif produktif karena dalam pandangan konstruktivisme menekankan pada kemampuan untuk bersikap mandiri, kritis, dan kreatif pada diri seseorang. Selain itu strategi kreatif produktif juga menekankan pada kemampuan siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktivisme.

23 B. Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: 1. Dwi Widyastuti (08201241021) yang berjudul Keefektifan Strategi Pembelajaran Kreatif-ProduktifPada Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas VIIIMts Maslakul Huda Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kemampuan menulis naskah drama siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi kreatif-produktif dan kemampuan menulis naskah drama siswa tanpa menggunakan strategi kreatif-produktif. posttest kedua kelompok diperoleh th sebesar 8,354, dengan db=58 dan p sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi 5%, pretest dan posttest kelompok kontrol diperoleh th sebesar 0,538 dengan db=29 dan p sebesar 0,594, sedangkan pretest dan posttest pada kelompok eksperimen diperoleh th sebesar 8,398 dengan db=29 dan p sebesar 0,000. Dari data tersebutdiketahui th kelompok eksperimen lebih besar dibanding kelompok kontrol, hal tersebut membuktikan strategi pembelajaran kreatif-produktif yang dilakukan pada kelas eksperimen lebih efektif. 2. Penelitian yang dilakukan Galuh Tri Wahyudi(2012) dengan judul Penerapan Strategi kreatif produktif untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas VA SDN Krapyak Kota Semarang. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk

24 meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VA SDN Krapyak kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Keterampilan guru pada siklus I memperoleh skor 18 dengan kategori cukup, siklus II memperoleh skor 26 dengan kategori sangat baik dan pada siklus III memperoleh skor 29 dengan kategori sangat baik. (2) Aktivitas siswa pada siklus I memperoleh rata-rata skor 2,48 kategori cukup, pada siklus II memperoleh rata-rata skor 2,81 kategori baik dan pada siklus III memperoleh rata-rata skor 3,04 kategori baik. (3) Persentase ketuntasan klasikal pada siklus I 51,6%, meningkat pada siklus II menjadi 67,7%, dan meningkat pada siklus III menjadi 76,6%. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan dari segi strategi pembelajaran yang diterapkan yaitu strategi kreatif produktif dan tujuan penelitian dalam meningkatkan aktivitas siswa. 3. Penelitian yang dilakukan Dyah Ika Puspita Sari (2010) yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKN di SMP N 2 Tempel. Hal ini dapat terlihat pada nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan bahwa nilai aktivitas siswa adalah sebesar 46,69% mempunyai tingkat aktivitas rendah. Siklus II tingkat aktivitas belajar siswa meningkat yaitu 70,56% mempunyai tingkat aktivitas yang

25 tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran PKN dengan menggunakan metode kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Nilai rata-rata hasil belajar pada pre test siklus I 64,30 dan nilai rata-rata post test siklus I 72,14 dan post test siklus 58 II 78,05. Masing-masing nilai rata-rata hasil belajar siswa pada post test dan pre test siklus I dan II mengalami kenaikan. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama mengukur peningkaran aktivitas belajar siswa. C. Kerangka Pikir Pembelajaran IPS di kelas VII C SMP Negeri 11 Yogyakarta berdasarkan observasi yang dilakukan masih tergolong pada pembelajaran yang memiliki aktivitas belajar rendah. Guru jarang menggunakan strategi pembelajaran yang mampu membangkitkan aktivitas belajar siswa. Selain itu, belum maksimalnya penggunaan strategi yang mampu merangsang siswa untuk mengembangkan ide-ide kreatifnya sehingga aktivitas belajar siswa baik di kelas maupun di luar kelas tidak meningkat. Solusi untuk mengatasi aktivitas belajar siswa yang rendah ini adalah diperlukannya penggunaan strategi pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah penggunaan strategi kreatif produktif dalam pembelajaran IPS. Oleh sebab itu penelitian ini berfokus pada peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan strategi kreatif produktif. Lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut:

26 Pembelajaran IPS monoton Aktivitas dalam pembelajaran Penerapan strategi kreatif produktif Aktivitas belajar meningkat Gambar 1. Skema kerangka pikir penelitian tindakan kelas D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII C SMP N 11 Yogyakarta dapat diupayakan melalui penerapan strategi kreatif produktif. 2. Penerapan strategi kreatif produktif dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa kelas VII C dengan strategi kreatif produktif di SMP Negeri 11 Yogyakarta..