BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Mendaki gunung adalah suatu kegiatan berpetualang di alam terbuka menuju

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang membutuhkan berbagai keterampilan antara lain kemampuan

S, 2015 PROFIL VO2MAX DAN PROFIL MENTAL TOUGHNESS PENDAKI PAMOR 14 PEAKS EXPEDITION IV

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mendaki gunung adalah suatu kegiatan berpetualang di alam terbuka

BAB I PENDAHULUAN. digemari oleh masyarakat Indonesia khususnya para pemuda dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Siti Nur Kholifah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX)

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan olahraga yang cukup populer, digemari dan paling

I. PENDAHULUAN. kodratnya dengan tidak bergerak dan tidak beraktivitas. Banyak manfaat

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. dengan tahapan yang tepat dapat meningkatkan fungsi organ tubuh ke arah yang lebih

2016 PROFIL KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK, KEKUATAN MAKSIMAL, POWER,

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

1. PENDAHULUAN. Kemampuan ini saling melengkapi satu sama lainnya karena setiap bola yang. dioper harus diterima dan dikontrol oleh rekan seregu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

TINJAUAN KEMAMPUAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2 MAX) ATLET PENCAK SILAT PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR (PPLP) SUMATERA BARAT TAHUN 2015 JURNAL

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Profil Kondisi Fisik Pemain Tim Persib Bandung U-21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Doli Nirwansyah, 2014

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB III METODE PENELITIAN. dan Kesehatan (FPOK) dan Gelanggang Olahraga Stadion Bumi Siliwangi

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfi Nuraeni, 2014 Uji Validitas Dan Reliabilitas Konstruksi Alat Ukur Power Endurance Lengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penunjang kegiatan sehari-hari, baik untuk bekerja, rekreasi maupun

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAHAN PENATARAN DI BPMD. OLEH: DRA. Hj. TITE JULIANTINE M.Pd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Irman Rediansyah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SURVEI TINGKAT GENERAL ENDURANCE ATLET SEPAKBOLA PADA KLUB CAKRA BUANA KOTA TULUNGAGUNG TAHUN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. POMNAS (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga semakin lama mendapat tempat di dunia kesehatan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga panjat dinding atau yang lebih dikenal dengan climbing

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

sebagainya. Menurut Susan M Sawyer et al, 2012 masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir mencapai puncaknya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan alam bebas mempunyai unsur-unsur olahraga melalui cabangcabang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu sarana dalam pembangunan bangsa, khususnya pembangunan dalam bidang jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia sejak zaman Yunani kuno sampai dewasa ini. Gerakan-gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN. aktif pada tingkat yang tepat untuk mempertahankan atau meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

BAB 1 PENDAHULUAN. Softball merupakan salah satu cabang olahraga yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ashari Nopdiana, 2015 Profil fisik dan teknik klub basket garuda kelompok putra usia tahun

BAB I PENDAHULUAN Yusni Arie Apriansyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat luas dan mulai digemari oleh para pemuda Indonesia,

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna. Tidak hanya kondisi fisik yang mesti dilatih, tetapi aspek lain pun perlu dilatih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2014 METODE SET SYSTEM DAN METODE SUPER SET SYSTEM KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN DAYA TAHAN OTOT:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses transfer falsafah dan sistem nilai,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaid Muksin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fisik dengan baik untuk memacu semangat belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

BAB I PENDAHULUAN. Futsal merupakan olahraga permainan yang di gemari oleh seluruh masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Khaerunnisa,2015

2015 PERBANDINGAN METODE CONTINOUS TRAINING DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN AEROBIK PADA ATLET SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. para atlet sepak bola yang berkualitas. Namun masih banyak yang harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga tenis meja merupakan olahraga yang cukup banyak. peminatnya di Indonesia. Dengan semakin banyaknya klub tenis meja di

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik berlebihan didefinisikan sebagai latihan atau aktivitas fisik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Latihan ladder drill Terhadap kelincahan dan Power Tungkai

I. PENDAHULUAN. masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain, yang lazim disebut. sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan dan mempertahankan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Latihan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS YO-YO INTERMITTENT RECOVERY TEST

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendaki gunung merupakan salah satu aktivitas berpetualang di alam terbuka menuju tempat yang lebih tinggi yaitu menuju puncak gunung. Seperti yang di ungkapkan Sumitro dkk (1997, hlm. 1) bahwa : Mendaki gunung adalah suatu kegiatan yang berorientasi pada alam terbuka dan mendaki ke tempat yang lebih tinggi merupakan tujuan utama aktivitas olahraga tersebut. Kegiatan mendaki gunung telah banyak dilakukan oleh orang-orang dari sejak zaman dahulu hingga sekarang. Di Indonesia sendiri kegiatan mendaki gunung mulai dikenal sejak tahun 1964 ketika pendaki Indonesia dan Jepang melakukan suatu ekspedisi gabungan dan berhasil mencapai Puncak Soekarno di Pegunungan Jayawijaya, Irian Jaya (sekarang Papua). Mereka adalah Soedarto dan Soegirin dari Indonesia, serta Fred Atabe dari Jepang. Negara Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak gunung di berbagai provinsinya menjadikan daya tarik tersendiri dalam kegiatan mendaki gunung. Tidak menutup kemungkinan kegiatan mendaki gunung bukan hanya para pendaki yang tergabung dalam organisasi saja yang melakukan pendakian tetapi dari berbagai kalanganpun bisa menjadikan pendakian gunung menjadi sebuah aktifitas yang digemari masyarakat. Setelah adanya hal tersebut mulai bermunculan perkumpulan pendaki gunung seperti Wanadri serta Mapala UI. Hingga saat ini perkumpulanperkumpulan pendaki gunung telah banyak berdiri di berbagai tempat. Pendaki gunung legendaris asal Inggris, sir George Leigh Mallory dalam Wijaya (2005, hlm. 1), menjawab dengan pendeknya mengapa dia tergila-gila mendaki gunung. because it there. Ujarnya. Jawaban yang singkat itu menunjukan betapa luas pengalamannya mendaki gunung dan berpetualang. Banyak orang yang pergi melakukan pendakian gunung untuk sekedar rekreasi mengisi waktu liburan, 1

2 observasi pengambilan data dari lingkungan alam bebas, dan banyak juga yang bertujuan untuk mencetak sebuah prestasi dengan melakukan ekspedisi atau mengikuti perlombaan mendaki gunung. Kebanyakan orang memandang seseorang yang suka mendaki gunung adalah orang yang hebat dan kuat, kerena mengangap orang yang mendaki gunung tersebut dapat melewati tantangan dari alam. Kadir (2003, hlm 1) menjelaskan : Penjelajah-penjelajah spektakuler yang menuju dan membuktikan betapa kuatnya anak manusia kalau ia mau. Dougscott, sir. Edmun Hillary, Naomi Uemura, Asmujiono, David Thompson dan Misrin adalah beberapa contoh kecil dari beberapa anak manusia yang kuat dan berani. Untuk melakukan aktivitas mendaki gunung membutuhkan ketermpilan, kondisi fisik, dan daya juang yang tinggi. Tantangan dan tingkat bahaya yang tinggi seakan menjadi ciri khas dari aktivitas ini. Namun, pada hakekatnya semua tantangan dan bahaya tersebut menguji kemampuan diri untuk dapat menyatu dengan alam. Keberhasilan suatu pendakian yang sulit berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan dalam melawan diri sendiri. Banyak pendaki gunung yang mencari sensasi dalam pendakiannya dan lebih menantang dari pendakian biasanya contohnya mendaki gunung dengan waktu yang lebih cepat. Abubakar (2015, hlm. 2) mengatakan : Mendaki gunung biasanya memakan waktu yang lama dan mengharuskan pendaki bermalam menggunakan tenda, namun sekarang mendaki gunung dapat dilakukan secara cepat atau yang disebut pendakian cepat. Pendakian cepat sudah menjadi jenis pendakian terbaru dalam dunia pendakian saat ini dan sering di jadikan sebuah kompetisi bagi pelakunya seperti Lomba Lari Lintas Alam, Kebut Gunung, MRU (Mount Rinjani Ultra), BTS Trail Run dan masih banyak lagi perlombaan mendaki gunung baik di dalam negeri hingga luar negeri. Tidak hanya perlombaan namun ada juga yang menjadikan pendakian cepat ini sebuah ekspedisi. Anggraeni (2009, hlm 14) menyatakan bahwa Ekspedisi ialah suatu perjalanan jauh dan panjang sehingga memakan waktu cukup lama yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk tujuan perjalanan ataupun ilmiah.

3 Seperti yang dilakukan UKM PAMOR (Pencinta Alam Mahasiswa Olahraga) yang melakukan ekspedisi pendakian cepat secara tim 14 puncak tertinggi 14 hari Pulau Jawa tahun 2007, 14 Puncak Pulau Jawa, Bali dan Lombok tahun 2008, 14 Puncak JABALO 10 hari tahun 2011, 14 Puncak JABALO 8 hari tahun 2014 dan 14 Puncak Gunung Bandung dalam tiga hari tahun 2015. Aktivitas pendakian cepat memiliki tingkat bahaya yang lebih tinggi, beresiko dan dibutuhkan kondisi fisik yang sangat baik, karena dalam pendakian cepat seorang pendaki menempuh jarak yang jauh, medan yang terjal, dan tekanan oksigen yang berkurang saat ketinggian bertambah, hal ini merusak pemenuhan kebutuhan oksigen dalam darah yang mengalir melalui paru-paru dan akhirnya mengakibatkan suplai oksigen berkurang ke otot yang sedang bekerja. Penelitian yang dilakukan oleh federation of sport at altitude telah menunjukan bahwa kekurangan oksigen diatas 10.000 kaki menyebabkan berkurang daya kekuatan otot sebanyak 25-40%. Selain itu dampak dari kekurangan oksigen dijelaskan oleh Mashuri dalam (http://mashuriweblog.wordpress.com/2007/06/01/high-altitude/) yang menyatakan bahwa : secara Level oksigen yang rendah merangsang ginjal untuk memproduksi erythropotein, dan selanjutnya merangsang sumsum tulang menghasilkan lebih banyak sel darah merah (polisitemia). Akan tetapi, keadaan ini kurang menguntungkan bagi tubuh karena peningkatan sel-sel darah merah menyebabkan darah menjadi kental (viskositas meningkat). Hal ini menimbulkan aliran darah didalam pebuluh darah menjadi lambat, sehingga mempermudah terjadinya penyumbatan pembuluh darah ( thrombosis). Mengingat hal tersebut, maka bagi pendaki gunung yang melakukan pendakian cepat sangat perlu memiliki kondisi fisik yang baik untuk mencapai keberhasilan pendakian cepat. Karena dengan memiliki kondisi fisik yang baik seperti yang dikemukakan oleh Harsono (Imanudin, 2008, hlm. 91) bahwa : Kondisi fisik yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan sistem organisme tubuh antara lain berupa : Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, dan komponen kondisi fisik lainnya. Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.

4 Akan ada pemulihan yang cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan. Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktuwaktu respon demikian diperlukan Dalam melakukan pendakian cepat mulai dari titik awal sampai di puncak dan kembali lagi para pendaki sering mentargetkan waktu pendakiannya sama seperti halnya dalam sebuah perlombaan waktu telah ditentukan oleh penyelenggara. Oleh karena itu pendakian cepat dilakukan tidak hanya dengan berjalan kaki tetapi di bantu dengan berlari agar pendakian lebih cepat untuk mencapai target waktu yang telah ditentukan. Pada umumnya seorang pendaki gunung membawa logistik makanan, alat masak, dan perlengkapan mendaki lainnya dalam keril atau ransel yang berbentuk kapsul untuk mendaki gunung yang berukuran 50 liter sampai 100 liter di punggungnya, namun dalam pendakian cepat logistik pendakian dibawa dengan menggunakan daypack atau hydropack dan beban yang dibawapun lebih ringan dibandingkan dengan pendakian pada umumnya sehingga memungkinkan pendaki bergerak lebih cepat. Bagi seorang pendaki yang melakukan pendakian cepat memang membutuhkan daya tahan yang baik karena pendaki tersebut menempuh jarak yang jauh dengan oksigen yang menipis diketinggian dan membutuhkan waktu berjam-jam. Kemudian kondisi trek atau jalur tanah dan berbatu membuat pendaki harus berhati-hati dalam berpijak. Disamping itu kondisi medan yang sangat terjal sehingga membutuhkan bantuan tangan untuk melewatinya, pohon yang tumbang melintang di jalur pendakian, akar pohon, batuan yang runcing, dan rintangan-rintangan yang harus dilewati oleh pendaki serta kondisi alam yang sulit untuk ditebak. Banyak pendaki cepat yang mengalami cidera karena terkilir, terjatuh, dan terpeleset saat melakukan pendakian. Penyakit Gunung Akut (PGA) juga menjadi ancaman dalam aktifitas pendakian gunung dengan gejala-gejala sakit kepala, mual dan muntah. Menurut Giriwijoyo dan Sidik (2013, hlm. 314) mengatakan bahwa : Penyakit gunung akut (PGA) dapat diminimalisir bila pendakian dari ketinggian rendah (<1500 m) ke ketinggian sedang (>2000 m) berlangsung lambat meliputi beberapa hari. Dari pendapat tersebut

5 bahwa melakukan pendakian gunung memerlukan waktu untuk aklimatisasi terhadap lingkungan namun dalam pendakian cepat proses aklimatisasi tidak membutuhkan waktu berhari-hari sehingga rentan terkena penyakit gunung akut. Mengingat hal tersebut, meningkatkan daya tahan adalah cara untuk mendukung dalam pelaksanaan pendakian cepat. Daya tahan merupakan kondisi fisik yang memiliki peranan dalam setiap aktivitas yang membutuhkan waktu lama. Melatih fisik guna meningkatkan daya tahan cardiovascular merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam pendakian cepat. cepat memiliki kondisi fisik yang baik merupakan hal yang wajib. Bagi seorang pendaki Memperbesar nilai VO 2 max merupakan upaya untuk meninggkatkan daya tahan cardiovascular. menurut DEPDIKBUD VO 2 max adalah Kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang aktif sehingga dapat dipergunakan pada proses metabolisme tubuh. Dari pemaparan tersebut mengenai pendakian cepat dengan mendaki gunung yang semakin tinggi semakin rendah kadar oksigennya tanpa adanya waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan, maka dari itu peneliti ingin mengungkapkan sejauh mana hubungan daya tahan cardiovascular terhadar waktu pendakian pada pendakian cepat di Gunung Bukit Tunggul, Gunung Sanggara dan Gunung Pangparang. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian ini peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran tingkat daya tahan cardiovascular pendaki cepat di UKM PAMOR? 2. Apakah terdapat hubungan antara daya tahan cardiovascular dengan waktu pendakian pada pendakian cepat di Gunung Bukit Tunggul, Gunung Sanggara dan Gunung Pangparang?

6 C. Tujuan Penelitian Penetapan dalam suatu tujuan kegiatan adalah penting sebagai tahap awal untuk kegiatan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan yang di jelaskan oleh Sugiyono (2009, hlm. 282) yaitu sebagai berikut: tujuan penelitian berkenaan dengan tujuan peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang di tulis. Mengacu pada rumusan masalah penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat daya tahan cardiovascular pendaki cepat di UKM PAMOR 2. Untuk mengetahui hubungan daya tahan cardiovascular terhadap waktu pendakian pada pendakian cepat di Gunung Bukit Tunggul, Gunung Sanggara dan Gunung Pangparang. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan keilmuan sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga dan komunitas penggiat alam terbuka yang berkecimpung dalam aktivitas pendakian khususnya pendakian cepat. 2. Secara praktis dapat dijadikan pertimbangan atau pedoman bagi para penggiat alam terbuka dan atlit pendaki cepat atau semacamnya dalam mempersiapkan melakuakan ativitas pendakian gunung khususnya yang dilakukan dengan cepat. E. Batasan Penelitian Batasan Masalah Penelitian Batasan penelitian dimaksudkan untuk memperjelas masalah masalah apa saja yang akan diteliti. Selain itu juga, diperlukan agar

7 permasalahan dapat terjangkau oleh penulis. Adapun batasan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini mengenai hubungan daya tahan cardiovascular seorang pendaki gunung dengan catatan waktu pada pendakian cepat di Gunung Bukit Tunggul, Gunung Sanggara dan Gunung Pangparang. 2. Populasi dan sampel penelitian ini adalah pendaki gunung anggota PAMOR yang pernah menjadi tim pendakian dalam ekspedisi pendakian cepat serta sering melakukan aktivitas pendakian cepat. F. Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang salah tentang istilah dalam penelitian ini maka perlu adanya kejelasan istilah. Istilah yang digunakan dalam peneletian ini sebagai berikut, yaitu: 1. Pendaki Gunung Menurut kamus besar (Bahasa Indonesia edisi tiga, 2001, hlm. 376) pendaki adalah orang yang menaiki gunung atau bukit. Pengertian gunung menurut kamus besar (Bahasa Indonesia edisi tiga, 2001, hln. 231) gunung adalah bukit yang sangat besar dan tinggi. Sedangkan menurut penulis pendaki gunung adalah orang yang melakukan perjalanan ke gunung untuk mencapai puncak sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan oleh pendaki tersebut. Pendaki juga bisa diartikan sebagai orang yang telah beberapa kali melakukan pendakian gunung sehingga dia mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam melakukan perjalanan ke gunung tersebut. 2. Pendakian Cepat Abubakar (2015, hlm. 2) mengatakan Mendaki gunung biasanya memakan waktu yang lama dan mengharuskan pendaki bermalam menggunakan tenda, namun sekarang mendaki gunung dapat dilakukan secara cepat atau yang disebut pendakian cepat. Dari definisi tersebut diketahui bahwa pendakian cepat ditentukan bukan dengan hitungan detik

8 atau menit tetapi dengan hitungan jam disesuaikan dengan jarak tempuh dan ketinggian gunung serta perlengkapan yang dibawapun lebih ringan cukup dengan menggunakan daypack atau hydropack yang berkapasitas 18 liter sampai 30 liter. 3. Daya Tahan Cardiovascular Daya tahan cardiovascular merupakan salah satu dari komponen kondisi fisik yang dibutuhkan bagi seorang atlet khususnya dalam cabang olahraga yang menghabiskan waktu lama. Menurut Sajoto (1988, hlm. 58) adalah : Kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, pernapasan, dan peredaran darahnya, secara efektif dan efisien dalam menjalankan kerja terus menerus. Yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot besar, dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama. G. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi dalam penulisan skripsi yang peneliti ambil adalah sebagai berikut: 1. BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab I ini dipaparkan mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan urutan penulisan yaitu latar belakang, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat peneltian, batasan penelitian dan definisi oprasional. 2. BAB II : KAJIAN TEORI Pada bab 2 peneliti menulis mengenai teori-teori yang mendukung dan berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Dalam bab 2 ini juga peneliti menuliskan hipotesis. 3. BAB III : METODE PENELITIAN bagian ini merupakan bagian yang bersifat procedural, pada bagian ini peneliti memaparkan metode yang digunakan, desain penelitian, menentukan populasi dan sampel, instrument penelitian, prosedur penelitian hingga langkah-langkah analisis data.

9 4. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menginformasikan dua hal yang utama, yakni hasil penelitian berdasarkan pada pengolahan dan analisis data serta pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. 5. BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bagian ini berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi yang menyajikan analisis penemuan penelitian dan mengajukan hal-hal yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian serta memberi rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran