BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penduduk, dan sekaligus menambah jumlah penduduk usia lanjut. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi mempermudah manusia dalam kehidupan sehari hari,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. dunia industri secara global. Tiap tahun angka pekerja terus meningkat yaitu

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia (lanjut usia)

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan serius di

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Sumbodo, 2007). Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah faktor risiko untuk stroke dan. myocard infarct(mi) (Logmore, 2010).Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara dan kesejahteraan rakyat adalah meningkatnya usia harapan hidup, hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (Komnas Lansia, 2010). Pembangunan manusia merupakan proses pembangunan yang bertujuan agar manusia memiliki kemampuan dalam berbagai bidang. Pembangunan dibidang kesehatan adalah upaya untuk mencapai kemampuan untuk hidup sehat bagi semua penduduk dalam mewujudkan kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Menurut Undang-Undang Kesejahteraan Lanjut Usia nomor tiga belas tahun 1998, yang dimaksud penduduk lanjut usia adalah penduduk yang berusia 60 tahun keatas. (Depsos, 2006) Usia harapan hidup di Indonesia lebih dari 69 tahun dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun. (Bappenas, 2005). Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia merupakan sebuah fenomena dunia. Pada negara yang berkembang, terjadi peningkatan jumlah penduduk pada 45 tahun yang akan datang dimana yang meningkat pesat adalah penduduk diatas 80 tahun (United Nations dalam Hermalin et.al, 2006). 1

Hal ini tentunya akan diikuti dengan pertambahan jumlah penduduk usia lanjut. Pada tahun 2010, jumlah lansia di Indonesia mencapai 23 juta jiwa dan diprediksi akan meningkat hingga lebih dari 28 juta jiwa bahkan 73,6 juta pada tahun 2050 (Fatmah, 2010). Adanya peningkatan jumlah penduduk lanjut usia dan meningkatnya usia harapan hidup maka diperlukan perhatian lebih untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan masalah yang terjadi pada lansia (Komnas Lansia, 2010). Proses penuaan (aging) adalah proses alami yang pasti akan dialami oleh setiap orang. Hal ini tidak dapat dicegah atau dihindari karena akan terjadi penurunan fungsi tubuh baik secara fisik maupun psikologis. Penurunan fungsi secara fisiologis meliputi sistem saraf, sistem pernapasan, sistem endokrin, sistem kardiovaskular dan sistem pencernaan. Risiko terkena penyakit tidak menular juga dipengaruhi oleh faktor eksogen dan endogen. (Fatmah, 2010) Agar penduduk lanjut usia (lansia) berada dalam status gizi yang baik atau dengan kata lain mengalami proses menua yang sehat maka asupan zat gizi makro dan zat gizi mikro harus diperhatikan. Namun dengan adanya penurunan fungsi fisiologis terutama sistem percenaan, terjadi penurunan asupan pada lansia (Fatmah, 2010). Sebanyak 87,5% pada wanita dan 85,4% pada pria mengkonsumsi energi dibawah AKG sedangkan jika dilihat secara keseluruhan 43,2% mengalami malnutrisi energi dan 1,4% mengalami malnutrisi protein (Rianto, 2004). Berbeda halnya dengan Patriasih (2005) dimana asupan energi lansia termasuk kedala kategori cukup yaitu 93% dari Angka 2

Kecukupan Gizi (AKG) sedangkan asupan protein dan beberapa vitamin dan mineral lebih dari 100% AKG, namun untuk asupan lemak, kalsium dan fosfor masih dibawah AKG. Pulau Sulawesi memiliki 6 provinsi dengan luas wilayah daratan 188.522 kilometer persegi (BPS, 2011), merupakan pulau ke empat terbesar di Indonesia setelah Sumatera, Kalimantan dan Papua. Pulau ini merupakan pulau terbesar ke 11 di dunia dan dibatasi oleh Selat makasar dibagian barat dan dipisahkan juga oleh laut Maluku. Berdasarkan data RISKESDAS 2007 menunjukkan bahwa salah satu provinsi di Pulau Sulawesi yaitu Sulawesi Barat memiliki rata-rata asupan energi terendah yaitu 1384,7 Kkal. Selain itu, lima dari enam provinsi di Pulau Sulawesi termasuk kedalam 16 provinsi dengan prevalensi konsumsi protein rendah dimana prevalensi secara nasional sebesar 58,5%. Kalsium merupakan kation ekstrasel utama yang berfungsi untuk kontraksi otot jantung dan otot lainnya. Kekurangan asupan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat dan mudah rapuh. Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki (Almatsier, 2004). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fatmah (2008) pada lansia etnis Jawa, dimana proporsi osteoporosis terjadi apda wanita 2 kali lebih besar daripada lakilaki (Fatmah, 2008). Jenis pangan sumber kalsium yang dikonsumsi oleh lansia diantaranya bayam, teri, tempe, tahu, singkong dan susu (Triatmaja, et.al, 2013) 3

Serat merupakan salah satu zat non gizi yang memiliki banyak manfaat dan pada umumnya bisa didapatkan dari sayur dan buah. Asupan sayur dan buah pada masyarakat Indonesia masih sangat rendah, hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2007 terlihat bahwa prevalensi kurangnya asupan buah dan sayur di Indonesia masih sangat tinggi (93,6 %). Prevalensi kurang asupan sayur dan buah di Pulau Sulawesi hampir mendekati rata-rata nasional yaitu propinsi Sulawesi Utara 91,2%, Sulawesi tengah 91,5%, Sulawesi Tenggara 92,9%, Gorontalo 83,5% dan Sulawesi Barat 96,4%. Asupan serat yang disarankan menurut RISKESDAS 2007 adalah 5 porsi/hari atau 25-30 gram/hari (Kusharto, 2006). Berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2007, terlihat bahwa prevalensi obesitas secara umum di Indonesia pada usia 15 tahun keatas adalah 19,1% (8,8% diantaranya dalam kategori kelebihan berat badan dan 10,3% diantaranya mengalami obesitas. Provinsi Sulawesi Utara (14,1 % kelebihan berat badan dan 19,1 % obese) dan Gorontalo (11,2 % kelebihan berart badan dan 15,1 % obese) merupakan dua dari lima provinsi di Indonesia dengan prevalensi kelebihan berat badan dan obese tertinggi. Sedangkan berdasarkan pengukuran lingkar perut menurut kelompok umur pada laporan RISKESDAS 2007, prevalensi obesitas sentral pada usia 55 tahun keatas cukup tinggi (19,3 %). Masalah kesehatan yang berkaitan dengan status gizi pada lansia merupakan penyebab kematian terbesar, namun hal ini dapat dicegah dengan asupan gizi seimbang serta aktivitas fisik (Fatmah, 2010). 4

Prevalensi penyakit tidak menular di Pulau Sulawesi lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional diantaranya prevalensi hipertensi di Sulawesi 32,3% sedangkan angka nasional sebesar 31,7 %, prevalensi kejadian stroke di Sulawesi 9,2 % sedangkan angka nasional 8,3 %, prevalensi penyakit jantung di Sulawesi 9,4% sedangkan angka nasional 7,2%. Begitu juga pada prevalensi diabetes mellitus di Sulawesi (1,18%) lebih tinggi daripada angka nasional (1,1%). (RISKESDAS, 2007). Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti perbedaan asupan zat gizi makro (energi, protein, lemak dan karbohidrat), kalsium dan serat pada lansia di Pulau Sulawesi berdasarkan B. IDENTIFIKASI MASALAH Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi pada lansia diantaranya usia, jenis kelamin, faktor lingkungan, penurunan aktifitas fisik, perubahan fisiologi tubuh, perubahan komposisi tubuh, penyakit, dan pengobatan. Perubahan fisiologi tubuh diantaranya adalah penurunan fungsi sistem pencernaan dan hal ini sangat berpengaruh terhadap asupan makannya yaitu zat gizi makro dan mikro. C. PEMBATASAN MASALAH Karena terbatasnya waktu dan biaya dalam penelitian ini, maka penulis akan meneliti tentang perbedaan asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium dan serat berdasarkan status gizi lansia di Pulau Sulawesi. 5

D. RUMUSAN MASALAH Bagaimana perbedaan asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium dan serat berdasarkan status gizi lansia di Pulau Sulawesi? E. TUJUAN PENELITIAN a) Tujuan Umum Mengetahui perbedaan asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium dan serat berdasarkan status gizi lansia di Pulau Sulawesi. b) Tujuan Khusus 1) Mengidentifikasi karakteristik responden meliputi usia dan jenis kelamin, 2) Mengidentifikasi asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium dan serat responden 3) Mengidentifikasi status gizi responden 4) Menganalisa perbedaan asupan energi responden berdasarkan 5) Menganalisa perbedaan asupan protein responden berdasarkan 6) Menganalisa perbedaan asupan lemak responden berdasarkan 7) Menganalisa perbedaan asupan karbohidrat responden berdasarkan 6

8) Menganalisa perbedaan asupan kalsium responden berdasarkan 9) Menganalisa perbedaan asupan serat responden berdasarkan status gizi. F. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Peneliti Sebagai tambahan literatur dan pengetahuan serta penerapan ilmu gizi yang didapatkan selama perkuliahan. 2. Bagi Pemerintah Sebagai tambahan informasi dan acuan dalam menentukan kebijakan dalam rangka upaya perbaikan gizi dan peningkatan status kesehatan masyarakatnya. 3. Bagi Universitas Esa Unggul Sebagai tambahan informasi tentang perbedaan asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium dan serat berdasarkan status gizi lansia di Pulau Sulawesi. 7