BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pemakai informasi laporan keuangan meliputi: investor,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses pencatatan transaksi

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pemakai informasi laporan keuangan meliputi: investor,

BAB I PENDAHULUAN. layanan transportasi, baik itu transportasi darat, laut maupun udara. Semuanya

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia merupakan salah satu wadah berinvestasi yang baru

BAB I PENDAHULUAN. ukur bagi investor untuk menilai suatu perusahaan (Irwan, 2013). Pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi. tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemegang saham

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan kondisi perekonomian dunia usaha, baik perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. buku satu periode. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuannya, perusahaan selalu berusaha memaksimalkan laba.

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini sangat berpengaruh pada dunia usaha untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bersaing guna mempertahankan efisiensi dan kelangsungan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. termasuk juga di Indonesia. Selama krisis finansial global tersebut, sektor

BAB I PENDAHULUAN. yang disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) sebagai badan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak pihak diluar korporasi. Dalam penyusunan laporan

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manajemen adalah dengan melakukan pengaturan laba.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meninjau dan mengevaluasi kinerja suatu manajerial dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada para stakeholder, laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (Brigham dan Houston, 2006:68). Hal ini salah satunya dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terkandung di dalamnya tidak menampilkan informasi yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Pasar modal perusahaan real estate and property di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1,

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang dan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP (Kantor Akuntan Publik) sebelum

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan harga saham. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sebenarnya. Oleh karena itu laporan keuangan menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perusahaan memiliki kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang dibutuhkan bagi stakeholder dan shareholder dalam pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan perusahaan merupakan kunci utama bagi stakeholder untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Asean (MEA) di tahun 2016 lalu meningkatkan tuntutan bagi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban bagi penyaji laporan keuangan untuk dapat memenuhi harapan para

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan. GCG pada dasarnya merupakan suatu sistem (input,

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Istilah Good Corporate Governance (GCG) kian populer dan ditempatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB I. perusahaan dengan membayar bunga yang lebih besar (Vito, 2014). harus dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan modal (Andhika, 2014).

Kasus Terungkapnya Skandal PT. Waskita Karya. pelaksanaan implementasi Good Corporate Governance (GCG) BUMN,

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan atas usaha yang dijalankannya. Tujuan-tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan keuangannya. Febryani dan Zulfadin (2003) dalam Cornelius

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. internal (Belkaoi, 2006 dalam Prastiti, 2013). 1, informasi laba merupakan sasaran utama dalam menilai kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan pasar modal pada beberapa tahun terakhir di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memulai usahanya. Salah satunya perusahaan yang. bergerak di bidang manufaktur yang kian semakin pesat dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 3.1 Latar Belakang. perusahaan dan kemakmuran pemilik perusahaan adalah salah satu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. kalangan menengah kebawah hingga kalangan menengah keatas. Selain

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan suatu sistem informasi yang relevan dan bermanfaat bagi pemakai informasi laporan keuangan meliputi: investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat umumnya. Laporan keuangan digunakan sebagai acuan para investor menilai sebuah perusahaan. Semakin banyaknya perusahaan yang harus melaporkan ke publik, semua perusahaan berusaha membuat laporan keuangan perusahaannya menjadi baik. Salah satunya dengan melakukan manajemen laba. dimana perusahaan menggunakan teknik tersebut untuk melakukan kecurangan, akibatnya investor salah membeli saham pada perusahaan. Manajemen laba merupakan cara yang digunakan manajemen untuk meningkatkan nilai laporan keuangan. Scott (2009:409) 1 menyatakan terdapat banyak alasan yang mendasari manajemen melakukan manajemen laba. Dari sisi teori kontrak, manajemen laba dapat digunakan sebagai jalan untuk memperkecil biaya untuk melindungi perusahaan dari konsekuensi kontrak yang dilakukan dan dari sisi laporan keuangan manajer dapat mengubah nilai pasar perusahaan melalui tindakan manajemen laba. Manajemen laba umumnya dilakukan dengan 4 1 Rahmat Haryo Wibowo, 2009. Manajemen Laba dan Relevansi Nilai Informasi Akuntansi Laba dan Nilai Buku. Jurnal Akuntansi, Universitas Brawijaya. Vol 6, No 4, Hal 7. 1

2 (empat) pola, yaitu: big bath, minimisasi laba (income minimization), maksimisasi laba (income maximization), dan perataan laba (income smoothing). Deteksi atas kemungkinan dilakukanya manajemen laba dalam laporankeuangan, diteliti melalui penggunaan estimasi total akrual. Total akrual terdiri dari nondiscretionary accrual (normal akrual) dan discretionary accrual (abnormal akrual). Menurut Satwika dan Damayanti (2005) 2, normal akrual merupakan pengakuan akrual yang wajar dan tunduk pada suatu standar atau peraturan akuntansi yang berlaku umum. Sebaliknya, abnormal akrual merupakan pengakuan akrual yang bebas, tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen. Akrual yang digunakan untuk melakukan manajemen laba adalah discretionary accrual (abnormal akrual), contohnya percepatan pengiriman barang agar perusahaan dapat mengakui pendapatan lebih awal. Motivasi manajemen melakukan manajemen laba adalah adanya program bonus, perusahaan akan go public, motivasi perjanjian utang, pergantian CEO, meningkatkan kepercayaan kreditor dan investor, ataupun menghindari pajak dan kebijakaan pemerintah (Scoot, 2006) 3. Menurut Scoot (2006), manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari Standar Akuntansi Keuangan yang ada dan secara alamiah dapat memaksimalkan utilitas mereka atau nilai pasar perusahaan. Manajemen memanfaatkan fleksibilitas yang 2 Yufenti Oktavia, 2009. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap manajemen laba. Jurnal akuntansi. Jurusan akuntansi. Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya. Hal : 3, Vol :14 3 ibid

3 diperbolehkan oleh standar akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk modifikasi laba yang dilaporkan. Fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi di pasar modal Indonesia, khususnya pada emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Contoh kasus terjadi pada PT Kimia Farma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal, 2002) 4, diperoleh bukti bahwa terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk, berupa kesalahan dalam penilaian persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan, dimana dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar. Kasus yang sama juga pernah terjadi pada PT Indofarma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam terhadap PT Indofarma Tbk. (Badan Pengawas Pasar Modal, 2004) 5, ditemukan bukti bahwa nilai barang dalam proses diniliai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar Rp 28,87 miliar. Akibatnya penyajian terlalu tinggi (overstated) persediaan sebesar Rp 28,87 miliar, harga pokok penjualan disajikan terlalu rendah (understated) sebesar Rp 28,8 miliar dan laba bersih disajikan terlalu tinggi overstated dengan nilai yang sama. Kejadian yang sama juga terjadi di Asia pada tahun 1997, banyaknya perusahaan yang bangkrut memicu terjadinya krisis ekonomi yang diyakini 4 Erwin Yulianto, Senin, 21 Maret 2011. 8:18:00 AM. Praktik-praktik manajemen laba. http: //estehmanishangatnggakpakegula.blogspot.com//2011/03/manajemen-laba-baik-atau-buruk-5.html 5 ibid

4 karena kegagalan sistem tata kelola perusahaan, krisis tersebut juga dialami di Indonesia yang menjadikan Corporate Governance sebagai sebuah isu penting dikalangan para eksekutif, konsultan korporasi, akademis dan regulator (pemerintah) di berbagai dunia. Banyak kasus yang terjadi di Indonesia mengenai kegagalan mekanisme Good Corporate Governance. Pada perusahaan Sinar Mas Group, Melakukan pelanggaran kegagalan mengumunkan kepada publik informasi material berupa penandatanganan perjanjian penyelesaian dengan krediturnya, tidak mengumumkan laporan keuangan tahunan dan tidak menginformasikan kepada Bapepam mengenai gugatan piutang dagang dalam jumlah yang cukup material. 6 Pada perusahaan Indomobil, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memutuskan bahwa tender penawaran saham perusahaan ini mengandung praktik persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan pemegang tender. Pada perusahaan Lippo Bank, Menerbitkan 3 versi laporan keuangan sekaligus yang saling berbeda antara satu dengan yang lain, yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan dalam media massa, dilaporkan pada Bapebam, dan kepada manajer perusahaan. Sumber : Sri Sulistyanto (2008) 7 Tidak hanya itu saja, masih banyak kasus yang terjadi di Indonesia yang menunjukkan bahwa Good Corporate Governance (GCG) di Indonesia ternyata masih sekedar formalitas belaka. Terungkapnya skandal Waskita Karya, salah 6 Sri sulistyanto, manajemen laba : Teori dan Model Empiris tahun 2008. Grasindo 7 Ibid

5 satu BUMN Jasa Kontruski yang diduga melakukan rekayasa laporan keuangan patut dicermati secara mendalam. Di tengah gembar gembor pelaksanaan implementasi GCG BUMN, kasus ini memberikan tamparan keras untuk kementerian Negara BUMN. Kasus Waskita, yang disebut-sebut sebagai Enronnya Indonesia menunjukkan bahwa Kementerian Negara BUMN perlu berupaya lebih keras lagi dalam implementasi GCG di BUMN. 8 Terbongkarnya kasus ini berawal saat pemeriksan kembali neraca dalam rangka penerbitan saham perdana tahun lalu. Direktur utama Waskita yang baru, M. Choliq yang sebelumnya menjabat Direktur Keuangan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk, menemukan pencatatan yang tak sesuai, dimana ditemukan kelebihan pencatatan Rp 400 miliar. Direksi periode sebelumnya diduga melakukan rekayasa keuangan sejak tahun buku 2004-2008 dengan memasukkan proyeksi pendapatan proyek multitahun ke depan sebagai pendapatan tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pihak-pihak yang melakukan internal kontrol mulai dari Dewan Komisaris sampai dengan Internal Audit tidak melakukan fungsinya dengan baik. Hal ini patut disayangkan mengingat GCG merupakan alat kontrol yang menciptakan check and balances yang digunakan dalam pengawasan pengelolaan perusahaan. 8 Mohammad Fajri M. P, 27 September 2009, 15:32:31. Kasus Waskita dan Kelemahan Implementasi GCG Indonesia. Link:, Akses Link :http//www.hrcentro.com/artikel/kasus_waskita_dan_kelemahan_implementasi_gcg_indonesia_0909 27.html, 00:28 am, 5 Desember 2013.

6 Contoh kasus lain yang terjadi di Indonesia saat ini (2013) 9 mengenai penerapan Good Corporate Governance (GCG) adalah PT. Garuda Indonesia. PT. Garuda Indonesia Tbk yang kontraproduktif dengan Good Corporate Governance seperti yang diiklankan di media televisi dan media cetak. Pertama, kisruh sejumlah pilot lokal yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda (APG). Para awak pilot ini, bahkan sempat melakukan mogok setengah hari setelah melakukan pertemuan antara Direktur Utama Emirsyah Satar yang dimediasi oleh Menteri BUMN Mustofa Abu Bakar. Kedua, dalam laporan keuangan tengah tahun, PT. Garuda Indonesia (Persero) mengalami kerugian sepanjang semester pertama sebesar Rp 185,73 miliar. Pendapatan Garuda sebenarnya naik dari 7,75 triliun menjadi Rp 11,21 triliun. Namun beban usaha Garuda, juga melonjak tinggi dibanding periode sebelumnya. Dua berita ini, sangat menggelitik dan sangat tidak elok. Karena selama ini perusahaan plat merah ini katanya telah menerapkan prinsip GCG, sehingga meraih penghargaan sebagai The Most Trusted Company dua kali berturut-turut pada 2009 dan 2010. Dengan penghargaan itu, Garuda dianggap sangat terpercaya dalam transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan fairness. Namun kedua berita tersebut menunjukkan bahwa GCG garuda hanya slogan. Faktor lain yang mempengaruhi GCG terhadap praktik manajemen laba yaitu ukuran perusahaan. Terdapat dua pandangan tentang bentuk ukuran 9 Kompas.com, 2013. Sumber: maskapai penerbangan PT. Garuda Indonesia Tbk. GCG Garuda, Jangan Sekedar Slogan. Link: http://m.kompasiana.com/post/read/385590/gcg-garuda-jangan-sekedarslogan,akses link 23:57 pm, 4 Desember 2013

7 perusahan terhadap manajemen laba. Pandangan pertama, ukuran perusahaan yang kecil dianggap lebih banyak melakukan praktik manajemen laba daripada perusahaan besar. Hal ini dikarenakan perusahaan kecil cenderung ingin memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik agar investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat (Nasution dan Setiawan, 2007) 10. Penelitian mengenai efektifitas good corporate governance dan pengaruhnya terhadap manjemen laba, dilakukan oleh Ujiyantho dan Pramuka (2007) 11. Hasil yang diungkapkan menurut Ujiyantho dan Pramuka (2007) mengungkapkan bahwa keberadaan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba artinya keberadaan komisaris independen pada dewan komisaris akan mengurangi tindakan manajemen laba. Hasil penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba juga berbeda beda. Dari hasil yang dilakukan oleh Rahmawati dan Baridwan (2006) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba perusahaan. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil 10 Robert Jao, 2010. Corporate Governance, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing. Universitas Hasanuddin. Hal 5, Vol 8. 11 Eka Setiana, 2008. Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada perusahaan Perbankan. Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. Vol 2, No 1, Hal:2

8 penelitian yang dilakukan Siti Amaliyah (2012) 12 yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Kesimpulannya, Ukuran Perusahaan tidak bepengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan kontruksi dan bangunan yang tergabung dalam BEI 2008-2012. Penelitian ini menggunakan perusahaan real estate dan property sebagai objek penelitian mulai dari tahun 2011-2012. Alasan peneliti memilih perusahaan ini karena perusahaan real estate dan property memiliki prospek yang cerah di masa yang akan datang dengan melihat potensi jumlah penduduk yang terus bertambah besar sebanyak 241 juta jiwa, semakin banyaknya pembangunan di sektor perumahaan, apartemen, pusat-pusat perbelanjaan, gedung-gedung perkantoran dan memiliki rasio kepemilikan rumah yang cukup rendah sehingga banyak perusahaan yang mengalami kenaikan hutang sebagai salah satu bentuk pengembangan usaha sehingga membutuhkan tambahan dana dari luar yaitu hutang. Total Kebutuhan rumah per tahun dapat mencapai 2,6 juta unit di dorong oleh pertumbuhan penduduk. Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini pada bisnis real estate dan property sangat menarik untuk diamati karena terjadinya krisis finansial global 2008 13 yang dimulai dari Amerika Serikat akibat subprime mortgage yang menjalar 12 Siti Amaliyah, 2013. Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap manajemen laba pada Perusahaan Kontruksi dan Bangunan. Jurnal Akuntansi. Universitas Brawijaya. Vol 5, No 1 13 Aang Ananda Suherman, 2008. Kasus Property dan Real Estate. Jurnal akuntansi dan bisnis. Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya. Hal : 3, Vol : 8.

9 keseluruh dunia termasuk Indonesia, yang juga berdampak pada bisnis real estate dan property Indonesia. Namun hal ini tidak menyurutkan perkembangan bisnis real estate dan property untuk terus melakukan ekspansi. Hal ini terjadi karena para pengembang bisnis real estate dan property percaya bahwa krisis yang terjadi tidak akan mengguncang perekonomian Indonesia apalagi menghancurkanya seperti yang terjadi pada tahun 1998 dimana jatuhnya sektor property di Indonesia. Ekspansi bisnis real estate dan property dari tahun pascakrisis 2003 hingga 2008 terus meningkat, Pengingkatan ini terutama digerakkan oleh banyaknya pembangunan berbagai proyek seperti perumahan, apartemen, pusatpusat perbelanjaan (mall dan trade center), gedung perkantoran dan lain-lain. Perkembangan yang terus-menerus ini bisa dilihat dalam tempo waktu 2 tahun (2007-2009) tidak kurang dari 33.000 unit rumah susun sederhana milik (rusumami) diluncurkan oleh para pengembang selain itu keyakinan para pebisnis real estate dan property pada tahun 2009 pemerintah akan membuat kebijakan terobosan yaitu membuka akses yang lebih luas bagi investor asing untuk masuk ke bisnis property Indonesia. 14 Fenomena lainnya di perusahaan property dan real estate yaitu, Kisruh pembayaran surat utang antara kreditor dan manajemen PT Bakrieland 14 Ibid

10 Development Tbk (ELTY) akhirnya membuat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 15 angkat suara. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mendesak perusahaan untuk memberikan laporan terbuka kepada publik. Sebagai perusahaan terbuka yang sudah mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), keterbukaan diperlukan agar investor bisa melihat kondisi perusahaan secara langsung. Ketentuannya sudah jelas, peraturannya pun sudah ada di OJK. Bagi perusahaan terbuka, setiap kejadian penting yang bisa memberi pengaruh kepada publik, harus diungkapkan ke publik, Nurhaida (27/9/2013). Nurhaida menjelaskan, semua yang berkaitan dengan keterbukaan informasi akan berdampak pada pasar. Namun diakui OJK, manajemen ELTY sudah memberikan laporannya kepada OJK. Keterbukaan informasi bisa lewat Public Expose atau dari website. Adapun laporannya juga sudah kami terima. Untuk saat ini, OJK mengaku tidak bisa mengintervensi persoalan utang yang tengah melilit perusahaan. Persoalan itu sudah diberikan dan ditanggung oleh perusahaan yang terkait. Motivasi peneliti dalam penelitian ini adalah ingin melihat bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. 15 Riza Khairi, Jumat, 23 September 2013, 07:53 pm. OJK minta BakrieLand terbuka dalam kasus utang oblogasi. http: suarapengusaha.com/2013/09/27/ojk-minta-bakrieland-terbuka-dalam-kasusutang-obligasi. Akses Link : 1/23/2014, 1:29 pm.

11 Berdasarkan fenomena diatas serta adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian, membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2011-2012. B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1. Identifikasi Masalah Dari hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang, dapat di identifikasi masalah-masalah sebagai berikut : a. Tindakan manajemen laba banyak di lakukan di perusahaan besar yang sudah go public. b. Manajemen laba dilakukan karena adanya program bonus, perusahaan akan go public, motivasi perjanjian utang, pergantian CEO, meningkatkan kepercayaan kreditor dan investor, ataupun menghindari pajak dan kebijakaan pemerintah. c. Pihak-pihak yang melakukan internal kontrol mulai dari Dewan Komisaris sampai dengan Internal Audit tidak melakukan fungsinya dengan baik. d. Tidak hanya pada perusahaan perbankan saja yang penerapan Good Corporate Governance-nya masih lemah tetapi juga perusahaan BUMN berdasarkan fenomena yang ada dan dilihat dari penelitian sebelumnya.

12 e. Perusahaan property dan real estate mempunyai masalah yang cukup kompleks. f. Kebanyakan perusahaan menyadari pentingnya Good Corporate Governance (GCG), tetapi mereka menerapkan GCG hanya karena dorongan regulasi dan menghindari sanksi yang ada. (Menurut Infobanknews.com, 2010) 2. Pembatasan masalah Untuk menentukan arah pembahasan yang lebih baik, mengingat luasnya keterkaitan yang mungkin dicakup pada pokok permasalahan yang diajukan, yaitu sebagai berikut : a. Penelitian dilakukan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Penulis hanya membahas pengamatan tentang pengaruh corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. c. Observasi yang dilakukan yaitu pada periode 2011 sampai dengan 2012. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah di uraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan yang ada untuk mencari jawaban atas serangkaian pertanyaan berikut :

13 1. Apakah model ini dapat diterima? 2. Apakah terdapat pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012? 3. Apakah terdapat pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012? 4. Apakah terdapat pengaruh dewan komisaris terhadap manajemen laba pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012? 5. Apakah terdapat pengaruh dewan direksi terhadap manajemen laba pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012? 6. Apakah terdapat pengaruh komite audit terhadap manajemen laba pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012? 7. Apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui model penelitian dapat diterima. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Kepemilikan Manajerial, terhadap manajemen laba.

14 3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap manajemen laba. 4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Dewan Komisaris terhadap manajemen laba. 5. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Dewan Direksi terhadap manajemen laba. 6. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Komite Audit terhadap manajemen laba. 7. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. E. Manfaat dan Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagi para pengguna informasi (pemegang saham, manajer, kreditur, karyawan) untuk memahami pentingnya good corporate governance dalam memberikan suatu keputusan yang tepat dan bijaksana. 2. Bagi bidang akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian selanjutnya dan memberikan kontribusi bagi pengembangan teori. 3. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pengaruh good corporate governance dan ukuran

15 perusahaan terhadap manajemen laba pada Perusahaan Property dan Real Estate di Indonesia. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mempermudah pembaca dalam mendapatkan gambaran umum dari keseluruhan penulisan. Maka akan disampaikan secara ringkas tentang sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menguraikan tentang hal-hal yang menjadi Latar belakang, Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis memberikan penjelasan tentang landasan teori good corporate governance, ukuran perusahaan dan manajemen laba, kajian-kajian penelitian terdahulu, kerangka pikir penelitian, dan pengembangan hipotesis. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini penulis menguraikan tentang waktu dan tempat penelitian, variabel- variabel penelitian (variabel independen dan variabel dependen) dan definisi operasional variabel, populasi dan sampel penelitian, jenis data yang digunakan

16 untuk penelitian, sumber data penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis untuk penelitian. BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menguraikan tentang profil perusahaan-perusahaan manufaktur yang meliputi sejarah singkat perusahaan, aktivitas ekonomi perusahaan serta tingkat laba perusahaan. BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan mengenai analisa dan hasil penelitian berupa statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik, serta pengujian hipotesis data. BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang dilakukan dan diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak terkait.