Menurut Sandy (1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan sesuatu, juga mengkikis bumi, sehingga akhirnya terbentuklah cekungan dimana air

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai

HIDROSFER Berdasarkan proses perjalanannya, siklus dapat dibedakan menjadi 3 jenis sebagai berikut :

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai untuk area konservasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB III LANDASAN TEORI

PENGEMBANGAN POTENSI SUMBERDAYA AIR PERMUKAAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

Jenis Jenis Sumberdaya Alam di Indonesia ( Pertemuan ke-3 )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HIDROSFER II. Tujuan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

Sungai dan Daerah Aliran Sungai

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB III LANDASAN TEORI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB 5: GEOGRAFI DINAMIKA HIDROSFER

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. dalamnya banyak, tetapi jenisnya kurang bervariasi (Kordi, 2008).

MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: KARAKTERISTIK LAHAN PASUT DAN LEBAK DARI SEGI ASPEK HIDROLOGI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

07. Bentangalam Fluvial

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

HIDROSFER. Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

H - H + Merupakan molekul dipolar, artinya 1 molekul memiliki 2 muatan yang berbeda yakni muatan + dan

Praktikum m.k Sedimentologi Hari / Tanggal : PRAKTIKUM-3 ANALISIS SAMPEL SEDIMEN. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila

Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TANAH. Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si.

Sumber : geosetia.blogspot.com Gambar 3.1 Morfologi Sungai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan 1.3 Pembatasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

JUDUL OBSERVASI ALIRAN DAS BRANTAS CABANG SEKUNDER BOENOET. Disusun oleh : Achmad kirmizius shobah ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

KONDISI UMUM BANJARMASIN

K I S I - K I S I U L A N G A N G E O G R A F I P r i s k a a n d r i n a / X i i s 2

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Wilayah BPSDA Pemali Comal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan

BAB IV GEOLOGI PANTAI SERUNI DAERAH TAPPANJENG. pedataran menempati sekitar wilayah Tappanjeng dan Pantai Seruni. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan lentik.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012

Praktikum Ekologi Perairan

bentos (Anwar, dkk., 1980).

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir dan Pantai Kawasan pesisir

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

Bencana Baru di Kali Porong

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI WILAYAH CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK

Transkripsi:

Menurut Sandy (1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan sesuatu, juga mengkikis bumi, sehingga akhirnya terbentuklah cekungan dimana air tertampung melalui saluran kecil dan atau besar, yang disebut dengan istilah alur sungai (badan sungai). Menurut Anonim (2003), sungai adalah tempat-tempat dan wadahwadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya sepanjang pengalirannya oleh daerah sempadan Menurut Forman dan Gordon (1983), morfologi pada hakekatnya merupakan bentuk luar, bagian dari bentuk luar sungai secara rinci dapat dipelajari melalui bagian-bagian dari sungai, yang sering disebut dengan istilah struktur sungai

Ekosistem sungai terdiri dari: Zona krenal (mata air) di hulu 1. Rheokrenal : mata air yang terbentuk air terjun 2. Limnokrenal : mata air yang berbentuk genangan air 3. Helokirinal : mata air yang membentuk rawa-rawa Zona rithral aliran sungai di pengunungan Zona potamal aliran sungai di daerah yang relatif lebih landai

Anak Sungai Bantaran/ sempadan Tebing Badan Perairan Tebing Bantaran/ sempadan Riparian/ riripan Floodplain Floodplain Riparian/ riripan Daratan Genangan pada Floodplain Daratan Tinggi air semu Tinggi air normal Bedrock Dasar perairan Zona Hyporheic/resapan Zona air tanah Bedrock

Sungai

1. Mengalir searah 2. Kederasan aliran (debit) seringkali berfluktuasi 3. Dasar sungai dan tepian tidak stabil 4. Bentuk memanjang 5. Relatif dangkal 6. Biota beradaptasi dengan aliran searah 7. Kekeruhan, konsentrasi oksigen, pertukaran nutrien lebih besar

Laju aliran secara perlahan menurun pada ketinggian yang lebih rendah dan volume air meningkat sampai arus yang besar akhirnya menjadi tenang. Sifat atau karakteristik sungai sangat dipengaruhi oleh laju aliran (Arus). Kecepatan kritis terjadi lebih kurang 50 cm/detik; Kecepatan arus> 50 cm/detik: 1. Dasar sungai terdiri atas partikel-partikel yang lebih besar dengan diameter > 5 mm 2. Dasar sungai keras dan berbatu Kecepatan arus <50 cm/detik: 1. Dasar sungai terdiri atas partikel-partikel yang lebih kecil atau halus dengan diameter < 5 mm 2. Dasar sungai lembut dan berpasir atau berlempung

Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera. Sungai

Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur Sungai

Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba. Sungai

Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak. Sungai

Sungai Awal Muda Dewasa Tua rejuvenation

Periode muda, terdapat di daerah hulu sungai, yang mempunyai ketinggian relief yang cukup besar. Ciri spesifiknya terdapatnya sayatan sungai yang dalam, disebabkan oleh penorehan air yang kuat dari air yang mengalir cepat dan daya angkut yang besar. Erosi tegak sering dijumpai, sehingga lebah curam berbentuk huruf (V) sering juga ditemukan. Contoh yang jelas di hulu Sungai Cipeles sekitar Cadas Pangeran Periode dewasa, dijumpai di bagian tengah sungai, yang dicirikan dengan pengurangan kecepatan aliran air, karena ketinggian relief yang berkurang. Daya angkut berkurang, dan mulai timbul pengendapan di beberapa tempat yang relatif datar. Keseimbangan antara kikisan dan pengendapat mulai tampak, sehingga di beberapa tempat mulai terjadi akumulasi material, arus akan berbelok-belok, karena endapan yang mengeras, dan di tempat endapan inilah yang sering terjadi meander Periode tua, di daerah hilir dengan ketinggian rendah, yang dicirikan tidak terjadi erosi tegak, dan daya angkut semakin berkurang, sehingga merupakan pusat-pusat pengendapan. Tekanan air laut di bagian muara sungai sering menyebabkan delta.

Kecepatan arus di hulu tinggi kecuraman topografi yang terbentuk semakin ke hilir lambat dasarnya landai Mulai dari hulu hilir terjadi peningkatan volume aliran air Subtrat dasar di hulu umumnya berbatubatu semakin ke hilir subtrat berupa partikel halus berupa lumpur

www.usda.gov/stream_restoration/chap1.html Fig. - 1.28r

Mean gradient Bed material size Boulders and cobbles www.usd.edu/esci/figures/158401.jpg Distance downstream Gravel Sand Silt www.shorelandmanagement.org/depth/rivers/04.html

Parameter-parameter fisik di atas mempengaruhi karakter dasar, laju pergerakan, kandungan oksigen air, temperatur air, dan turbulensi yang mengatur komposisi spesies dari ekosistem. Produser primer: diatome dan alga gelatinous hijau dan hijau biru yang membentuk komunitas Aufwuch (perifiton) pada permukaanpermukaan batuan Konsumer tingkat I: larva serangga yang mampu mempertahankan posisi mereka dalam arus yang deras 1. bentuk tubuh stream line 2. memiliki organ pengait atau penghisap 3. positive rheotaxasis berenang di bagian atas permukaan sungai 4. positive thigmotaxis berpegang atau menempel pada permukaan substrat

Kelompok tropik organisme komunitas sungai: 1. Autotrophs : makrophyta, alga penempel atau Aufwuch (perifiton) dan plankton 2. Microorganism: bakteri dan jamur (fungi) 3. Grazer: pemakan alga penempel 4. Shredders/pencabik: pemakan partikel besar dari tumbuhan 5. Collector/pengumpul: pemakan partikel halus- detritivor 6. Predator: pemangsa hewan lain Umumnya makanan di dalam sungai berasal dari ekosistem terestrial yang berdekatan melalui erosi detritus; erosi ini akan mempengaruhi karakter ekosistem lotic dengan mengatur suplai dan tipe makanan.

TERIMA KASIH

Praktikum Lab Bentuk dua Kelompok (Bagi absen) Buat rancangan ekosistem aquarium (aquascape) Aquarium milik mahasiswa Ornamen aquarium maks Rp. 100.000 Buat SPJ pembelian Ornamen aquarium dikumpulkan senin Presentasi rancangan pada pertemuan praktikum minggu depan Praktikum dimulai minggu pertama setelah UTS