BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memperoleh keturunan merupakan salah satu dari tujuan pernikahan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. satu tahun mencoba kehamilan dengan melakukan hubungan seksual secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Aisah, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (2012), infertilitas adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa nifas (Sulistyawati, 2009). Periode masa nifas meliputi masa

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami istri pada hakikatnya ingin. memiliki anak sebagai tujuan dan aspek penting dari

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan besar dalam kehidupan, dapat berdampak terhadap kualitas kehidupan

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

2015 GAMBARAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Tekanan psikologis dan kekhawatiran tentang infertilitas memiliki efek

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami-istri. Bagi seorang wanita kehamilan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa enam minggu sejak bayi lahir sampai saat organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama

KESEHATAN REPRODUKSI. Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. istimewa dalam kehidupan seorang calon ibu. Setiap pasangan menginginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2012) memprediksi, akan terjadi

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran (Kemenkes RI, 2014). Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB I 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran Kepuasan..., Dini Nurul Syakbani, F.PSI UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penerus keturunan keluarga. Kehamilan menurut Manuaba (2010) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

LAMPIRAN B DATA SUBJEK DAN KEEMPAT ANAK DI RSJ. SOEHARTO MEERJAN

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Diajukan Oleh : HIDAYATUL MUNAWAROH J.

BAB I PENDAHULUAN. Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Kesenjangan. tenaga non-medis seperti dukun maupun kyai, (Kurniawan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan tidak terkendali (Diananda, 2009). Kanker menjadi penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memperoleh keturunan merupakan salah satu dari tujuan pernikahan. Kehadiran anak merupakan hal yang sangat dinantikan, bukan hanya oleh pasangan yang menikah tetapi juga merupakan suatu tuntutan dari keluarga dan masyarakat. Terwujudnya kehamilan tidak terlepas dari peran reproduksi laki-laki dan perempuan, kesuburan dan kemampuan memiliki anak bisa dipengaruhi oleh masalah dari sistem reproduksi kedua belah pihak (Sadli, Rahman & Habsjah, 2006). Bentuk gangguan kesehatan reproduksi yang terjadi pada pasangan usia subur salah satunya adalah infertilitas. Infertilitas adalah suatu keadaan yang menyebabkan kegagalan konsepsi dari mulai hamil sampai melahirkan pada pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun yang tidak menghasilkan keturunan meskipun tidak mengikuti program keluarga berencana (Venkates, 2009; Zegers-Hochschild et al., 2009; Boivin et al., 2007). Pada International Conference on Population and Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo, dibuat kesepakatan bersama mengenai definisi kesehatan reproduksi sebagai kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan. Sejak saat itulah kesehatan reproduksi mendapatkan perhatian khusus (United Nations Population

2 Information Network (Popin), 2013). Implikasi dari hasil kesepakatan tersebut adalah setiap orang berhak memiliki kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya dan mampu memperoleh keturunan serta memenuhi keinginannya tanpa ada hambatan, kapan, dan berapa sering untuk memiliki keturunan. Pihak wanita atau istri sering dicurigai sebagai penyebab tidak adanya keturunan. Wanita menjadi fokus utama pembicaraan seputar keturunan atau belum hadirnya anak dalam perkawinan. Keadaan ini akan membuat pihak wanita mengalami tekanan yang berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikisnya. Menurut Domar (2007), infertilitas adalah suatu keadaan yang menekan terutama pada pihak wanita yang seringkali menyebabkan depresi, cemas dan lelah berkepanjangan. Pemeriksaan, pengobatan, dan penanganan yang terus menerus telah membuat wanita tersebut kehilangan kepercayaan diri dan perasaan serba tidak enak. Apabila hal ini berkelanjutan tanpa mendapat perhatian yang serius dari lingkungan sekitarnya, maka keadaan ini berpotensi untuk menimbulkan gangguan depresi pada pihak yang bersangkutan. Secara psikologis, kondisi infertilitas pada wanita dapat mengganggu kesehatan mental yang bermula dari perasaan tertekan secara mental, dan sosial termasuk depresi, kecemasan, agresivitas, perasaan bersalah, kurangnya harga diri, kurang percaya diri, keluhan psikosomatik, obsesi, kesulitan hubungan, dan ketidakpuasan seksual. Berduka dan depresi adalah respon yang paling sering dilaporkan pada 77% artikel, sedangkan kecemasan dilaporkan pada 40% dari artikel (Ramezanzadeh, 2010)

3 Pasangan infertil akan mengalami stres jangka panjang (kronis). Stres yang timbul sebagai dampak dari infertilitas ini bersumber dari beberapa hal, yang dapat dibedakan menjadi stresor internal dan stresor eksternal. Stresor internal berupa diperlukannya biaya pengobatan yang tinggi, harus meluangkan waktu khusus, disiplin yang harus dipatuhi untuk menjalani serangkaian pemeriksaan, dan pengobatan, serta harapan yang terlalu tinggi untuk mempunyai anak. Stres infertilitas dikaitkan dengan pengalaman menjalani perawatan kesuburan, serta faktor-faktor lain yang terkait termasuk biaya dan tingkat keberhasilan. Hal tersebut merupakan stresor penting yang dapat mengakibatkan stres bagi banyak pasangan. Berbagai macam pemeriksaan dan pengobatan medis sebagai upaya untuk mengatasi masalah infertilitas dijalani oleh wanita namun tidak semua akan segera memperoleh keturunan, sehingga keadaan ini akan menimbulkan stres pada wanita. Stresor eksternal yang berupa tuntutan dari orang tua, mertua, saudara, dan tetangga merupakan penyebab dari munculnya distres pada wanita dengan infertiitas (Malpani, 2004). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Arthur et al., 2011) di mana hasil penelitian ini menemukan bahwa wanita mengikuti Terapi Reproduktif Berbantu (TRB) mempunyai tingkat distres yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak merasa bermasalah dengan infertilitasnya dan tidak mengikuti terapi. Kondisi infertilitas merupakan pengalaman yang penuh ketegangan (stressful) karena pasangan mempersepsikan masalah infertilitas sebagai ancaman terhadap kesejahteraan mereka. Ketegangan tersebut disebabkan karena adanya perasaan-

4 perasaaan kehilangan yang dimanifestasikan sebagai perasaan kehilangan identitas seksualnya, harga diri, konsep diri, hubungan dengan pasangan, keluarga, teman serta karir dan dapat berlanjut pada kehilangan kontrol diri terhadap tujuan hidup (Lowdermilk, Perry & Bobak 2004; Watkins & Baldo, 2004). Infertilitas terjadi pada 80 juta lebih populasi manusia di dunia yang di setiap negara kisarannya bervariasi antara kurang dari 5% sampai dengan lebih dari 30%, di Indonesia terdapat 13-25,3% perempuan usia 25-34 tahun dan 8,2-8,8% perempuan usia 35-44 tahun dengan status menikah dan tidak mempunyai anak yang menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 dapat digunakan sebagai informasi infertilitas (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2010; Hidayah & Hadjam, 2006). Studi pendahuluan data rekam medis yang dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta selama tahun 2012 menunjukkan bahwa angka kunjungan pasien yang mengalami infertilitas sejumlah 91 pasien. Studi pendahuluan juga dilakukan terhadap beberapa wanita infertil di Yogyakarta pada tanggal 6 Mei 2013. Hasil studi pendahuluan tersebut didapatkan hasil bahwa dari dua wanita infertil menyatakan mereka merasa berbeda dengan wanita yang lain, merasa iri dan cemburu dengan wanita lain yang telah memiliki anak. Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta karena masih terdapatnya stigma atau pandangan di masyarakat Jawa khusunya Yogyakarta bahwa wanita adalah penyebab infertilitas. Kondisi seperti ini menimbulkan rasa kecewa yang terkadang membuat sedih hingga menangis dan mudah tersinggung jika ada pernyataan orang lain yang membandingkan dirinya

dengan wanita lain yang sudah memiliki anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Sara 5 Lynne Rieder Bennett (2008) yang menemukan bahwa wanita yang memegang peran tradisional lebih stres dari pada yang moderat Kondisi tersebut di atas menarik perhatian peneliti sehingga peneliti menganggap penting untuk menganalisa faktor distres infertilitas pada wanita infertil yang akan penulis tuangkan ke dalam penelitian yang berjudul " Analisis distres pada wanita infertil di Poliklinik Permata Hati RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Infertilitas merupakan masalah yang komperhensif yang di dalamnya melibatkan banyak hal, di antaranya adalah faktor psikososial. Masih terdapatnya stigma atau pandangan di masyarakat Jawa khususnya Yogyakarta bahwa wanita adalah penyebab infertilitas. Stigma tersebut akan menambah beban psikologis dan menyebabkan stres pasa wanita dengan infertilitas. Infertilitas bisa dialami oleh setiap individu dan dapat menjadi stresor tersendiri bagi wanita yang mengalaminya. Hal tersebut berasal dari stresor internal dan eksternal. Stresor internal berupa keinginan dari diri sendiri untuk mempunyai anak dan hal yang berkaitan dengan pengalaman menjalani perawatan kesuburan. Stresor eksternal berupa tuntutan dari lingkungan dan keluarga. Faktor resiko yang lain yang bisa menimbulkan stres pada pihak perempuan adalah lama infertilitas dan lamanya terapi infertilitas. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalahnya adalah

6 bagaimana gambaran distres wanita dalam menghadapi keadaan infertilitas dan adakah hubungan antara durasi infertil, terapi infertil serta sumber infertil dengan distres pada wanita infertil yang sedang menjalani pemeriksaaan dan terapi di Poliklinik Permata Hati RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mendapatkan gambaran distress pada wanita yang menghadapi masalah infertilitas yang sedang menjalani pemeriksaaan dan terapi di Poliklinik Permata Hati RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis hubungan antara durasi infertil dengan distres pada wanita infertil yang sedang menjalani pemeriksaaan dan terapi di Poliklinik Permata Hati RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. b. Menganalisis hubungan antara terapi infertil dengan distres pada wanita infertil yang sedang menjalani pemeriksaaan dan terapi di Poliklinik Permata Hati RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. c. Menganalisis hubungan antara sumber infertil dengan distres pada wanita infertil yang sedang menjalani pemeriksaaan dan terapi di Poliklinik Permata Hati RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis bagi keperawatan maternitas: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan bermanfaat bagi perkembangan dunia ilmu keperawatan maternitas, terutama sisi psikologis wanita infertil. 2. Manfaat secara praktis a. Manfaat bagi Rumah Sakit Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi praktik keperawatan, terutama agar asuhan keperawatan pada wanita infertil bisa lebih komperhensif tidak hanya sisi biologis dan fisik saja, namun juga menyangkut psikologis dan sosial, sehingga akan ada peningkatan kerja sama (Interprofessional Collaboration) antara perawat, dokter dan psikoterapis dalam merawat klien infertil. Rumah Sakit diharapkan dapat membuat satu sistem pelayanan yang komperhensif meliputi upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif pada kondisi infertilitas. b. Manfaat bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan dan dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya terkait tema infertilitas. c. Manfaat bagi responden Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta kontribusi bagi wanita infertil sehingga dapat menjalani infertilitas secara lebih adaptif.

8 E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang hampir sama dengan penelitian ini bisa dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Keaslian penelitian No PENELITI/ TAHUN 1. Purnamawati (2005) 2. Arthur L. Greil, Julia McQuillan, Michele Lowry, and Karina M. Shreffler (2011) 3. Sara Lynne Rieder Bennett (2008) JUDUL HASIL PERBEDAAN Perbedaan derajat depresi antara suami dan istri pada pasangan suami suami istri dengan masalah infertilitas di poli obsgin RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Infertility treatment and fertility-specific distress: a longitudinal analysis of a populationbased sample of u.s. women An investigation of sources of women s iinfertilityspecific distress and well-being Derajat depresi pada istri lebih tinggi daripada suami serta ditemukannya faktor resiko depresi pada istri adalah lama infertilitas dan lamanya terapi infertilitas Wanita mengikuti Terapi Reproduktif Berbantu (TRB) mempunyai tingkat distres yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak masalah dengan infertilitasnya dan tidak mengikuti terapi Wanita yang memegang peran tradisional lebih stres dari pada yang moderat. Variabel desain penelitian, analisa data instrumen berbeda Variabel, Metode penelitian dan tempat berbeda Metode penelitian dan tempat berbeda