BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk menjamin kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat pesat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengunaan dana sehingga efektivitas dan efisien penggunaan dana

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan suatu perusahaan.profesi akuntan publik merupakan profesi yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari tindakan mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan laporan hasil audit. Agar pemerintah puas dengan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan terhadap kinerja perusahaan (Wardhini, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas pengguna dana untuk. penyenglenggaraan pemerintah seharusnya didukung dengan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan penggunaan keuangan negara yang dilakukan pihak-pihak. tertentu. Dengan adanya pengawasan ini, pemerintah diharapkan

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). untuk menjamin bahwa tujuan tercapai secara hemat, efisien, dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik pada saat ini merupakan profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Setiap kali ada protes anti-pemerintah, singkatan KKN ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB1 PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan serta untuk menjamin bahwa tujuan akan tercapai secara hemat,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. institusi yang dipercaya dapat mewujudkan good corporate & good governance

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses sistematik yang dilakukan untuk. mengevaluasi bukti secara objektif atas pernyataan-pernyataan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi (SNI ). Perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing auditor berbeda. Auditor pemerintah dibedakan menjadi dua yaitu

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. public goods and services disebut governance (pemerintahan atau

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Peranan auditor yang demikian penting dan strategis dalam berkembangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD

BAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Menurut Siregar (2008) dalam Eveline, dkk (2014) penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat

BABl PENDAHULUAN. Auditing internal adalah sebuah fungsi penilaian independen yang

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang disajikan oleh manajeman dapat dipercaya.

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di era

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

Andri Williyanto Prawira Sitorus SE.,Ak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, keberadaan dan peran auditor yang sangat strategis dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan meningkatkan kompetisi dan perubahan global, profesi auditor pada saat ini dan masa mendatang menghadapi tantangan yang semakin berat. Laporan keuangan menuntut adanya laporan keuangan audit yang dapat dipercaya dan menyediakan informasi yang lebih lengkap dan benar untuk dapat dijadikan informasi yang akurat, sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan. Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan hukum yang berkaitan dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) seperti penyalahgunaan wewenang, penyuapan, pemberian uang pelicin, pungutan liar, pemberian imbalan atas dasar kolusi dan nepotisme serta penggunaan uang negara untuk kepentingan pribadi telah menjadi perhatian masyarakat dan dianggap sebagai sesuatu yang sudah terbiasa terjadi di negara ini. Tuntutan masyarakat akan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) meminta adanya pelaksanaan fungsi pengawasan dan sistem pengendalian internal yang baik atas pelaksanaan pemerintahan dan pengelolaan keuangan negara untuk menjamin pelaksanaan kegiatan yang telah sesuai dengan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan. 1

2 Sistem pengendalian internal pemerintah, pelaksanaan pengendalian internal dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jendral, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kota yang di atur dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merupakan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) yang bertanggung jawab langsung kepada presiden dan berwenang melakukan pengawasan internal terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lain berdasarkan penugasaan dari presiden. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai salah satu pelaksana tugas pengendalian internal pemerintah yang mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keuangan dan pembangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menjadi lembaga pengawasan keuangan dan pembangunan yang proaktif dan terpercaya dalam mentransformasikan manajemen pemerintahan menuju pemerintahan yang baik dan bersih merupakan visi dari BPKP.

3 Dalam pelaksanaannya, BPKP memiliki dasar hukum yaitu pasal 52, 53, dan 54 tentang keputusan presiden Replubik Indonesia No.103/2001 yang mengatur tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi dan tata kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern pemerintah dinyatakan dalam standar umum audit kinerja dan audit investigasi meliputi standar-standar yang terkait dengan karakteristik organisasi dan individu-individu yang melakukan kegiatan audit harus independen, obyektif, memiliki keahlian (latar belakang pendidikan, kompetensi teknis dan sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan), kecermatan profesional dan kepatuhan terhadap kode etik. Fungsi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam melakukan audit adalah melakukan audit eksternal diantaranya pemeriksaan terhadap proyek-proyek yang dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan untuk pelaksanaan dekonsentrasi, tugas pembantuan, desentralisasi, dan pemeriksaan khusus (audit investigasi) untuk mengungkapkan adanya indikasi praktik Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan penyimpangan lain yang membutuhkan keahlian dibidangnya serta pemeriksaan terhadap pemanfaatan peminjaman dan hibah luar negeri (Wati, dkk 2010).

4 Dalam hal ini, keberadaan BPKP sebagai auditor internal pemerintah adalah untuk membantu presiden mengendalikan seluruh pemerintahan dan pembangunan. Kegiatan yang dilaksanakan BPKP merupakan implementasi dari tugas pokok dan fungsinya sebagai Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP). Pengawasan internal suatu organisasi pemerintah pemerintah merupakan fungsi manajemen yang sangat diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan organisasi pemerintah. Pengawasan diperlukan untuk mendorong terwujudnya Good Governance dan mendukung penyelenggaraan pemerintah yang efisien, efektif, akuntabel, transparan, bersih dan bebas dari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Pada Era globalisasi saat ini banyak sekali kasus-kasus hukum yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Semakin banyaknya peristiwa skandal korupsi yang terjadi di Indonesia telah memberikan dampak yang negatif terhadap kepercayaan publik, misalnya kasus PLTU Paiton I Probolinggo yang ditangani oleh BPKP. Dalam kasus pidana Paiton I tersedia bukti permulaan yang kuat yakni hasil audit investigasi BPKP. Kasus dugaan korupsi pengadaan listrik swasta Paiton I di Probolinggo telah merugikan negara yang bermula dari mark up terhadap capital cost sejumlah 48 persen dari seluruh nilai proyek yang sebesar Rp 7,015 triliun.

5 Berdasarkan hasil audit investigasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menyatakan bahwa adanya mark up dan rekayasa yang berlebihan pada sisi proses penyiapan listrik swasta dan proses investasinya. Dalam laporannya, BPKP membuka secara jelas proses Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) yang sedang terjadi. BPKP mulai menelusuri dari perencanaan, proses mendapatkan Surat Izin Prinsip, pembiayaan, pelaksanaan, produksi, distribusi, konsumsi, pembayaran dan berbagai previlege yang didapat dengan merugikan keuangan negara. Kasus ini juga ditangani oleh Kejaksaan Agung. Mantan Direktur Utama PLN Zuhal dan Djiteng Marsudi diduga terlibat dalam kasus Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) pada proyek pengadaan listrik swasta Paiton I yang telah diperiksa oleh tim penyidik Kejaksaan Agung di Jakarta. Menurut hasil penyelidikan Kejaksaan Agung proyek Paiton I dinilai melanggar keputusan presiden mengenai prosedur pengadaan listrik dilingkungan departemen yang harus melalui prosedur lelang. Indikasi kolusi terlihat dalam proses negoisasi melalui bukti surat Menteri Pertambangan dan Energi yang tertanggal pada 13 Febuari 1993. Dalam surat tersebut dinyatakan adanya persetujuan kesepakatan dan nilai prematur yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Persetujuaan kesepakatan didalam surat tersebut menyangkut adanya soal harga jual listrik.

6 Pada tahun 2001 penyelidikan kasus Paiton I dihentikan oleh Kejaksaan Agung, namun pada akhir 2002 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memerintahkan Kejaksaan Agung untuk melanjutkan proses penyidikan kasus PLTU Paiton I tersebut, tetapi Kejaksaan Agung tidak bertindak. Setelah itu pada akhir Tahun 2004 sebuah organisasi non pemerintah telah melaporkan kasus Paiton I kepada Komisi Pemberantasan Korupsi, namun pada akhirnya kasus ini tidak ada hasilnya sampai sekarang Selain kasus Poiton I, BPKP juga menangani kasus korupsi pengadaan lahan Karangsari dengan total kerugian negara sebesar Rp 5,14 miliar. Lembaga Advokasi Masalah Publik (LAMP) melaporkan kasus korupsi pengadaan lahan karangsari tersebut ke Komisi Pemberantasan korupsi (KPK), Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi Banten dan Kepolisian Daerah (Polda) Banten. Dari hasil audit, Kejaksaan Tinggi telah menetapkan tersangka yakni Pemimpin Proyek pengadaan lahan karangsari Tjep Tantan Rustandip. Menurut Kepala Kejaksaan Tinggi Banten dalam kasus korupsi pengadaan lahan karangsari sempat tersendat. Penyebab tersendatnya adalah terdapat perbedaan antara hasil perhitungan kerugian negara oleh auditor dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dengan Kejati Banten. Versi BPKP menyebutkan angka Rp 5,14 miliar sesuai dengan nomenklaktur di APBD. Sedangkan versi Kejati Banten berpegang teguh pada Rp 3,5 miliar.

7 Hasil dari pemeriksaan BPKP memang menyebutkan angka sebesar Rp5,14 miliar, sesuai dengan besaran anggaran yang tercantum dalam APBD tahun 2002. Hasil anggaran tersebut yang sebesar Rp 5,14 miliar diantaranya untuk pembebasan lahan Karangsari sebesar Rp 3,5 miliar, namun sisanya Rp 1,64 miliar menjadi temuan BPKP karena tidak ada pelaksanaan proyek pelebaran jalan tersebut. Dengan adanya temuan dan hasil perhitungan dari BPKP, bahwa Kejaksaan Tinggi (kejati) mendapatkan dua perkara yaitu diantaranya yang pertama perkara dugaan korupsi pengadaan lahan karangsari Rp 3,5 miliar dan perkara yang kedua dugaan korupsi pelaksanaan pelebaran jalan raya Serang- Pandegalang yang dinilai tidak dilaksanakan. Dapat disimpulkan dari kasus tersebut bahwa profesi auditor sangat berperan penting dalam melaksanakan tugasnya dan harus memiliki kompetensi, agar kualitas audit yang dihasilkan tidak terjadi lolosnya salah saji material yang kemudian akan menyesatkan para pemakai laporan keuangan auditan ataupun akan menciptakan dampak ketidakpercayaan publik terhadap jasa audit yang kompeten. Selain itu fungsi audit sangat penting untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam suatu organisasi. Hasil audit akan memberikan umpan balik bagi semua pihak yang terkait dengan organisasi internal pemerintah. Oleh karena itu agar diperoleh hasil audit yang berkualitas tinggi, proses audit harus dilakukan secara hati hati dan konsisten dengan standar profesi dan kode etik yang mengaturnya, tujuannya untuk menemukan dan melaporkan adanya suatu penyelewengan atau kecurangan dalam suatu organisasi yang dapat tercapai dengan baik.

8 Mengingat pentingnya peran BPKP dalam kelangsungan pemerintah di Indonesia, maka dilakukan penelitian mengenai kualitas audit didalamnya. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Asih (2006) mengatakan bahwa pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi tingkah laku yang baik dari pendidikan formal maupun non formal dan bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman seorang auditor juga sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas auditor sebagai perluasan dari pendidikan formal yang telah diperoleh auditor. Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui proses yang bertahap, seperti pelaksanaan tugas-tugas pemeriksaan, pelatihan ataupun kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan keahlian auditor. Selain faktor pengalaman yang mempunyai peran penting bagi kualitas audit, pengalaman juga mempunyai arti penting dalam upaya perkembangan etika, tingkah laku dan sikap seorang auditor. Selain itu pengalaman dapat membentuk seorang auditor menjadi terbiasa dengan situasi dan keadaan dalam setiap penugasan yang diukur dengan lamanya berkerja. Dengan pengalaman auditor dapat mengukur seberapa mampu seorang auditor bisa mengatasi setiap masalah dalam mengaudit, maka seorang auditor harus memiliki pengalaman yang cukup dalam mengaudit agar kesalahan yang terjadi menjadi kecil dan dapat menghasilkan hasil yang diharapkan.

9 Audit harus dilaksanakan oleh auditor yang memiliki sikap independensi. Keberanian auditor melaporkan adanya kesalahan pada laporan keuangan tergantung pada independensi auditor. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktek akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Auditor tidak hanya berkewajiban mempertahankan sikap mental independen, tetapi harus menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan independensinya diragukan masyarakat. Independensi dapat diukur dari sejauh mana auditor dapat bersikap independen dalam melaksanakan proses audit tersebut. Kompetensi auditor adalah kualifikasi auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Trotter (1986) dalam Saifudin (2006) mendefinisikan bahwa orang yang berkompeten adalah orang dengan keterampilan mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Untuk dapat memiliki keterampilan, seorang auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Integritas juga merupakan kompenen profesionalisme auditor. Integritas adalah kepatuhan tanpa kompromi untuk kode nilai-nilai moral, dan menghindari penipuan, kemanfaatan, kepalsuan, atau kedangkalan apapun. Integritas diperlukan agar auditor dapat bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit serta kompetensi auditor didukung oleh pengetahuan, dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas (Sukriah, dkk 2009).

10 Kualitas audit merupakan suatu isu yang komplek, karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit, yang tergantung dari sudut pandang masing-masing pihak. Hal tersebut menjadikan kualitas audit sulit pengukurannya, sehingga menjadi suatu hal yang sensitif bagi perilaku individual yang melakukan audit. Secara teoritis kualitas pekerjaan auditor biasanya dihubungkan dengan kualifikasi keahlian, kecukupan bukti pemeriksaan yang kompeten, sikap independensinya dengan klien, serta sikap auditor yang bertindak jujur dan tegas dalam melaknanakan audit. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan membahas lebih lanjut dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Kompetensi, dan Integritas Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Banten). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah pengalaman kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit? 2. Apakah independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit? 3. Apakah kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit? 4. Apakah integritas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit?

11 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas audit secara signifikan. 2. Untuk mengetahui pengaruh independensi terhadap kualitas audit secara signifikan 3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit secara signifikan 4. Untuk mengetahui pengaruh integritas terhadap kualitas audit secara signifikan 5. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja, independensi, kompetensi, dan integritas terhadap kualitas audit? D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian yang dilakukan, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya: 1. Penelitian ini mencoba untuk memberikan bukti mengenai pengaruh pengalaman kerja, independensi, kompetensi dan integritas terhadap kualitas audit. 2. Bagi auditor, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai salah satu bahan evaluasi sehingga dapat meningkatkan kualitas audit.

12 3. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi konseptual dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya ilmu auditing. 4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan pada bidang auditing tentang pengaruh pengalaman kerja, independensi, kompetensi dan integritas terhadap kualitas audit selain sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi.